


Tiga Pilar Sejahtera
Minggu ini investor AISA dihebohkan banyak rumor tidak menyenangkan.
Dimulai dari rumor ada sekuritas yang memotong haircut / margin ratio / market value dari 100% menjadi 0%, TPSF mengalami kesulitan likuiditas, anak usahanya default, dan banyak rumor lagi.
Mari kita telaahi satu-satu. Mengenai haircut, adalah kabar yang salah 100%. Ini sudah kami konfirmasi ke sekuritas yang katanya memotong haircut. Tidak ada perubahan di sekuritas mereka karena posisinya MASIH di 65%.
Terus mengenai kesulitan AISA dan anak usahanya, juga sudah dikonfirmasi ke perusahaan. Tidak ada masalah di sana. Mungkin GOLL memang merugi, tapi kerugian terbesarnya dari fluktuasi kurs yang juga berefek ke banyak perusahaan lain. Sedangkan hutang yang lumayan besar masih tercover oleh aset perusahaan berupa lahan perkebunan dan aset lainnya.
Mengenai divestasi GOLL dari AISA, yang kabarnya akan diberikan sebagai dividen. Kita bisa memandang dari sisi ini. Tujuan divestasi adalah supaya GOLL yang tidak terlalu baik kinerjanya bisa terpisah dari AISA. Supaya bisa keluar, berarti bagian AISA di GOLL harus keluar. Cara lambat adalah mencari pembeli berpotensi. Sayangnya, bisnis CPO dan komoditas sekarang ini lagi tidak bagus. Jadi tidak gampang mencari calon pembeli.
Cara paling cepat adalah bagian GOLL dibagikan secara gratis ke pemegang saham AISA. Logikanya gampang. Kalau benar mau AISA membaik, kita makan bersama bagian yang jelek ini. Lagipula gratis, yang nantinya akan membuat laporan AISA membaik.
Terus mengenai AISA yang banyak melakukan right isu, yang dikatakan tidak baik untuk investor. Menurut kami, tergantung penggunaannya. Mau dipakai untuk apa rightnya. Mengenai kemungkinan terdelusi, kita pakai contoh berikut. Kita melakukan bisnis dengan teman. Suatu hari teman berkata, perlu tambahan modal untuk ekspansi. Kalau kita tidak mau menambah modal, bukankah bagian kita akan mengecil nantinya. Jika kita melihat prospek bisnis, otomatis kita akan menambah modal. Kalau tidak melihat prospek bisnis, kita pasti akan mengurangi posisi, atau malah keluar dari kepemilikan.
Sama seperti di perusahaan yang melakukan right isu. Jika dilihat berprospek, wajar kan kita menambah modal. Jika tidak, maka lebih baik jika kita tidak menambah atau kalau perlu dijual saja kepemilikan kita. Serba salah ya. Jika tidak berekspansi, perusahaan akan kalah bersaing. Jika ingin berekspansi, melalui right isu dikomplain pemegang saham. Jika melalui pinjaman bank, akan kena bunga. Jadi kira-kira modal usaha datang dari mana?
Btw. Informasi di atas datang darimana. Simpel saja. Google kontak perusahaannya. Telepon ke sana dan menanyakan tentang itu. Apakah perusahaannya bisa dipercaya atau jangan-jangan kita lagi ditipu. Lebih percaya mana, perusahaan dengan alamat jelas atau informasi tidak jelas. Memang tidak menutup kemungkinan ada bagian yang tidak kita ketahui.
Kalau sampai perusahaannya tidak layak dipercaya, pilihan gampang adalah menjual sahamnya dan memasukkan ke black list. Kalau tiap waktu ada perusahaan yang masuk black list, bukankah sisanya adalah perusahaan jujur terbaik? Tutup mata invest juga aman.
Tulisan ini bukan untuk menyatakan AISA aman atau tidak. Tapi bagaimana kita mengelola risiko. Mencari info dari sumber yang tepat.
Contoh lain. BSDE baru ada berita marketing salesnya 6.8T. Yang ditulis jelek karena target awal adalah 7.5T. Tapi tahukah yang menulis berita, bahwa di publik expose BSDE telah merevisi target menjadi 6.7T. Alias pencapaiannya di atas target barunya. Jangan-jangan yang menulis berita tidak mengikuti perkembangan emiten?
Dan kalau sahamnya turun terus, berarti ada masalah? Bisa ya bisa tidak. Seperti kata Benjamin Graham. Jangka pendek bursa saham adalah mesin voting. Jangka panjang bursa saham adalah mesin timbangan. Artinya untuk jangka pendek, suara mayoritas menentukan arah harga saham. Jangka panjang, kualitas perusahaan menentukan arah harga saham. AISA, masa depan sampah atau emas?
Lagipula, KALAU perusahaannya bagus, harga murah adalah kesempatan. Siapa yang mau mengcounter berita jelek kalau ada kesempatan mungut di bawah.
Jadi, sudahkah kita mengerjakan PR masing-masing?