


Portofolio Turnover
Beberapa hari yang lalu berdiskusi dengan teman. Tentang portofolio turnover. Angka yang akan menentukan seberapa sering kita melakukan trading.
Rumusnya adalah selama periode tertentu, idealnya 1 tahun, total buy + total sell dibagi 2. Kemudian angka tadi dibagi dengan modal awal kita.
Misalnya modal awal 100 juta. 1 tahun itu kita membeli sebanyak 80 juta dan menjual 70 juta. Maka Portofolio turnover kita adalah : (70+80) / 2 / 100 = 0.75. Alias 75%.
Warren Buffet menerapkan rule 20% untuk portofolio dia. Artinya dia tidak melakukan trading terlalu sering.
Kunci keberhasilan ada di sini. Karena kita dipaksa untuk tidak sembarangan trading, maka saham pilihan kita haruslah yang terbaik sehingga kita punya fondasi untuk memegangnya cukup lama. Artinya kita harus menunggu timing terbaik untuk melakukan transaksi.
Timing terbaik itu adalah ketika kita mendapatkan perusahaan berkualitas yang punya prospek cerah dikelola oleh orang jujur dan dijual dengan harga menarik. Karena itu, selalu ada kesempatan di bursa.
Dan supaya jarang jual, di awal kita harus benar-benar teliti. Sama seperti menikah, supaya tidak mudah bercerai, di depan kita harus benar-benar teliti. Tetapi kalau sudah tidak cocok, mau ga mau harus cerai. daripada berdarah-darah setiap hari? Persis seperti saham. Ketika sudah tidak layak simpan, untuk apa lagi dipegang lama.
Berapa kalikah kita harus menikah untuk menemukan pasangan impian? Berapa kalikah kita harus membeli saham, untuk menemukan saham terbaik? Tidak akan ada patokan pasti. Dari buku One Up on Wall Street, Peter Lynch mengungkap kata yang sangat bagus. Kita tidak perlu mencium setiap gadis untuk mendapatkan pemenang, dan kita tidak perlu membeli setiap saham untuk menemukan pemenang. Dia kehilangan banyak saham tenbaggersnya, dan itu tidak menghentikannya untuk menjadi legenda di Wall Street.
Tapi dari gambar, kita juga melihat, posisi portofolio Warren Buffet berubah-ubah terus. Tidak full di saham. Ketika akhir 1990an, Buffet menilai saham sudah terlalu mahal, maka dia mengurangi porsi saham dan menambah aset di obligasi atau yang berpendapatan tetap. Setelah dirasa cukup murah, barulah dia mulai mengumpulkan saham lagi.