Semen, akan kemana?

Siang ini kita mendengar dari presiden bahwa harga jual semen turun Rp. 3.000,- per sak. Ini kira-kira 5% dari harga jual yang rata-rata Rp. 60.000,- per sak. Hal ini mendorong investor rame-rame menjual saham semen.

Terlepas dari panik selling yang dilakukan, mari kita menganalisa, kira-kira masih layakkah semen untuk dibeli?

Untuk mendapatkan penjualan, maka penjualan = harga jual x volume jual. Kalau harga jual turun 5%, maka bisa diasumsikan pendapatan industri semen akan turun 5%. Bagaimana dengan volume penjualan? Kalau harga turun, biasanya orang akan cenderung membeli lebih banyak. Mungkin masyarakat / perusahaan properti akan menggunakan kesempatan ini untuk merenovasi / membangun rumah, gedung, dll.

Jadi terlihat, walau harga jual turun, ada kemungkinan volume penjualan akan naik. Ditambah penurunan harga BBM, dan mungkin beberapa barang lain juga turun harga, maka daya beli masyarakat akan bertambah. Plus program pemerintah yang fokus ke infrastruktur,, dan semua ini butuh semen untuk membangun. Kecuali sudah ditemukan produk pengganti semen. Rasanya sampai sekarang belum ada kali.

Dan untuk mendapatkan laba, penjualan dikurangi semua pengeluaran yang ada (termasuk HPP, beban keuangan, hutang, pajak, dll). Menurut presiden, industri semen BUMN menurunkan harga jual karena HPP mengalami penurunan. Otomatis harga jual yang turun dikompensasi oleh penurunan HPP.

Dan yang menarik, karena kejadian ini, kami mencari informasi tentang industri semen, dan ternyata menurut data di internet, kira-kira di tahun 2012, negara konsumen terbesar semen di ASEAN bukanlah Indonesia, tapi Vietnam. Negara dengan luas wilayah cuma 20% Indonesia dan penduduk 35% Indonesia. Tapi membangun sedikit lebih baik dibanding Indonesia. Mungkin sekarang Indonesia sudah nomor 1. Pointnya adalah, bagaimana kalau Indonesia membangun sebanyak dan secepat Vietnam?

Jadi,  apakah industri semen masih memiliki prospek? Dan apakah penurunan ini adalah kesempatan atau bencana? Silakan kerjakan PR masing-masing. Seperti yang dikatakan Warren Buffet, seorang investor sejati tidak takut terlambat datang ke pesta, yang ditakutkan adalah datang ke pesta tanpa persiapan.

 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!
Copy link