Alan Watkins melakukan penelitian selama 15 tahun terhadap berbagai profesi. Dan ada yang performanya sangat luar biasa, tapi masalahnya tidak bisa luar biasa setiap hari.
Contohnya ada seorang pegolf handal yang selalu kalah di hari terakhir padahal skor di hari-hari sebelumnya luar biasa. Hidup kita banyak yang seperti ini. Ada saat-saat di atas, ada saat-saat di bawah.
Jadi di artikel ini akan membahas mengapa orang-orang bisa kehilangan performa dan apa yang harus kita lakukan untuk mempertahankan performa kita. Untuk versi video ada di bagian paling bawah dari artikel ini. Mudah-mudahan ini bisa membantu siapapun diri kita, baik sebagai investor saham, analis, karyawan, bos, anak, orang tua, guru, mahasiswa, dan sebagainya.



Tujuan setiap orang melakukan sesuatu adalah hasil yang baik. Di berbagai bidang, contohnya olahraga, bisnis, sekolah, hubungan, dll. Dan untuk merubah hasil, kita merubah tindakan (kebiasaan).
Manajemen di berbagai bisnis berfokus pada apa yang bisa dilakukan dan kalau ingin hasil lebih baik, maka kegiatan perusahaan diubah. Kadang ini berhasil, kadang tidak. Jika hasil sudah tidak maksimal biasanya boss akan mulai mencambuk karyawan (ancaman pecat, denda, hukuman apa saja) supaya kinerja meningkat. Ini tidak akan cukup, karena walau kita tahu harus melakukan apa, misalnya harus nabung, harus bangun pagi, dll, kita tidak melakukannya.
Karena performa dan tindakan ada di sisi luar. Untuk merubahnya ada di dalam diri. Dimulai dari apa yang kita pikirkan. Pikiran akan mendorong tindakan. Misalnya jika orang berpikir kita bodoh, maka dia tidak akan melakukan apa yang kita katakan. Jadi pikiran harus berubah dulu baru tindakan bisa berubah. Tapi berpikir saja tidak cukup, karena hanya berpikir “saya bisa” tidak akan membuat semua berjalan lancar. Misalnya pemikiran “saya tidak marah”, tidak akan otomatis membuat kita tenang. Pikiran “Saya orang sukses” yang diulang-ulang tidak akan menjadikan kita sukses.
Berpikir dipengaruhi oleh apa yang kita rasakan. Kalau merasa nyaman, maka kita cenderung lebih ingin melakukan. Jadi untuk cara berpikir berubah, maka perasaan orang harus berubah. Tapi inipun tidak cukup. Misalnya jika ada ujian dan kita cemas, orang berkata “Tidak usah kuatir”, ini tidak akan membuat kekuatiran kita hilang.
Dan untuk merubah perasaan dibutuhkan perubahan emosi dasar. Perasaan bukanlah emosi. Perasaan adalah nyaman (nice feeling) dan tidak nyaman (not nice). Sedangkan contoh emosi dasar : marah, ingin lebih, tidak peduli, peduli, sabar, dsb.
Emosi dipengaruhi fisiologi (bagaimana kerja badan kita/kesadaran). Jadi untuk merubah hasil, ada berbagai lapisan yang harus dirubah. Biasanya orang hanya fokus di bagian luar, yaitu merubah tindakan. Atau banyak orang hanya fokus di pikiran.
Fisiologi berarti kumpulan aliran data dari indra yang dikirim ke otak untuk mempengaruhi badan. Contoh : ketika melihat cupcake, ada gelombang dari organ ke otak dan memberitahu ini apa. Dari sana otak akan bereaksi.
Emosi dasar : energi yang dihasilkan dari reaksi terhadap data yang masuk ke indra kita dalam bentuk gelombang listrik, gelombang elektromagnetik, reaksi kimia, reaksi tekanan. Jadi emosi adalah energi dan setiap saat semua orang memiliki emosi, karena setiap saat organ tubuh kita bekerja.
Tapi belum tentu perasaan bisa muncul dari setiap emosi, karena perasaan hanya bisa muncul dari pikiran kita yang sadar akan kehadiran energi tersebut. Jadi di sanalah masalahnya, energi itu ada tapi kita tidak merasakannya. Makanya kadang orang akan berkata “Kamu kok tidak punya perasaan.”
Mari kita lihat contohnya. Misalnya secara emosi orang merasa adanya kecemasan. Di sisi fisiologi kita merasakan detak jantung yang cepat, mulut kering, sehingga kita susah berbicara, tangan berkeringat, perut mual. Dan ketika orang ditanya bagaimana rasanya, biasanya orang akan menjawab “baik-baik saja”. Jadi walau signal tubuh memberi tahu, kita tidak akan merasakannya, yang akan mempengaruhi apa yang dipikirkan, dan akan mempengaruhi apa yang kita lakukan. Karena itu ketika cemas, kita cenderung melakukan hal-hal bodoh.
Jadi untuk menjadi brilian setiap hari, kita perlu merubah apa yang ada di dasar fisiologi kita, dan ini dibutuhkan kontrol, yang akan membuat kita mencapai potensi tertinggi kita. Itu sebabnya walau orang melakukan latihan terus-menerus, hasil tetap sama, karena sisi dalam tidak diubah.
Bagaimana kita mengontrolnya? Tubuh mengirim begitu banyak signal dari dan ke berbagai organ. Signal yang kita bahas adalah signal listrik dari jantung. Karena setiap detak jantung akan mengirim signal listrik. Dan ini bisa bervariasi dari waktu ke waktu.



