Sering tidak kita kadang buta akan apa yang harus dilakukan di investasi saham, sehingga mencari pendapat orang lain, analis, orang-orang yang bekerja di sekuritas atau yang kita anggap expert? Karena kita menganggap mereka tahu sesuatu yang kita tidak ketahui. Kira-kira seperti ini :



Ringkasan di atas adalah tentang twitter seorang fotografer yang sering mengtweet berita sepakbola salah satu klub, sehingga dianggap tahu apa yang sedang dan akan terjadi di klub itu. Musim panas adalah musim transfer pemain sepakbola. Sehingga fans selalu ingin tahu, bagaimana klub bertransaksi selama itu untuk memperkuat klub sehingga musim depan akan lebih bagus dibanding musim lalu.
Rasanya sama persis seperti di saham, kita mencari info dari berbagai sumber terutama sumber yang dianggap terpecaya atau dari orang yang ahli saham, sehingga kinerja saham ke depannya akan lebih baik.
Ternyata orangnya sendiri yang membantah bahwa dia mengerti semuanya, menyatakan dia hanyalah fans seperti yang lain dan juga mengikuti banyak berita sampah. Apakah di saham sama juga atau berbeda?
Bagaimana dengan pendapat para ahli yang bekerja secara profesional? Silakan dilihat berita di bawah. Berita lama pada tahun 1995 tentang transfer Dennis Bergkamp dari Inter ke Arsenal.



Pada waktu itu Bergkamp bermain untuk Inter dan mengalami beberapa musim buruk sehingga dianggap sudah habis. Dan merupakan kesalahan besar untuk Arsenal membeli Bergkamp dengan harga paling tinggi sepanjang sejarah klub. Sama seperti kalau kita membeli sebuah saham di harga paling tingginya.
Waktu 10 tahun kemudian membuktikan segalanya. Bergkamp memberikan 7 gelar untuk Arsenal, berbanding 2 gelar untuk 10 tahun setelah itu tanpa Bergkamp, 120 gol dan beberapanya adalah spektakuler, silakan cek youtube, dan diakui sebagai salah satu legenda Arsenal, sampai dibuatkan patungnya di depan stadium.



Bukankah ini sama juga ketika ada komentar analis yang menyatakan saham ini tidak bagus, dan setelah beberapa waktu, memberikan hasil berlipat-lipat.
Ini bukan berarti semua analis pasti bermasalah. Hanya saja, bagaimana memilih berinvestasi di satu saham, adalah PR yang harus kita kerjakan sendiri. Kadang menanyakan ke orang, ibarat kita berkonsultasi ke guru / konsultan, hanyalah sambil lalu. Pada akhirnya, kitalah yang harus mengikuti perkembangan perusahaan itu. Para analis hanyalah alat bantu sementara, kecuali kita membayar mereka secara penuh untuk membantu kita mengikuti saham kita. Kira-kira berapa ya biaya untuk itu? Apakah kita cukup rela untuk membayar gaji bulanan analis itu? Kalau mau nasehat gratis, kira-kira apakah analis itu sanggup mengikuti arahan kita, sedangkan dia sendiri butuh uang makan.
Atau misalnya kadang kita nembak analis untuk membantu kita melihat salah satu saham incaran. Apakah kita melihat analis itu sebagai sebuah komputer yang super canggih, tinggal mengetik beberapa kata, dan mencet enter, maka hasil analisanya langsung keluar. Rasanya tidak seperti itu. Mereka juga manusia yang harus mencari informasi dan merangkumnya lebih dahulu.
Bahkan jika jawaban yang diberikan adalah saham ini bagus. Maka bagusnya itu hanyalah untuk saat ini saja. Kita tidak akan tahu bagaimana masa depan itu. Kalau benar ada yang bisa nebak masa depan, bukankah orang itu sudah tidak usah capek cari duit di saham, tinggal buka tempat untuk meramal masa depan, maka orang-orang super kaya akan rela memberikan banyak uang supaya bisnis mereka lebih sukses lagi. Atau bahkan peramal ini sudah masuk ke daftar forbes dalam waktu singkat. karena kehebatannya menebak masa depan.
Buku One Up on Wall Street dari Peter Lynch menjelaskan sangat tepat mengenai hal ini. Bagaimana kita, investor amatiran bisa sukses dengan semua kapasitas kita sendiri.