


Money Monster
Film tentang sedikit pasar saham banyak action. Itu kalau 1 kalimat tentang apa isi Money Monster yang sedang ditayangkan di bioskop. Dibintangi oleh George Clooney dan Julia Roberts.
Film ini bercerita seorang pembawa acara finansial yang suka memberikan analisa harian. Sampai satu hari analisanya menyebabkan kerugian dan ada investor yang marah kemudian menyandera 1 studio TV untuk meminta pertanggung jawaban apa yang telah terjadi.
Ulasan berikut mengandung isi cerita film, jadi buat yang mau menonton bisa menunda membaca lanjutannya.
Kisah penyanderaan berlansung dan bagaimana host yang awalnya memikirkan untuk menyelamatkan diri berubah menjadi ingin menolong penyandera. Di awal diceritakan kerugian besar terjadi karena adanya kesalahan komputer. Dengan alasan itu, diharapkan para investor percaya kemudian bisa melupakan masalah yang ada. Ternyata setelah ditelusuri, ada campur tangan manusia. Komputer hanya menjalankan logika yang diberikan.
Ini sama seperti kejadian kemarin. Di mana ada beberapa saham turun lumayan dalam. Jika kita telah memasang stop loss (sistem untuk membatasi kerugian), ada kemungkinan sistem kena kondisi terjual, yang jika pada kondisi normal kecil kemungkinan harganya akan bergerak liar. Jika saham kita terjual, ada kemungkinan hari ini kita akan melongo melihat sahamnya kembali ke harga semula.
Apakah sistem kita salah? Belum tentu. Tapi sistem tidak akan mungkin bisa mengantisipasi apa yang akan dilakukan manusia. Sama seperti artikel sebelum ini tentang komputer yang menebak hasil liga Inggris. Dan begitu juga komentar Peter Lynch. Investasi itu seni bukan ilmu matematika. Jika benar semuanya adalah matematika, maka cukup dibutuhkan 1 komputer kemudian kita memasang sistem otomatis supaya bisa mendulang kekayaan. Dalam beberapa tahun, kita sudah menjadi penghuni forbes. Tapi kenyataannya tidak demikian bukan? Sampai hari ini, kami belum melihat ada bukti nyata orang yang mengklaim punya sistem canggih bisa melewati krisis dengan selamat. Justru yang masih pakai cara kuno yang masih bertahan bahkan masuk di penghuni forbes.
Kita sebagai manusialah yang harus mencari tahu apa yang kita lakukan. Buy what you know and know what you buy. Seperti juga di film, dengan tenaga manusialah misteri hilangnya uang investor bisa diselesaikan.
Dan di film juga sudah menjelaskan, korban investasi selalu akan ada di mana-mana. Bukan hanya di Indonesia, di Amerika Serikat yang merupakan moyang investasi saham juga sama saja. Bahkan kami rasa lebih aman di Indonesia karena model investasinya masih sederhana. Kalau sudah rumit, bukankah akan sulit mencari kebenarannya? Dan potensi keuntungan di Indonesia kira-kira 2 x lipat pasar Amerika.
Apakah filmnya layak ditonton? Semua tergantung selera masing-masing. Apakah investasi saham layak dilakukan? Sama juga, semua tergantung diri sendiri. Kami hanya bisa membantu, keputusan akhir selalu ada di tangan sendiri.