Gambar di atas adalah detak jantung setiap orang. Misalnya rata-rata menurut dokter adalah 70 detak per menit. Orang cenderung fokus ke rata-rata. Padahal yang penting adalah fluktuasi detaknya (Heart Rate Variability). Contohnya kalau kita ambil nada rata-rata sebuah lagu, hanya akan muncul 1 nada, dan itu tidak berguna.
Gunanya Heart Rate Variability (HRV) :
- Memberitahu kapan kita akan meninggal
Jika diukur selama 24 jam, bisa digunakan untuk memprediksi kapan orang akan meninggal - Memberitahu jumlah energi yang kita miliki
Jika diukur selama 24 jam, bisa digunakan untuk memprediksi jumlah energi yang ada di tubuh. Ini berguna untuk kepemimpinan, karena pemimpin butuh energi. - Mempengaruhi kinerja otak
Fungsi ini yang akan kita bahas.
Jadi jika kita dalam tekanan, maka HRV kita akan menjadi kacau. Dan akan mengirim signal ke otak kita untuk menutup fungsi otak depan yang digunakan untuk berpikir. Salah satu contoh tindakan ini adalah ketika marah, semua tindakan kita menjadi tidak masuk akal.



Dilakukan percobaan sederhana, mengurangi angka dengan 3 terus2. Dan jika jawaban salah didenda 50 pound. Belum dimulai saja, subjek sudah tidak beraturan HRVnya ketika dikatakan kepadanya akan diberikan tekanan dalam test, jenis testnya, dan denda uang jika salah. Dan baru saja test dimulai HRV sudah kacau dan keluar jawaban yang salah. Itu disebabkan otak depan berhenti bekerja karena dalam tekanan. Jadi beginilah cara kerja otak. Tugas kita adalah bagaimana merubah signal acak yang kacau menjadi teratur yang dinamakan koheren.
Kekacauan HRV terjadi pada kita jika diberikan tantangan, bahkan yang paling sederhana. Tantangan bisa berupa apa saja, apakah mengenai sudut pandang, ego, hubungan kita, dan sebagainya. Yang menarik, tekanan ini tidak saja menghentikan otak, tapi juga menghentikan kesadaran persepsi kita, sehingga kita tidak menyadari apa yang terjadi.
Karena itu bisa saja menurut kita semua baik-baik saja, tapi ternyata sudah tidak baik. Contoh : demam panggung, anak menjadi lupa di waktu ujian, atau ketika dipanggil bos. Dan orang biasanya memberi tekanan ke diri misalnya mau jadi kaya, memberi deadline, dll. Sehingga membuat otak sendiri berhenti berfungsi.
Cara kerja ini sudah berkembang sejak jaman pra sejarah. Karena begitulah desain tubuh kita. Dan ini berhubungan dengan keselamatan jiwa kita. Misalnya ketika di jaman pra sejarah ketika bertemu beruang, otak kita akan berhenti bekerja dan membatasi pilihan kita menjadi 2 yaitu : lari atau melawan. Setelah ribuan tahun berlalu, sistem tubuh kita tidak mengalami perubahan. Sekarang kita mungkin tidak bertemu binatang buas, tapi bertemu sesama manusia.
Dan sampai kita dapat mengontrol fisiologi kita, setiap orang dapat mempermalukan kita atau kita akan melakukan banyak hal buruk. Kecemasan akan kinerja kita membuat kita menghentikan kerja otak kita sendiri. Padahal semua potensi berpikir kita sudah ada di dalam pikiran kita, baik cara kita memukul di golf, kemampuan pidato kita, kreativistas otak, kinerja penjualan, menemukan ide brilian, atau apa saja.
Untuk menjadi lebih baik, tidak cukup hanya berpikir lebih keras. Kita tidak bisa berkata bahwa “Mari pergi berlibur dan kembali di hari Senin dengan 25% lebih pintar dari sebelumnya.” Seperti yang dibilang Einsten, untuk menyelesaikan masalah, kita harus berada di level pemikiran di atas level masalah itu. Tapi kita tidak bisa berada di level itu hanya dengan memikirkannya saja. Ada sesuatu yang harus berubah. Ini adalah perubahan fisiologi. Dengan itu berubah, maka emosi kita berubah, dan akan merubah perasaan kita, dan akan merubah kualitas pemikiran kita.



