


Persiapan sebelum berinvestasi
Calon investor selalu bertanya, apa saham yang akan naik? IHSG besok bagaimana? Dow kemarin turun/naik, hari ini saham bagaimana? Saya sudah beli/jual, selanjutnya bagaimana?
Pertanyaan-pertanyaan lain yang mirip-mirip seperti itu selalu ditanyakan. Intinya keinginan untuk mendapat untung dan menghindari kerugian. Bukankah sifat dasar makhluk hidup seperti itu?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, ada pertanyaan lain yang lebih penting. Sama seperti jika hendak melakukan sesuatu, ada hal yang harus dipersiapkan, demikian juga ketika berinvestasi. Beli HP saja butuh persiapan.
Pertanyaan yang perlu dijawab diambil dari pembukaan awal buku One Up on WallStreet.
1. Apakah kita short term atau long term investor.
2. Apakah kita yakin dengan ekonomi Indonesia.
3. Apakah kita perlu berinvestasi di saham?
4. Apakah kita siap terhadap perubahan mendadak di bursa.
Jawaban mengapanya nanti. Tapi kalau kita tidak bisa menjawab, maka kita akan jadi korban pasar modal yang ujung-ujungnya akan menyalahkan bursa atas kerugian yang terjadi.
Apakah kita akan survive di bursa atau tidak, bukan karena IHSG naik atau turun, tapi bagaimana sikap kita menghadapi perubahan itu.
Sekarang mengapanya,
1. Dengan mengetahui kita short term atau long term, kita akan tahu bagaimana pendekatan kita terhadap bursa. Apakah kita butuh informasi perusahaan, butuh informasi supply demand pasar, atau informasi lainnya, dan membuang informasi yang tidak diperlukan.
Contohnya dengan tahu kita mau dari Jakarta ke Bandung atau ke Surabaya akan menentukan kendaraan apa yang cocok untuk kita.
2. Jika kita tidak yakin dengan prospek ekonomi Indonesia, sebaiknya jangan beinvestasi. Karena investasi sendiri adalah proses menaruh uang di satu alat dan berharap hal baik terjadi. Dan IHSG sangat mencerminkan ekonomi Indonesia.
Untuk lebih jelas akan hal itu silakan baca di
Apa yang membuat IHSG naik?
http://goo.gl/TKy7Hi
3. Apakah kita membutuhkan uang dengan segera atau tidak. Itu akan menentukan investasi seperti apa yang berprospek. Jika kita butuh bayar cicilan dalam waktu dekat tentunya tidak baik masuk ke saham untuk waktu pendek, situasi bisa parah seperti 6 bulan ini.
4. Market selalu berubah. Karena perubahan itu sendiri pasti. Kalau tidak, bagaimana mungkin kita bisa profit. Coba beli saham harga 50, lihat profit datang dari mana. Apakah kita siap terhadap perubahan?
Seperti di artikel Line sebelumnya, investor yearly akan dikritik investor monthly karena perubahan harga, yang akan dikritik investor weekly, yang akan dikritik investor daily, yang akan dikritik investor hourly, yang akan dikritik investor minutely, yang akan dikritik inveestor tickly, yang akan dikritik penjaga warnet (mereka kerja sambil bisa nonton youtube, sedangkan invvestor tickly kerja cuma nonton angka berubah).
Kita cuma bisa mencari timeframe yang cocok dengan kita.
Jadi, sudahkah kita siap jadi investor?
Btw, nanti pasti ada yang ngaku bukan investor tapi trader, tapi aktivitasnya sama saja kan. Invest adalah kegiatan menanam uang ke 1 hal dengan harapan baik, dan trading adalah kegiatan membeli dan menjual.
Be a clearly (not yearly, monthly, weekly, daily, hourly, minutely, tickly) investor.