


Sell on May Versi Lokal
Minggu lalu kita sudah membahas tentang sell on may dari bursa luar. Sekarang giliran saham-saham di BEI. Bagaimanapun kita berinvestasi di Indonesia. Lucu kalau kita malah terlalu fokus dengan hal-hal di luar dan mengabaikan informasi dalam negeri.
Gambar yang ada menggambaran pergerakan IHSG setiap bulan dibanding bulan sebelumnya. Biru jika naik dan merah jika turun. Terlihat IHSG secara rata-rata naik di setiap bulan kecuali Agustus dan Oktober. Dan supaya kinerja porto kita maksimal, maka kita harus fokus menjual di Juli sebagai bulan terakhir biru dan membeli kembali di bulan Oktober sebagai bulan terakhir merah. Ciri-ciri buy on lowest sell on highest. Impian semua investor. Gampang bukan?
Kalau kita perhatikan, teori dari data tidaklah segampang itu diterapkan. 3 tahun terakhir, mei adalah bulan terakhir kenaikan. Jadi sell on mei adalah benar? Ternyata tidak juga. Dari data di gambar, Juni sebagai bulan pertama merah di tahun berjalan supaya bisa Sell on May hanya terjadi 2x.
Bahkan di bulan merah Agustus dan Oktober ada birunya. Oklah. Kita berhasil menebak di bulan berapa index akan turun. Pertanyaan berikutnya adalah jual di tanggal berapa. Awal bulan, pertengahan, atau di akhir bulan.
Kalaupun berhasil menebaknya, pertanyaan lagi. Di saham yang mana? Pada akhirnya metode market timing hampir pasti akan gagal. Karena kita bereaksi terhadap reaksi manusia akan sebuah peristiwa. Dan reaksi itu sendiri juga dipengaruhi banyak faktor.
Dan kalau melihat kinerja 3 bulan awal, dan dibandingkan dengan sejarah, kira-kira IHSG akan seperti apa? Apakah 2002, 2005, 2012, 2013, 2014 atau 2015? Atau the new IHSG 2016.
Tidak ada hari di mana saham pasti merah. Atau hijau. Sama seperti tidak ada tahun di mana saham pasti merah. Atau hijau. Karena itu yang namanya siklus 3 tahun 5 tahun 7 tahun 10 tahun hanyalah mitos.
Sama juga seperti 2018 nanti. Walau orang berkomentar mungkin siklus 10 tahun, 2018, 2008, 1998. Tapi 1988 tidak kan? Demikian juga 1978? Lokasi juga berbeda. 2008 di Amerika. 1998 di Asia. Amerika malah krisis di 2000 karena dotcom.
Untuk 2018 sendiri, menurut kami mungkin akan ada cooling down. Bukan karena ramalan tidak jelas. Tapi murni karena ekonomi dan politik. 2019 Indonesia akan memasuki pemilu lagi, jadi mungkin akan ada yang menjual sebagai antisipasi. Dan 2018 berlangsungnya Asian Games di Jakarta dan Palembang. Sama seperti ketika perusahaan ada proyek, pasti akan digenjot habis-habisan. Tapi setelah proyek? Manusianya butuh istirahat. Dan negara itu kumpulan manusia. Bukan robotloh, kecuali nanti Terminator berjaya. China juga sedikit cooling down setelah Olimpiade 2008. Mungkin itu juga penyebab krisis di 2008 ketika permintaan komoditas tiba-tiba turun.
Cooling down sendiri juga bukan akhir dunia. Setelah itu akan ada masa pertumbuhan lagi. Tidak ada yang bisa kerja keras terus-menerus. Lagipula apakah Indonesia 2018 sama persis seperti China 2008? Tidak ada yang tahu. Dan kita sudah melewati 1998, 2008, 2012 yang diramalkan akan kiamat. Apakah tidak akan bisa lewat 2018 yang belum tentu akan terjadi?
Jadi, kapan waktu terbaik untuk menjual. Ini pertanyaan penting. Untuk menjawab ini, kita harus bisa menjawab, mau jual di berapa. Karena pedagang akan untung kalau bisa mengambil profit. Coba tanyakan saja ke semua pedagang. Ketika hanya bisa memih satu, mereka lebih peduli akan jual kapan atau jual di berapa.
Kami sendiri akan menjual hanya dalam beberapa kondisi, yang paling utama adalah jika butuh dananya. Karena itu sebaiknya dalam berinvestasi, sebaiknya memakai dana nganggur supaya tidak jual dalam kondisi terdesak. Biasanya dalam situasi ini tidak akan maksimal. Tapi kalau butuh dana, berapapun pasti akan kita lepas.
Kondisi kedua dan yang biasanya dilakukan, adalah ketika ada yang lebih baik. Dalam berinvestasi, walau disebut harus seperti memilih pasangan hidup supaya aman, tidaklah seperti pernikahan yang harus terus dipertahankan. Jika ada saham yang lebih baik, ingat ya saham bukan lawan jenis, kita bisa menjualnya. Dengan teknologi, sekarang sudah sangat mudah dalam profit taking. Dan sayangnya, karena kemudahan inilah membuat kita akan susah profit. Baru untung sedikit sudah dijual.
Dan karena kesempatan bagus tidak mungkin datang setiap hari, kami memastikan ketika membeli harus saham terbaik supaya bisa hold forever. Apalagi banyak kegiatan lain yang lebih menarik dibandingkan cuma mengawasi monitor. Kecuali memang sudah hobi.
Seperti nanti di bulan Agustus nanti, kami ingin mengikuti seminar selama beberapa hari. Apakah harus dijual semua saham karena tidak bisa mantau sebagai persiapan Agustus bulan terburuk?
Maybe yes maybe no.