


Jurus 1 Kaki
Berapa banyak jurus yang perlu kita kuasai supaya bisa bertahan dan mendapat profit di investasi saham? Apakah kita perlu mencari banyak guru dan belajar dari semuanya, atau kita cukup fokus pada 1 ilmu? Tidak ada yang bisa menjamin ini.
Biasanya, orang yang menguasai banyak ilmu, akan menjadi rata-rata, dan orang yang menguasai 1 ilmu, akan menjadi unggulan. Ini gampang dianalisa. Semua manusia itu memiliki 24 jam sehari. Tidak lebih tidak kurang. Tidak ada orang spesial yang mendapat tambahan waktu, dan tidak ada orang yang bernasib sial mendapat waktu yang lebih sedikit.
Kita bisa bagi, 8 jam untuk tidur, 8 jam untuk bekerja, 6 jam untuk hal-hal lain. Jadi kita setidaknya punya 2 jam waktu luang untuk mempertajam ilmu investasi kita setiap hari. Apa yang bisa didapatkan dengan 2 jam ini?
Kita bisa lihat. Berapa banyak indikator yang ada di dunia investasi. Setidaknya ada ratusan. Kalau kita berusaha menguasai semua, kira-kira butuh berapa lama untuk bisa mandiri dalam berinvestasi? Jadi paling gampang, jika kita mengambil model yang sederhana, mempelajarinya dan kemudian berlatih dengannya. Seperti kata Bruce Lee. Daripada belajar 10.000 jurus 1x, lebih baik belajar 1 jurus 10.000x.
Sama seperti Saham-Indonesia, kami juga berusaha hanya menguasai 1 ilmu saja. Yaitu ilmu membeli saham di harga murah, dan menjual saham di harga mahal. Teorinya begitu, tapi prakteknya? Memang tidak gampang, kalau gampang, semua orang yang terjun ke investasi sudah akan berhasil dan menjadi kaya. Cara kerjanya tidak demikian. Sama seperti bidang lain, yang di atas dan unggul itu selalu lebih sedikit, tapi perbedaan besar di investasi adalah, kita tidak perlu menyingkirkan orang lain dalam proses mendaki. Justru semakin banyak yang terlibat, pasar semakin likuid, dan kita semakin gampang berhasil.
Mengenai 1 jurus, mengapa kita perlu sesedikit mungkin belajar melebar, dan harus mendalam. Alasannya, karena semua ilmu itu tidak bisa dengan sekali saja dibaca sudah akan dikuasai. Tidak ada yang seperti film, ketemu kitab di goa, atau bertemu guru sakti, ditransfer ilmunya, 1 malam kemudian sudah bisa menguasai dunia persilatan. Atau kita hanya perlu menghapal 1 metode, besoknya sudah menjadi ahli.
Kita perlu mencoba, ada salah, perlu modifikasi, dicoba lagi. Sampai akhirnya kita menjadi nyaman dengan metode yang kita terapkan, dan metode ini terbukti efektif bagi perkembangan kita. Contoh, kami memakai metode valuasi. Jadi kami menilai nilai wajar saham di posisi sekarang berapa. Kemudian kami melakukan diskon terhadap barang ini. Persis seperti ilmu pasar. Ke pasar mencari barang, setelah meneliti mutunya, kita melakukan penawaran. Berapa batas penawaran terbaik atau terendah yang bisa didapatkan? Ini yang mustahil bisa sama tiap orang.
Dan apakah dengan ilmu ini, kita sudah pasti benar. Tidak juga. Bisa saja ada perhitungan yang salah. Tapi berusaha menilai mutunya lebih baik dibanding tidak ngerti sama sekali dan cuma modal ikut orang. Seperti kata Peter Lynch, berinvestasi tanpa mengenali perusahaannya seperti bermain poker tanpa melihat kartu. Kita bisa saja berhasil tapi mengapa harus mengambil risiko yang tidak perlu. Dan supaya tidak salah, kita harus mengikuti perkembangan ceritanya. Jangan sampai perusahaan sudah berganti semua isinya kita masih menganggapnya sama.
Kami di awal menggunakan diskon 15%. Ternyata diskon ini tidak cukup, dan setelah melakukan beberapa kali analisa dan pembelian, akhirnya kami memutuskan 30% adalah angka yang ideal bagi kami. Ternyata masalah tidak selesai sampai di sini saja, ada berbagai jenis saham dengan berbagai diskon. Saham-saham kelas 1 diskon bisa 30%, tapi saham kelas 2 dan kelas 3 tidak bisa demikian.
Metode-metode ini jelas butuh waktu dan percobaan supaya bisa menjadi cocok bagi kita. Dan awalnya kita bisa saja meniru orang lain. Seperti ketika kami menggunakan 15% diskon yang merupakan hasil mencontoh guru kami. Ternyata tidak cocok. Jadi perlu dimodifikasi lagi. Inilah yang dinamakan metode ATM. Amati, Tiru, dan Modifikasi.
Setelah berhasil terus bagaimana. Inilah saatnya kita meneruskan apa yang kita ketahui kepada yang lain. Ilmu itu seperti lilin. Kita membagi cahaya supaya ketidak tahuan yang lain menjadi hilang, dan yang belajar menjadi tahu. Seperti bahasan di atas, semakin banyak yang tahu tentang investasi, semakin baik untuk investasi kita sendiri.
Tapi ilmu kita haruslah kita coba dulu. Tidak logis mengajar orang menangkap ikan tapi kita sendiri tidak berani terjun ke laut. Itulah yang akhirnya hanya menjadi teori. Banyak berbicara sedikit bekerja. Kalau kebanyakan teori, akhirnya apa? Kita malah jadi pengumpul teori yang menguasai 10.000 jurus tapi cuma berlatih 1x. Kita tidak mau rekening bank kita seperti itu kan? Banyak kertas tagihan, sedikit aset.
Kita mau aset banyak, bisa liburan kemana-mana, dan waktu luang untuk meningkatkan kapasitas lagi, dan berusaha membantu yang lain.