Negatron vs Optimis Prime
Kadang lucu kita bisa dapat istilah dari hal-hal tak terduga.
Istilah seperti di atas kami dapat ketika mengobrol dengan teman. Dia menggambarkan Negatron sebagai orang yang suka memberikan aura negatif pada lingkungannya. Baik dari perkataan maupun perbuatannya. Yang tentunya diawali oleh pikirannya. Ini diambil dari nama robot jahat di dalam film Transformer dengan nama Megatron.
Megatron tidak lengkap tanpa pesaing yang selalu melawannya yaitu Optimus Prime. Di dalam hal ini lawan Negatron adalah Optimis Prime. Yaitu kebalikannya, orang yang memberikan aura positif. Ini didapat dari cara berpikir yang melihat kualitas baik dari satu hal.
Dalam investasi, peran Optimis Prime sangat diperlukan. Investasi bisa berhasil jika kita mampu melihat kualitas baik dari produk yang ditawarkannya. Karena perlu untuk melihat prospek masa depan. Apalagi investasi di Indonesia masih satu arah. Hanya bisa profit kalau sahamnya naik.
Kecuali sudah seperti di Amerika yang bisa dua arah seperti dijelaskan di film The Big Short. Itupun karena mereka melihat kualitas baik dari potensi penurunan pasar rumah di Amerika.
Kemampuan optimis ini berbeda sekali dengan kepercayaan bisa menebak masa depan. Satunya adalah sikap melihat kualitas baik dari 1 hal di saat orang lain melihat biasa-biasa saja. Seperti ketika Newton menemukan hukum gravitasi dari pengamatan apel jatuh di saat ribuan tahun orang melihat apel jatuh dan tidak berpikir apa-apa. Seperti ketika Columbus menemukan bagian dari benua Amerika. Orang gila mana yang berani berlayar menuju arah yang tidak jelas ada daratan atau tidak. Seperti ketika Wright bersaudara menciptakan mesin untuk terbang.
Sedangkan asumsi bisa menebak masa depan hanyalah mitos. Jika benar bisa, bukankah orang ini sudah berdiri di peringkat nomor 1 majalah Forbes? Apapun yang dibilangnya naik pasti naik dan tidak ada yang bisa melawannya? Toh peringkat terbaik dari orang yang fokus di bidang investasi adalah Warren Buffet.
Apakah Warren Buffet adalah penebak masa depan atau orang yang terbiasa melihat kualitas baik di saat orang-orang menjauhinya. Karena itu muncullah istilah be greed when other fear and be fear when other greed. Artinya, belilah ketika kebanyakan orang menjual barang bagus di harga murah karena ketakutan tidak berdasar. Juallah ketika kebanyakan orang membeli barang mahal karena panik buying. Penurunan harga dari perusahaan baik harusnya adalah penurunan risiko yang memunculkan peluang, dan kenaikan harga dari perusahaan baik atau buruk adalah kenaikan risiko.
Buffet hanyalah orang biasa yang melakukan hal biasa secara konsisten selama 60 tahun. Lihatlah pembelian Washington Postnya. Setelah beli, sahamnya lanjut turun selama 1 tahun dengan floating loss 22%. Apa yang terjadi dengan WP sekarang? Aset Buffet naik dari 10juta ke 1M di luar dividen.
Dan Buffet sampai saat ini masih melakukan hal yang sama walau usianya sudah 85 tahun. Di saat kita yang lebih muda selalu berkata tidak cukup waktu lagi. Tidak sabar untuk menikmati hasil, sehingga waktu transaksi semakin pendek. Menarik ya, berbagai metode dihasilkan supaya orang-orang tidak sabar bisa berhasil di investasi. Sampai sekarang metode-metode ini belum pernah terbukti kehandalannya. Jika ya, tentunya penghuni Forbes adalah 400 pengguna indikator terbaik, atau 400 indikator terbaik.
Tapi penghuni Forbes adalah kelompok orang yang memiliki ciri yang sama, seharusnya mengajarkan kita sesuatu. Ciri apa? Kita akan bahas di masa depan. Silakan ditebak kapan akan keluar.
Dan 3000 tahun perjalanan spiritual dari berbagai sudut pandang, semua selalu mengajarkan tentang pentingnya kesabaran. Jadi, mengapa sekarang tidak sabar bisa tahu-tahu menjadi penentu sukses?
Pemikiran Warren Buffet tentang Washington Post bisa dibaca di sini.
http://www.gurufocus.com/news/102518/warren-buffett-and-washington-post–buffett-explains-the-investment
Jadi, Negatron atau Optimis Prime.