Apa yang anda beli? Perusahaan atau kertas?

Perhatian : Apa yang kita pikirkan akan menentukan apa yang kita lakukan. Dan apa yang kita lakukan akan menentukan apa yang kita hasilkan. Silakan lanjutkan bacaannya.

Kita setiap hari mungkin melakukan transaksi di pasar modal. Membeli dan menjual saham. Dengan harapan mendapatkan keuntungan ataupun meminimalkan kerugian. Semuanya merupakan hal teknis. Pernahkah kita berpikir apa itu saham?

Secara garis besar orang melihat saham ada 2 jenis yaitu kertas dan perusahaan. Apakah ada bedanya membeli katakanlah di harga Rp. 7.000 dengan pemikiran adalah kertas berharga Rp. 7.000 dan perusahaan dengan nilai Rp. 7.000.

Mungkin bagi sebagian besar terlihat sama saja. Toh harga yang dibayar sama-sama Rp. 7.000. Tidak lebih tidak kurang. Kenyataannya kedua hal ini berbeda sangat jauh. Beberapa hal yang membedakannya antara lain :

  • Jika kita membeli saham sebagai kertas maka tidak ada ikatan emosi antara kita dengan saham tersebut. Mungkin bagi sebagian orang merasa ini adalah bagus, karena bisa dengan gampang menjualnya lagi. Rasanya kemungkinan besar tidak akan seperti itu, karena yang dipakai adalah uang kita. Dan jika harganya turun atau naik, kita cenderung merasa sayang akan menjualnya. Sedangkan jika kita melihatnya sebagai perusahaan, kemungkinan besar kita akan melakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat seperti apa perusahaan yang akan kita beli.
  • Jika kita melihat saham sebagai kertas, kita cuma berfokus pada perubahan harga tanpa peduli mengapa harga berubah. Misalnya kita tahu saham BUMI berharga Rp  8.000 di tahun 2008 dan sekarang berharga sekitar Rp. 100an. Jika kita melihatnya sebagai kertas, kita akan menganggapnya murah dan membeli tanpa tahu sebab penurunannya. Dan KLBF di tahun 2009 seharga Rp. 100 sekarang berharga Rp. 1.700an. Jika cuma membeli kertas, kita tidak akan mengetahui penyebab kenaikannya dan menganggapnya mahal.
    Ini seperti membeli mobil BMW yang harganya 800juta dan didiskon menjadi 300juta tanpa tahu bahwa mesinnya sudah dibuang. Atau mengabaikan kotak tua tanpa tahu bahwa isinya adalah perhiasan. Seperti yang dikatakan Peter Lynch, membeli saham tanpa tahu perusahaannya ibarat bermain poker tanpa melihat kartunya.
  • Dengan melihatnya sebagai secarik kertas, maka persepsi kita adalah kertas hanyalah kertas. Sedangkan jika melihatnya sebagai perusahaan, yang isinya supplier yang menyediakan barang, orang-orang yang bekerja, barang-barang yang dihasilkan dan didistribusikan, pelanggan yang membeli, semua adalah bagian besar yang memiliki potensi berkembang seiring berjalannya waktu. Dan dengan berkembang, maka nilainya sudah tidak sama.
  • Dan yang terakhir, jika kita berpikir sebagai kertas, kita tidak akan melihat peluang d luar monitor. Kita hanya akan fokus pada, “Oh, keluar signal beli, hajar kanan.” Atau “Oh, keluar signal jual, gawat nih, masih posisi rugi. Enaknya cutloss apa hold ya?” Sedangkan jika kita melihatnya sebagai perusahaan, ketika makan, berjalan-jalan, wisata, bekerja, dan kita menemukan sesuatu yang menarik, kita akan mulai berpikir, menarik juga produk dari perusahaan ini, bagaimana ya dengan sahamnya?

Jadi, apa pemikiran kita sekarang, membeli saham itu membeli kertas atau perusahaan? Hanya kita sendiri yang tahu jawabannya. Selamat berinvestasi.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!
Copy link