Apa yang membuat IHSG naik?

Inflasi Sept
YoY 6.83% vs 7.18% prev. Consensus/Forecast 7.16%
MoM -0.05% vs 0.39% prev. Consensus/Forecast 0.1%
Core 5.07% vs 4.94% prev. Consensus/Forecast 4.87%

Begitu kira-kira pengumuman data inflasi.

Artinya adalah sebagai berikut :

YoY adalah Year on Year yang berarti perbandingan antara 1 tahun ini dengan 1 tahun lalu.
MoM adalah Month on Month yang berarti perbandingan antara bulan ini dengan bulan yang sama di tahun lalu.
Consensus/Forecast adalah harapan/perkiraan para analis/ekonom.
Core Inflation adalah inflasi di luar item yang berfluktuasi, biasanya energi dan makanan.

Dan isi dari data inflasi Indonesia adalah sbb :

Data inflasi adalah survei pada 66 kota. Terdiri dari 774 barang yang dikelompokkan menjadi 7 bagian besar, yaitu :
1. Rumah, air, listrik, gas dan BBM : 25.5%
2. Makanan : 19.5%
3. Transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan : 19%
4. Makanan dan minuman jadi, rokok dan tembakau : 16.5%
5. Pendidikan, rekreasi dan olahraga : 8%
6. Pakaian : 7%
7. Kesehatan : 4.5%

Jadi dengan begitu akan terlihat bagian mana yang akan menentukan inflasi Indonesia.

Sedangkan di Amerika Serikat inflasi terbagi atas :
1. Makanan dan minuman : 15.27%
2. Perumahan : 42.17%
3. Pakaian : 3.34%
4. Transportasi : 15.29%
5. Kesehatan : 7.72%
6. Rekreasi : 5.75%
7. Pendidikan dan telekomunikasi : 7.06%
8. Servis lainnya : 3.39%

Terlihat ada perbedaan antara perhitungan inflasi di Indonesia yang fokus ke kebutuhan sehari-hari dengan Amerika yang sudah merupakan negara maju yang fokusnya ke jasa. Yang berarti jika harga makanan dan rokok naik, maka inflasi langsung naik tinggi.

Nah, pengaruhnya terhadap investasi itu bagaimana. Itu pertanyaan paling penting bagi investor kan? Kita tahu bahwa inflasi itu menggerus nilai kekayaan. Artinya dengan uang yang sama, jumlah barang yang bisa kita beli menjadi lebih sedikit. Berarti, untuk mempertahankan daya beli, kita harus menaruh uang kita pada instrumen investasi yang imbal hasilnya lebih besar dari inflasi. Karena alasan inilah orang-orang melakukan investasi. Sayangnya, di investasi, selalu ada yang mengintai. Semakin tinggi potensi imbal hasilnya, semakin tinggi juga yang dihadapi.

Karena itulah, salah satu instrumen yang menjadi acuan, adalah suku bunga suatu negara, atau di Indonesia adalah BI Rate. Ini karena, kalau negara gagal membayar, berarti negara itu dalam kondisi bangkrut. Sama seperti kalau kita memberikan pinjaman ke seseorang, dan orang tersebut gagal bayar. Ingat loh, negara itu kumpulan orang-orang.

BI Rate kita sekarang ada di posisi 7.5%. Sedangkan inflasi terakhir adalah 6.83%, yang berarti hasil positif 0.67%. Apa arti 0.67% ini? Terlihat kecil, tapi dibanding imbal hasil dari bunga Amerika yang hanya 0.25%, sudah jauh lebih besar. Artinya, orang Amerika meminjam di negara asalnya, dan membawanya ke Indonesia untuk ditaruh di BI saja, hasilnya sudah 300%. Instrumen lainnya adalah bond (surat hutang) negara. Biasanya yang jadi acuan adalah 10 tahun. Dan posisi sebelum pengumuman inflasi, imbal tertingginya ada di 9.77%. Begitu diumumkan membaik, imbalnya turun ke 9.419%. Artinya, investor merasa tidak masalah hasil investasinya turun karena inflasi juga turun. Posisi terakhir ada di 9.132%.

