ATM

  • Save

 

Bagaimana cara kita meningkatkan kapasitas? Apakah harus berpikir keras supaya mendapat ide? Bertapa di puncak gunung? Solusi paling sederhana adalah menggunakan metode ATM.

adalah AMATI, TIRU, dan MODIFIKASI. Dan ini dipakai oleh semua makhluk untuk belajar. Burung melihat induknya terbang kemudian belajar. Singa melihat induknya berburu dan meniru. Manusia pergi ke sekolah dan melihat guru menjelaskan. Kita belajar dari orang lain, menirunya, dan mengembangkannya. Inilah metode paling efektif meningkatkan kapasitas.

Hal ini karena kita tidak perlu susah payah memikirkan cara baru untuk berhasil. Tinggal lihat siapa yang di depan kita yang telah berhasil melakukannya, kemudian kita tiru. Dan jika tidak cocok, kita modifikasi sesuai latar belakang kita.

Di sini ada 2 perbedaan besar yang terjadi. Untuk yang pertama, orang hanya suka mengamati, tapi tidak pernah bertindak. Kalaupun bertindak, hanya 1-2x kemudian malas melanjutkan. Beda dengan hewan, mereka mengamati, kemudian belajar dengan bertindak. Salah, amati lagi dan bertindak lagi. Sampai menguasai ilmu yang ada. Hewan benar-benar komitmen karena jika tidak berhasil, nyawa mereka adalah taruhannya.

Kita manusia, biasanya pergi ke kelas dan melihat guru, mentor, motivator, pengajar, menjelaskan, kemudian mencatatnya, dan setelah pulang, catatannya masuk ke album kenangan. Karena ini, mungkin ada istilah hidup itu tidak seindah omongan Mario Teguh. Jelas saja, Mario Teguh hanya menunjukkan jalannya, sedangkan untuk berhasil, kita harus melewati jalan itu. Bukannya meminta pak Mario menggendong kita melewatinya.

Perbedaan kedua, jika telah mengamati, kemudian meniru, masih gagal. Sering sekali kita merasa seperti ini, sehingga muncul istilah semua hanya teori, atau jangan-jangan ada sesuatu yang rahasia yang tidak diajarkan. Guru yang baik pasti ingin muridnya berhasil. Kecuali ada sifat iri hati di dalam gurunya.

Jika kita telah meniru dan gagal mencapai hasil seperti yang diharapkan, mungkin kita harus memodifikasi ilmu yang kita dapatkan. Ini disebabkan latar belakang, fisik, kemampuan, garis start, atau apapun itu, yang berbeda dengan yang mengajar.

Contoh, banyak buku Warren Buffet beredar, mengapa sedikit sekali yang mencapai level Warren Buffet? Ini jelas karena Warren Buffet hidup di tempat dan waktu yang berbeda, dan cara pandang yang berbeda juga. Tidak mungkin kita bisa menerapkan 100% apapun yang ditulis. Kita harus memodifikasinya. Warren Buffet sendiri juga memodifikasi ilmu yang didapatkan dari gurunya, Benjamin Graham.

Manusia itu berevolusi. Bukan untuk tumbuh ekor atau tanduk. Tapi kita berevolusi sehingga kita mengadopsi cara baru, membuang hal lama yang sudah tidak berguna, supaya kehidupan kita ke depan lebih baik.

Ngomong-ngomong, memang tidak ada Warren Buffet berikutnya, tapi lahirlah milyarder-milyarder muda yang pertambahan aset mereka bahkan lebih cepat dibanding Warren. Dimulai dari Bill Gates, kemudian ada duet pendiri Google, Larry Page dan Sergey Brin, dan ada lagi pendiri Facebook, Mark Zuckerberg dan kawan-kawannya. Semua adalah melihat apa yang dilakukan pendahulunya, meniru, dan memodifikasinya menjadi hal baru.

Di salah buku Warren Buffet dijelaskan tentang 12 penilaian WB untuk menentukan porsi tiap saham. Setelah mengamati, kami menirunya, yang ternyata ada beberapa yang tidak bisa (atau sulit) untuk diterapkan. Jadi kami merubah sedikit sesuai dengan lingkungan Indonesia. Apakah ke depan akan tetap seperti itu? Rasanya tidak. Nanti juga akan berubah lagi.

Gambar yang ada menjelaskannya. Kita melihat bagaimana yang lain melakukan, meniru, kemudian memodifikasi biar bisa lebih efektif. Karena itu, jangan pernah menelan bulat-bulat apapun yang disampaikan yang lain.

Jadi, terapkan supaya nanti ilmu anda menjadi ATM yang mengeluarkan uang buat anda.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!
Copy link