Untuk mempengaruhi fungsi tubuh kita, kita tidak perlu menjadi master yoga. Kita cukup merubah apa yang bisa kita kontrol. Banyak yang bisa dikontrol tapi untuk permulaan, kita mengontrol apa yang bisa dilakukan secara sadar yaitu pernafasan kita. Hampir semua bidang mengajarkan cara bernafas supaya performa lebih baik. Misalnya bernyanyi, olahraga, yoga dll.



Ada 12 jenis aspek pernafasan, dan yang terpenting adalah irama pernafasan. Jika kita mengontrol irama nafas, maka HRV yang acak-acak menjadi teratur, walau detak jantung masih sama. Dan jantung akan mengirim signal yang lebih kualitas ke otak, dan ini akan mempengaruhi cara berpikir kita menjadi lebih baik. Lebih ahli, pemikiran lebih jernih, menjadi mengerti bagaimana memecahkan masalah. Jadi adalah masuk akal ketika otak menerima kualitas signal lebih baik, maka akan bekerja lebih baik, otomatis apa yang kita lakukan juga menjadi lebih baik.
3 hal penting tentang bernafas :
- Irama nafas yang sama. Misalnya tarik nafas 6 detik – keluar 4 detik. Bisa juga 5-5. Atau 4-6. Asal jgn acak. Jadi bukan menarik nafas dalam atau banyak.
- Tarik/keluar nafas dengan stabil, jadi bukan terburu-buru/terpatah-patah.
Yaitu dengan jumlah yang konsisten per detik. Ini terjadi pada para atlet. Mereka melakukan gerakan secara konsisten, baik kayuhan sepeda, gerakan mendayung, gerakan berenang, dll. - Bernafas di sekitar dada, bukan perut.
Alasannya ada 3 mengapa bernafas dengan dada:
- Jantung mengeluarkan signal listrik paling banyak dibanding organ lain, kecuali otak. Jantung menghasilkan 50x listrik dibanding otak.
- Jika fokus pernafasan ke jantung, maka menjauhkan otak dari berbagai gangguan.
- Memberikan fokus positif ke jantung. Misalnya ketika memeluk bayi, pasti dekat jantung. Atau kata love = heart.



Ada 2 jenis hormon yaitu :
- Adrinalin : menambah semangat. Detak jantung (HR) di kisaran 120
- ACH : menambah rileks. Detak jantung (HR) di kisaran 50
Ada 2 sisi emosi :
- Positif : menghasilkan HRV stabil dan teratur
Semangat : passion, love, antusias, determinasi, fokus
Rileks : perhatian, kepuasan hati, hidup balance - Negatif : menghasilkan HRV acak dan kacau
Semangat : marah, frustasi
Rileks : bosan, cuek, loyo
Sebagian besar orang membiarkan hidupnya mengalir saja tidak menentu di sebagian besar area negatif, karena terlalu bergantung pada dunia luar dia, bukan sisi dalam dirinya. Berlatih bernafas minimal akan membawa kita ke nilai tengah / netral / tidak positif dan negatif. Tujuan kita adalah membawa kehidupan dari lingkaran hitam ke lingkaran biru seperti di gambar atas.
Bagaimana emosi kita bergerak, harus dilatih. Dan emosi positif adalah dengan motivasi memikirkan yang lain, sedangkan emosi negatif adalah dengan motivasi memikirkan diri sendiri (egois).
Jadi 2 hal yang harus dilakukan untuk membuat kualitas hidup kita menjadi lebih baik:
- Bernafas dengan teratur sebelum melakukan sesuatu selama 1-2 menit.
- Memiliki motivasi yang baik dalam melakukan sesuatu. Yaitu memikirkan manfaatnya untuk yang lain.
Silakan coba selama beberapa waktu untuk melihat hasilnya. Disarankan beberapa bulan. Tidak ada kebiasaan baru yang akan berhasil dengan 1-2x percobaan.
Video :