Hubungannya dengan saham? Andaikan ada seseorang membawa uang dalam jumlah yang sangat besar. Jelas dia tidak menaruhnya di satu tempat. Uangnya akan dibagi ke beberapa tempat sebagai pengaman. Dan investasi itu seperti air. Selalu mengalir ke tempat yang lebih rendah. Dalam hal ini, adalah dan lama waktu yang diperlukan untuk balik modal. Tidak heran ya namanya MONEY GAME laku, karena menawarkan 30% dalam waktu singkat. Tapi ingat saja, reward selalu berbanding lurus dengan risk. Ketika SUN (Surat Hutang Negara) hasilnya tinggi, dan lebih tidak berisiko dibanding saham, jelas orang akan menaruh uangnya ke sana. Dan sebaliknya, jika SUN turun, otomatis saham akan menjadi lebih menarik.

Ini yang menjadi salah satu faktor utama, dalam beberapa hari ini investasi di Indonesia membaik. Inflasi turun, orang menjadi ingin berinvestasi. Uang dibawa ke Indonesia, pilihan utama jelas ke SUN terlebih dahulu. Setelah itu baru saham. Saham sendiri jelas ke blue chip / saham kelas satu dulu. Ini prinsip sederhana. Orang mencari keamanan dulu, baru keuntungan. Sama kalau kita ingin berinvestasi ke negara lain. Pasti dana ditaruh di instrumen yang lebih aman, yaitu SUN di sana, karena jaminannya adalah negara. Barulah ke pasar saham, dan terakhir ke sektor riil. Sudah bangun pabrik, negara kacau, bagaimana caranya untuk menarik uang investasi yang sudah ditanamkan?

  • Save

Dari gambar terlihat data inflasi, BI Rate, dan IHSG bulanan. Terlihat inflasi mengalami kenaikan tiba-tiba di 2006, 2008, 2011, 2013, 2015. Ini dipicu oleh kenaikan BBM yang terjadi di sekitar tahun itu. Kecuali di 2011. Untuk memahami ini, kita harus mengenal 2 jenis inflasi, yaitu :

– Demand pull inflation
Inflasi yang terjadi karena kenaikan permintaan barang yang tidak diimbangi kapasitas produksi
– Cost push inflation
Inflasi yang terjadi karena kenaikan harga jual, bisa karena kenaikan gaji, bahan baku, pajak, dll.

Inflasi yang baik adalah demand pull, karena terjadi di ekonomi bertumbuh. Tiba-tiba, daya beli naik, sehingga wajar barang juga naik. Ini yang terjadi pada Indonesia tahun 2011. terjadi di mana-mana pada tahun 2008, sedangkan di Indonesia tidak. Sehingga tahun-tahun setelah itu, daya beli Indonesia naik tajam. Akibatnya, harga barang menjadi naik. Karena harga barang naik, ini memicu pekerja minta gaji lebih tinggi, yang diikuti kenaikan pajak dari pemerintah, kenaikan bahan baku, karena semua pihak ingin lebih. Akhirnya memunculkan cost push, yang akibatnya akan memukul daya beli. Akibatnya jelas tidak baik, yaitu semua mengerem pengeluaran, dan potensi krisis akan timbul. Ini terjadi ketika ada kenaikan BBM di 2006, 2008, 2013, 2015.

benar-benar akan terjadi jika terjadi deflasi, ini disebabkan pemikiran, kalau harga barang akan turun terus, mengapa harus beli sekarang. Kalau semua memikirkan hal yang sama, jelas ekonomi menjadi tidak jalan. Oleh sebab itu, inflasi diperlukan, tapi tidak terlalu besar sehingga bisa dikontrol. Salah satu negara yang tidak bisa mengontrol inflasi adalah Zimbabwe. Uangnya sekarang dihargai per kilo.

  • Save

Dan inflasi yang terkendali membuat daya beli naik yang akan mengkatrol laba perusahaan, yang jika dibaca di sini, adalah faktor paling utama kinerja saham untuk jangka panjang.

Kira-kira demikianlah arus investasi yang terjadi. Mudah-mudahan membantu. Daripada berusaha mengikuti big money, mungkin lebih baik berusaha memahami cara berpikir mereka. Sehingga kita bisa mempersiapkan diri menjadi big money juga suatu saat.

Live long, prosper, and be happy.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!
Copy link