Grameen Bank

  • Save

 

Grameen Bank

Apakah isu NIM dan segala hal-hal jelek kembali menghantui perbankan Indonesia? Semoga artikel di bawah bisa memberikan pandangan baru. Diterjemahkan dari wikipedia.

Grameen Bank adalah bank organisasi dan komunitas mikrofinansial yang didirikan di Bangladesh. Bank ini menawarkan pinjaman kepada orang miskin tanpa perlu jaminan.

Dimulai tahun 1976, oleh Professor Muhammad Yunus dari Universitas Chittagong, yang meluncurkan proyek penelitian untuk mempelajari bagaimana membuat sistem pemberian kredit seperti servis bank ke daerah miskin. Berdasarkan hasilnya, di Oktober 1983 Grameen Bank diijinkan beroperasi oleh badan Otoritas sebagai bank mandiri. Di 2006, bank dan pendirinya, Muhammad Yunus, bersama-sama menerima hadiah Nobel Perdamaian. Di 1998 “Program Pembiayaan Murah untuk Rumah” mendapat penghargaan WOrld Habitat.

Grameen Bank didirikan dengan prinsip bahwa pinjaman lebih baik dibanding donasi untuk menghilangkan kemiskinan: pinjaman memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk memulai bisnis atau pertanian, yang akan memberikan pendapatan dan memungkinan mereka membayar hutang.

Bank ini didirikan atas dasar pemikiran bahwa orang memiliki potensi tak terbatas, dan dengan membuka kreativitas dan inisiatif akan membantu mereka mengakhiri kemiskinan. Grameen telah menawarkan pinjaman kepada orang yang sebelumnya tidak terlayani : orang miskin, wanita, orang buta huruf, dan pengangguran. Akses ke pinjaman berdasarkan pemikiran yang logis, seperti sistem pinjaman berkelompok dan cicilan mingguan, dan pinjaman jangka panjang yang layak, memungkinkan orang miskin untuk berdikari sesuai keahlian mereka supaya mendapat penghasilan yang lebih baik.

Tujuan Grameen adalah untuk mempromosikan kebebasan finansial bagi orang miskin. Yunus mendorong semua peminjam supaya menjadi penabung, sehingga harta mereka dapat diubah menjadi pinjaman baru untuk yang lain. Grameen merubah depostio di 1 desa menjadi pinjaman di desa lain yang lebih membutuhkan.

Targetnya adalah orang yang paling miskin, terutama wanita, yang menerima 95% pinjaman. Wanita sepanjang sejarah kurang mendapat akses finansial melalui jalur pinjaman biasa. Mereka dipandang kurang memiliki power dalam rumah tangga. Yunus dan yang lain menemukan bahwa meminjamkan ke wanita memberikan efek kedua, dan juga menguatkan komunitas tertentu, yang memberikan kebaikan bagi anak-anak mereka, tidak seperti pria pada umumnya. Yunus mengklaim bawah di 2004, wanita masih kesulitan mendapat pinjaman; mereka hanya 1% dari peminjam di bank umum.

——————————————————–

Dari artikel di atas, terlihat bahwa ketakutan jika NIM menjadi rendah sehingga bank harus mencari pelanggan baru dan mungkin menyebabkan kredit macet adalah tidak beralasan. Setiap perubahan pasti membawa efek. Tapi bisnis itu adalah kumpulan manusia. Dan manusia bukan benda mati yang kalau didorong ke kiri akan ke kiri dan didorong ke kanan akan ke kanan. Apalagi isi bisnis adalah manusia yang ingin mendapat penghasilan lebih, wajarnya jika ada perubahan, mereka akan beradaptasi.

Kalau benar efeknya mungkin tidak seberapa, mengapa bank turun dalam? Seperti biasa. Pasar saham itu kumpulan dari banyak pemikiran irasional. Ditambah manusia cenderung memikirkan efek jelek dari sebuah kejadian dulu. Ini berhubungan dengan cara kerja otak kita sejak jaman dahulu yang selalu lebih waspada pada bahaya. Dan selama bertahun-tahun diajarkan bawah saham turun = bahaya. Wajar kan kalau market agak panik dan take action? Ibarat melihat singa, kita berpikir dulu atau lari dulu?

Di sinilah kita butuh pemahaman, sehingga dengan pengetahuan yang ada, kita mampu melihat penurunan bukan sebagai bahaya, tapi sebagai peluang. BMW senilai 1 milyar jika dijual dengan harga lebih murah 200 juta apakah adalah kesempatan atau masalah? Ingat ya, ini dengan asumsi kalau kita punya pemahaman.     

Logika paling sederhana. Pemerintah tidak mungkin membuat peraturan yang akan mematikan perbankan Indonesia. Memangnya mau membuat berikutnya? Dan dengan memasuki tahun MEA, wajar jika ada tuntuan untuk berubah. Kalau tidak, Indonesia hanya akan jadi tamu di negara sendiri, semua pengusaha luar yang mendapat untung dari 250 juta rakyat Indonesia. Dan perubahan berarti setiap pihak harus keluar dari zona nyaman. Jadi wajar kalau ada sedikit ketidak nyamanan.

Terakhir, kejadian ini akan memperlihatkan pada kita bank mana yang siap dan mana yang tidak. Seperti kata Warren Buffet, ketika air laut surut, barulah kita bisa melihat siapa yang berenang tanpa celana.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!
Copy link