Maybe Yes Maybe No

  • Save

Maybe Yes Maybe No.
 
Pernahkah anda mendengar Sell on May and Go Away? Ini adalah istilah investor untuk menjual sahamnya di bulan Mei dan menjauhi market selama beberapa waktu.
 
Ini adalah ketika di Amerika terjadinya liburan panas dan investor tidak mau memegang ketidak pastian sehingga melepas sahamnya. Apakah benar demikian faktanya.
 
Di gambar ada 2 grafik. Yang atas adalah kinerja pasar di negara berkembang sejak 1990 sampai 2009. Dan yang bawah adalah grafik kinerja index S&P 500 dari tahun 1928 sampai 2014.
 
Terlihat di kedua grafik, mei bukanlah tahun terburuk. Untuk negara berkembang, bulan terburuk ada di Agustus dan September. Sedangkan di Amerika, bulan terburuk ada di bulan September. Mengapa demikian? Alasan ini bisa dibaca di buku One Up on Wall Street.
Jadi selesai artikelnya, dengan hanya memberikan link dan  semua diharapkan mencari sendiri jawabannya di buku menarik setebal 100 halaman? Jelas tidak.
 
Jadi dari mana datangnya istilah sell on may and go away. Mungkin dulunya ada investor yang benar-benar menjual sahamnya di bulan Mei kemudian pergi berlibur. Dan ini dipakai oleh teman-temannya. Bisa jadi ya, kita tidak pernah tahu.
 
Tapi coba cek saja, berapa banyak investor yang menjual di bulan Mei? Kami rasa tidak banyak. Kalau banyak, sudah jelas pasar akan goncang dilanda aksi jual.
 
Yang pasti, menggunakan metode sell on May and go away adalah salah satu bentuk market timing. Market timing adalah tindakan yang dilakukan untuk menebak-nebak kapan sebaiknya saham dijual. Ini juga sering sekali ditanyakan kepada kami, kapan sebaiknya saham dijual.
 
Jujur saja, kami tidak tahu. Dan kami rasa tidak ada seorangpun yang bisa tahu. Mengapa? Ini sama saja seperti kalau kita menanyakan kepada pemilik toko baju. Kapan bajunya akan habis terjual. Jawabannya hampir pasti akan sama. Semua pengusaha pasti lebih peduli dengan berapa banyak yang dia hasilkan dari sebuah produk dibandingkan dengan kapan produknya laku terjual.
 
Ini juga seperti menanyakan kapan hujan akan turun. Kapan gunung akan meletus. Kapan gempa akan terjadi. Tidak akan ada yang tahu dengan pasti. Yang berhasil menebak juga sepertinya hanya beruntung. Kalau benar bisa, sudah jelas orang itu berada di puncak dunia, bukannya lagi sibuk mengutak atik sistem trading. Bisa 5x menebak secara berturut-turut saja sudah akan membuat kita menjadi orang terkaya di dunia.
 
Pertanyaan pentingnya. Jika kita tidak tahu kapan waktu terbaik untuk jualan, jadi invest di saham sudah tidak menarik donk. Justru ini yang bagus. Kita sebagai pemilik usaha saham memang tidak tahu kapan barang (saham) kita akan laku, tapi sama seperti pengusaha lain, kita bisa tahu mau jual di berapa barang kita.
 
Sebenarnya kita bisa tahu kapan saham akan terjual. Sama seperti produk lain. Kita bisa menjual saham dengan cara mengobralnya. Kalau anda baca koran, biasanya ini dilakukan untuk orang yang lagi Butuh Uang mengiklankan barangnya. Apakah kita butuh uang? Kalau tidak, untuk apa harus cepat-cepat jualan.
 
Jadi, antara kapan terjual dan terjual di berapa kita hanya bisa memilih salah satu. Jika mau terjual 5 menit lagi, maka kita harus siap memasang di harga berapapun. Jika mau terjual di harga yang diinginkan, kita harus siap menunggu itu terjadi.
 
Berbicara tentang menunggu. Kita tahu telur akan menetas dalam 21 hari. Pohon durian akan berbuah beberapa tahun. Bayi akan lahir setelah 9 bulan. Apakah kita bisa mempercepat proses? Bisa saja, tapi hasilnya tidak akan maksimal. Seperti tulisan Warren Buffet, anda tidak bisa memiliki bayi dalam 1 bulan dengan menghamili 9 wanita.
 
Tapi market timing akan selalu menarik. Karena setelah terjadi, orang akan berkata, coba saya jual di sini, kemudian beli lagi di sana. Kalau benaran ada cara untuk memastikan saham terjual di harga sekian dan jam sekian, siapa lagi yang mau berinvestasi. Misalnya orang bisa menjual saham di harga 10.000 pada jam 3. Maka dipastikan selain di jam itu mana ada yang mau bertransaksi. Justru karena pasar modal menawarkan ketidak pastian, makanya kita bisa mendapat untung.
 
Bagaimana dengan pasar Indonesia? Kita akan membahasnya di artikel lain.
 
Invest long, prosper and be happy.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!
Copy link