Company Visit ( XX )
The Great Momentum, ABCD TP Rp 10.000,-
Government has decided to appoint state-owned oil and gas company Pertamina to take over the Mahakam gas block from French oil company Total when the current contract expires in 2017. Regarding the percentage of ownership, Pertamina will negotiate with partners, and government wants Pertamina to have majority stake. This was largely expected following previous statement by the govt. Actually Pertamina appoint ABCD as a contractors for Mahakam. Elnusa is nearly 60% owned by Pertamina.
ABCD’s order book stood at US$470m as at end-Dec, of which US$256m comprises mainly of DOS contracts that are still unrealised. Given the current weakening crude oil price, the management said that most oil producers may re-prioritise their strategies to focus on production activities rather than exploration which could be a threat for the seismic business. Pertamina has not announced its capex so far, though the national lifting target of 825k bpd with US$60 oil price assumption should translate into a resilient DOS revenue profile and support ABCD’s revenue and market share. We upgrade our DCF-based target price as we double our long-term growth assumption to 4%, reflecting the positive industry prospect due to on-track reform progress.
Positive industry newsflow, such as confirmation of Pertamina’s capex plan & Mahakam Operator, to translate to positive long-term growth for ABCD and catalyse its share price. ABCD had a net positive earnings impact from the weakening rupiah as almost 55% of its revenue is denominated in US$ whereas only 30% of its costs are denominated in US$.
Sepertinya banyak dari kita yang pernah menerima boardcast seperti ini. Apalagi di jaman informasi, dalam 5 menit, mungkin sudah tersebar ke seluruh investor yang pegang handphone. Terlepas dari bagaimana isinya, biasanya para investor cuma melihat 4 hal, target harga, yang nulis dari pihak asing, bahasa Inggris, dan banyak angka. Sedikit sekali yang peduli dengan isinya. Yang penting ada 4 hal itu, bahasa asing yang susah dimengerti, pasti keren, dan sudah pasti benar. Maka ramai2 melakukan aksi beli atau jual sesuai target harganya.
Ini kan sama seperti kalau kita belanja sesuatu hanya dengan melihat iklan tanpa mengecek benar tidak kualitas barangnya sesuai iklan. Kita tidak bisa menyatakan bahwa semua berita pasti tidak benar atau benar, tapi selalu jadikan ini patokan, jika ada orang / institusi yang membahas tentang sebuah perusahaan, bahwa perusahaan ini dimasukkan ke daftar analisa. Ingat, hanya daftar analisa.
Daftar analisa ini nantinya akan menjadi langkah pertama bagi kita sendiri untuk mengecek kualitas perusahaan. Jadi kita sendiri sudah harus punya sistem untuk menghitung potensi dan risiko dari sebuah saham. Untuk memulai langkah ini, diperlukan waktu untuk melakukan riset. Bisa beberapa jam sampai beberapa hari. Tergantung bagaimana kualitas sistem yang kita miliki. Sayangnya, karena masalah waktu ini, sebagian besar investor malas untuk mengecek. Ditambah juga kekurangan pengetahuan. Coba lihat, seismic business, resilient DOS revenue profile, DCF-based target price, denominated, apa artinya?
Coba dipikirkan, apakah aktifitas ini mirip kalau kita di mall, menerima selebaran iklan, dan terbujuk untuk membeli barang yang ada di iklan? Kita mendapat barang, dan mereka mendapat uang. Kadang nyesal juga ya, napa dibeli barang yang belum tentu dibutuhkan. Warren Buffet menerapkan ini, seumur hidupnya, dia cuma punya daftar belanja 20 jenis saham. Sehingga ketika membeli, dia akan sangat berhati-hati, supaya yang dibeli benar-benar memenuhi kriteria di daftar belanjaannya itu.
Mungkin 1 penyakit yang benar-benar membuat kehati-hatian tidak bisa diterapkan. Yaitu keinginan untuk cepat kaya. Maunya beli 1 hari naik 10%, besok jual, diulangi lagi selama 2 tahun, langsung masuk daftar forbes Indonesia. Sayangnya, kesuksesan investasi tidak seperti ini. Coba dipikirkan kembali, apakah saham yang pernah kita beli dulunya, jika ditahan sampai sekarang, keuntungannya sudah berlipat-lipat sampai berpuluh-puluh kali? Dan semakin lama ditahan, semakin tinggi % profitnya? Jika sampai sekarang, belum pernah ketemu situasi seperti ini, dan malahan saham yang dibeli semakin dipegang semakin turun, mungkin sebaiknya dicek dulu pendekatan kita dalam berinvestasi, apakah sudah di jalur yang tepat untuk menuju kesuksesan.
Dalam investasi, orang sabar akan mengalahkan orang pintar. Ini gampang untuk dipikirkan, misalnya ada orang pintar, sanggup menghitung titik paling rendah sebuah saham, tapi karena tidak sabar, 10 menit kemudian sudah dijual. Bandingkan dengan jika ada orang sabar, beli sebuah saham setelah naik 20% dari titik terendahnya. Tapi karena sabar, dia menahannya sampai profitnya berlipat mencapai ratusan persen. Mana yang kira-kira akan lebih cepat mencapai sukses? Menarik ya, semakin lambat kita bereaksi, semakin cepat kita mencapai sukses di investasi. Tidak pernah kan kita bertemu orang yang mengaku berinvestasi rumah, 10 menit, 10 hari, 10 minggu setelah membeli, langsung dijual. Mereka sanggup menunggu selama 10 tahun supaya tinggi harganya. Bagaimana dengan di saham?
Selalu ingat, habis gelap terbitlah terang, dan habis terang terbitlah gelap. Setelah hujan akan ada cerah, dan setelah cerah akan ada hujan. Selalu saja ada siklus hidup. Semua pasti akan berlalu. Sama juga dalam investasi, ada saat naik ada saat turun. Kesuksesan kita di investasi adalah bagaimana kita melewatinya.
Terakhir, coba dipikir-pikir, asing itu siapa? Manusia yang punya 2 kaki dan tangan, kepala, badan, makan, bernafas, dan berpijak di bumi yang sama, atau …..? Juga, siapa kira-kira penyebab sebagian besar masalah yang terjadi di dunia? Perang Dunia 1 dan 2, Great Depression 1929, Black Monday 1987, Dotcom crash 2000, Subprime Mortgage 2008? Apakah dengan ini asing adalah makhluk tak terkalahkan atau mereka juga manusia yang punya rasa takut dan serakah, dan dikejar-kejar nasabah mereka untuk mencari profit setinggi-tingginya? Silakan dipikirkan.