Bersatu Kita Teguh

  • Save

 

Bersatu Kita Teguh

Apa syarat sebuah pernikahan itu bisa langgeng? Banyak cara. Tapi kami percaya karena adanya kebaikan makanya sebuah hubungan bisa berlangsung. Dalam menikah, seperti di quote, adalah bagaimana kita mengerti 100% pasangan kita. Memang selalu ada alasan untuk bercerai, tapi hanya karena kita punya kebaikanlah, maka sebuah hubungan bisa bertahan. Kita melihat kualitas baik dari seseorang di masa sulit.

Tapi jaman sekarang, apalagi jaman serba instan, sangat susah untuk ini. Lebih banyak orang yang mengajarkan untuk berpisah. Sedikit-sedikit, selalu ada saran berpisah. Majalah, TV, radio selalu membahas tentang perceraian orang terkenal. Bahkan di Amerika, 50% pernikahan berakhir dengan perceraian. Bahkan 1 hal, ketika kami mencari quote untuk tidak bercerai, semua quote adalah tentang membuktikan bercerai adalah langkah yang baik.

Bercerai bukanlah kegiatan yang baik, karena tidak hanya berhenti di kejadian bercerainya saja, ini akan membawa memori buruk yang terus-menerus kita ingat dan ungkit-ungkit di masa depan, dan mendorong timbulnya keburukan lain dalam hidup kita. Bercerai adalah salah satu sebab kehidupan spiral down kita.

Tapi, bukan berarti juga sebuah hubungan harus bertahan selamanya. Jika memang itu tidak baik, lebih baik berpisah daripada hubungan itu sendiri membuat kehidupan kita menjadi lebih buruk. Tandanya adalah sebuah kegiatan yang membuat kapasitas kita turun, maka ini adalah kehidupan spiral down. Saat itulah kita harus mengucapkan kata perpisahan.

Sekarang, mengapa membahas ini padahal grup ini adalah berbicara tentang berinvestasi. Alasannya sama. Karena menjalin hubungan dan berinvestasi adalah kegiatan yang kita lakukan. Aktivitas yang dilakukan melalui pikiran, perkataan dan perbuatan. Hampir semua orang yang kami temui selalu berusaha melakukan 2 hal, bertanya kapan sebuah saham harus dijual, atau memberi saran kapan sebuah saham harus dijual. Kami melihat ini adalah langkah yang buruk. Mengapa?

Dengan berpikir, berkata, dan melakukan tindakan menjual saham, berarti kita sedang melakukan tindakan cut the profit. Dan ini adalah kunci untuk tidak pernah berhasil di saham. Potensi keuntungan di saham adalah sebatas langit. Sangatlah disayangkan jika kita membatasi diri hanya sampai langit-langit. Tidak masalah kita cut the di 5%, 20%, 50%, 100%, atau berapapun itu juga. Menjual karena perubahan harga adalah jalan untuk menjadi investor rata-rata.

Ini adalah tulisan di buku One Up on Wall Street bab 16.

Untuk alasan yang sekarang jelas tidak masuk akal, saya selalu menolak “stop order”, yaitu automatic order pada harga tertentu, biasanya 10% lebih rendah dari harga beli. Benar jika anda menaruh “Stop order” anda akan membatasi kerugian di 10%, tapi dengan perubahan harga yang volatil, sahamnya hampir pasti akan menyentuh stop order anda. Sangat aneh melihat bagaimana stop order yang memastikan ketika harga turun 10%, dan sahamnya dijual, alih-alih sebagai pelindung anda, menjadi bencana yang membuat kekalahan ini menjadi kesimpulan akhir. Anda mungkin akan kehilangan Taco Bell 10x melalui stop order ini.
Tunjukkan pada saya portofolio dengan 10% stop, dan saya akan menunjukkan pada anda portofolio yang takdirnya akan kalah sebesar itu. Dengan menaruh stop order, anda memastikan diri anda akan menjual saham dengan harga lebih rendah dibanding hari ini.
Ini sama juga ketika saham naik dan investor akan menjualnya. Tidak ada jalan untuk memastikan stop order adalah pelindung ketika saham turun, dan batasan ketika saham naik. Jika saya yakin pada “Juallah ketika sudah 2x lipat”, maka saya tidak akan pernah diuntungkan dari kemenangan besar, dan saya tidak pernah punya kesempatan menulis buku. Bertahanlah untuk melihat apa yang terjadi – sepanjang lanjutan cerita awalnya masuk akal, atau menjadi lebih baik – dan anda akan kagum dengan hasilnya beberapa tahun kemudian.

————————————————

Alasan cut loss yang sama juga dengan alasan cut profit. Sama juga seperti Warren Buffet. Setiap pembelian yang dilakukan, adalah supaya bisa bertahan selamanya di saham itu. Makanya menjadi legenda Wall Street, dan Warren Buffet menjadi legenda di Forbes list. Jika 2 orang yang berhasil berkata demikian, maka sudah sepantasnya kata-kata mereka kita pikirkan terlebih dahulu, benarkah demikian? Alih-alih langsung membuangnya ke tong sampah dan melanjutkan kebiasaan lama kita, cut loss and cut profit.

Pertanyaan pentingnya, jika membeli saham supaya tidak dijual, bagaimana caranya. Persis seperti menikahi orang yang tepat, sebelum menikah, kita melakukan riset terlebih dahulu. Bukankah ada pepatah yang berkata bibit, bebet, bobot? Lihatlah asal usulnya, lihatlah lingkungan dia, dan lihatlah kualitas dia. Dan kita tidak bisa bertemu pasangan ideal hanya karena ke sebuah tempat, mencari 1 orang secara acak dan mengajaknya menikah keesokan harinya kan?

Sama seperti itulah di saham. Kita meneliti siapa yang di belakangnya (manajemennya), kita melihat apa yang dilakukannya (prospeknya) dan kualitas dia. Persis seperti 4 hal yang dilakukan Warren Buffet, lihatlah kualitas perusahaannya, lihatlah prospek ke depannya, lihatlah manajemennya, dan lihatlah harga jualnya.

Kemarin sharing pak Alianto sangat bagus. Lihatlah gambaran besarnya dan follow the story. Ini kami terapkan langsung di ACES. Ketika ACES mengalami penurunan laba, yang kami lakukan adalah melihat gambaran besarnya. Apa ujung yang menanti kita. Menurut kami, berdasarkan riset, ACES masih ok untuk dipegang, jadi kami memutuskan untuk tidak bercerai. Apakah keputusan ini tepat? Hanya waktu yang akan berbicara.

Oh ya, keputusan untuk menjual saham juga sama seperti bercerai. Kadang perlu dilakukan, tapi kalau setiap kali ada 1-2 hal buruk terjadi kita menjual, apalagi hanya karena harga bergerak liar, itu adalah langkah pasti untuk kita gagal. Dan setiap tindakan yang kita lakukan, maka itu menanam jejak dalam pikiran kita yang ke depannya akan menjadi lebih kuat lagi, sampai itu menjadi kebiasaan kita. Dan jika sudah jadi kebiasaan, percayalah, kita akan sudah sangat telat untuk berubah.

Bersatu kita kaya, bercerai kita miskin. Tanyalah biaya dan usaha yang dikeluarkan ketika bercerai.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!
Copy link