


Apa Gunanya Pubex
Minggu lalu kita tidak membahas banyak artikel karena sibuk mengikuti pubex atau public expose. Sebenarnya apa gunanya itu? Bukankah semua data yang diperlukan sudah cukup dari grafik harga?
Mungkin ya mungkin tidak. Tergantung bagaimana cara kita memandang bursa. Kita tidak akan membahas banyak mengenai grafik harga karena arah kami bukan ke sana. Kita bahasnya yang gampang – gampang saja.
Pubex atau publik expose adalah kegiatan yang dilakukan emiten untuk memaparkan kinerja dan prospek perusahaan mereka ke depan. Minimal sampai satu tahun ke depan, karena biasanya pubex diadakan setahun sekali. Karena sifatnya adalah penyampaian informasi dari perusahaan terbuka, maka kita bisa mengikuti dengan gratis. Paling tinggal ongkos untuk ke sana dan kemauan untuk mengikuti.
Nah, ke sana untuk apa. Ada yang berharap dapat makan gratis atau souvenir, tapi rasanya reward terbesar bukan dari sana. Paling utama adalah perusahaan menyampaikan informasi. Informasi yang biasanya kita kejar-kejar supaya bisa mendapat profit. Kalau dapat profit, bukankah makan gratis dan souvenir menjadi tidak seberapa. Yang penting dari investasi adalah profitnya kan?
OK, selain untuk mendapat profit, apa lagi. Kita bisa mendapat feeling dari bagaimana manajemen melihat prospek perusahaannya. Jika manajemen sendiri ragu, bukankah ini adalah signal buruk untuk menaruh uang di perusahaan mereka? Ingat loh, membeli saham berarti membeli perusahaan, bukan kertas lotere. Bahkan jika kita menganggap saham adalah kertas lotere, ada banyak fund manager yang melihat sebagai bisnis. Jadi ketika perusahaan punya prospek buruk, mereka akan ramai-ramai menjual. Kalau fund manager sudah menjual dalam jumlah besar, bukankah harga saham akan turun? Jika kita bisa memahami ini, maka kita tidak perlu mengekori yang namanya fund manager lagi. Mereka manusia, kita juga manusia. Atas dasar apa kita investor ritel bisa merasa lebih kecil dibanding mereka?
Hal lain juga bisa bertemu banyak orang. Syukur-syukur bertemu orang hebat seperti kami bertemu dr. Ahmad. Orang yang serius mengikuti pubex apalagi yang jauh-jauh, jelas punya visi yang besar. Kami pernah melihat orang tua yang mengikuti pubex dari jauh-jauh. Cara mereka memandang saham sungguh menarik.
Yang terakhir, ada kemungkinan dari 1 pubex kita bisa mengintip apa yang dilakukan saingan. Atau malah mendapat informasi mengenai sektor lain. Misalnya dari pubex ROTI kami memahami bisnis jaringan modern market.
Dan pertanyaan terpenting, kalau tidak bisa hadir, misalnya kerja atau di luar kota bagaimana. Ingat, kita di jaman informasi, kalau kita malah kekurangan informasi ini akan menjadi masalah. Istilahnya mati kehausan di tengah danau. Semua materi bisa didapatkan secara gratis di web IDX.co.id. Atau bisa menanyakan ke investor relation masing-masing perusahaan. Bagaimana menanyakannya, bisa dibaca di buku One Up on Wall Street. Semua diajarkan. Bagaimana Saham-Indonesia bertransformasi, juga dari buku ini.
Oh ya. Apa gunanya capek-capek mencari informasi. Tujuan dari informasi adalah supaya kita punya pengetahuan mengapa harus memiliki saham di perusahaan ini. Pengetahuan akan membuat kita yakin. Seperti tahun kemarin ketika IHSG rontok dan banyak pengamat meramal kiamat ekonomi, bahkan banyak yang ikut menshare berita demikian seakan-akan benar-benar akan terjadi. Dibutuhkan keyakinan mendalam untuk melewati ini. Karena pasar modal akan menghabisi siapapun yang tidak punya keyakinan.
Asal jangan keyakinan buta. Berharap saham ABCD akan kembali ke harga semula padahal hal ini tidak mungkin terjadi saat inj. Ada perbedaan jauh antara berharap dan berinvestasi.
Berinvestasilah dengan benar, miliki saham yang tepat, karena perusahaan bagus akan naik juga harga sahamnya, dan perusahaan jelek akan turun harga sahamnya. Investor diganjar atas apa yang dimilikinya. Kita nanti akan punya keyakinan untuk menambah terus saham bagus yang harganya sedang tertekan. Dari inilah wealth accumulation terbentuk.
Dan siapa tahu suatu hari, seperti di gambar, pubex kita juga akan seperti annual meeting dari Berkshire Hathaway, perusahaan milik Warren Buffet.