


The Holy Grail
Kemarin sempat bermain game cash flow 101 bareng beberapa teman. Game yang mirip monopoli tapi lebih kompleks. Kalau monopoli hanya mengajarkan bisnis properti, beli rumah dan tukar ke yang lebih besar (hotel), game cash flow mengajarkan juga tentang saham dan bisnis. Dan yang terpenting, game ini juga mengajarkan bagaimana mengurus laporan kekayaan kita dan memanage keuangan.
Karena background ada di bidang saham, maka gaya permainan juga banyak di investasi saham. Pas dapat saham murah, borong. Sampai cashflow mendekati nol. Nah, sialnya, sebelum sahamnya naik dan laku dijual, sudah terlanjur dipecat dan memiliki anak. Masing-masing 2x lagi. Ga seperti di dunia real di mana anak bisa jadi pembawa rejeki dan teman bermain. Di game, begitu ada anak, pengeluaran sudah pasti naik.
Putaran berlalu, pemain lain sudah menjadi lebih kaya. Gaya permainan mereka sudah berbeda. Di mana di game ini, semakin banyak yang mengincar peluang yang sama, kesempatan menjadi lebih besar. Coba bayangkan ga ada bid offer dan yang banyak. Enak mana untuk trading. Nah, karena sudah kaya duluan, rata-rata tidak mengincar saham lagi, incaran mereka adalah apartemen, bisnis, ruko, dll.
Hal ini membuat lebih susah untuk menjual saham, karena harus usaha sendiri untuk membuka kartu yang tepat. Ditambah kondisi tiba-tiba keluar kartu yang harga saham -50%. Mirip seperti situasi ekonomi sekarang.
Pada saat kartu-kartu terakhir, situasi berubah. Sahamnya mengalami stock split. Dan pas kartu saham dengan harga bagus keluar. 30x lipat dari harga beli. Alias 30bagger. Langsung dijual semua sahamnya. Dan tiba-tiba saja posisi sudah ada di urutan depan dalam hal aset.
Sayang waktu permainan harua diakhiri karena sudah jam makan.
Nah, pelajaran bagi kami, kalau yakin dengan prospek sahamnya, di game itu cuma bisa by teknikal analis, bertahanlah dengan SABAR. Kalau di real, mungkin ada fundamental analis yang membantu.
Karena kesabaran yang menentukan apakah kita akan bertahan di karir investasi kita atau tidak. Dan kesabaranlah kunci utama dalam karir investasi.
Kita mungkin orang paling pintar yang mampu menebak top dan bottom saham, tapi kalau hanya sanggup menahan saham 5 menit, atau 5 jam, atau 5 hari, pasti akan kalah dengan orang rata-rata yang berani hold sahamnya lebih lama, katakanlah 5 tahun.
Pertanyaan penting lainnya, bagaimana kalau sudah sabar, sahamnya malah jeblok, ya berarti harus sabar lagi.
Ini harus dilakukan karena bukan kita yang menentukan arah market. Kita bukan market maker.
Istilahnya, saham itu ibarat bajaj, hanya Tuhan dan supirnya yang tahu kapan bajajnya akan berbelok.
Sabar di sini bukan berarti harus tetap memegang saham busuk sampai waktu yang lama. Batu dipegang 100 tahun juga tidak akan jadi emas. Mengenai bagaimana menilai emas atau batu, nanti akan diadakan workshop untuk membahasnya.
Dan satu hal lagi. Semakin pendek waktu trading kita, semakin wajib kita harus lebih pintar. Dan urusan kepintaran, setiap hari selalu ada orang yang lebih muda, lebih kreatif, dan lebih kuat finansialnya datang dan mengalahkan kita. Ini sudah hukum alam. Dan hukum alam juga, pohon besar hanyalah bisa tumbuh dengan waktu yang tepat.
Semua akan balik ke pribadi masing-masing. Akan seperti apa karir investasi kita dibentuk? Napa karir? Karena kalau main ya hasilnya juga main-main.