Support dan Resist

  • Save

 

Support dan Resist

Dalam berinvestasi, kita mungkin akan sering mendengar kata support dan resist. Kira-kira bagaimana menggunakannya.

Pertama, kita harus tahu definisinya dulu. Support adalah sebuah batas yang menahan supaya kita tidak jatuh, ibaratnya lantai. Sedangkan resist adalah sebuah batas yang menahan kita untuk naik lebih tinggi, ibaratnya langit-langit.

Kalau dipraktekkan ke saham, kira-kira support adalah batas aman kita melakukan pembelian, karena dirasakan sudah murah, dan resist adalah batas kita merasa sudah cukup dan melakukan penjualan. Ini adalah support dan resist versi kami.

Pertanyaannya, bagaimana menentukan batas ini. Langkah pertama dan paling penting adalah kita bisa menentukan kira-kira berapa nilai sebuah perusahaan yang tercermin ke harga saham per lembar. Banyak metode untuk melakukannya, bisa dari PER, Discounted Cash Flow, atau metode lain yang dirasakan cukup nyaman. Sebisa mungkin dengan metode yang sederhana, supaya peluang terjadinya kesalahan lebih kecil.

Setelah tahu nilai sebuah perusahaan, dan sekali lagi, ini yang terpenting, alasannya sederhana, beli atau jual apapun juga perlu tahu donk harga pasaran di berapa biar ga tertipu, setelah tahu, maka langkah berikutnya adalah menentukan batas aman ini.

Gambar yang ada menjelaskan bagian ini. Garis warna hijau atau yang disebut margin of safety, adalah batas support untuk membeli. Selama harga saham bergerak di bawah garis ini, maka adalah aman untuk membeli. Semakin turun harganya, semakin bagus, karena diskon yang kita dapatkan semakin besar.

Sampai kapan kita membeli? Jawabannya sampai harga kembali ke atas batas itu, atau sampai dirasakan posisi kita sudah cukup banyak. Setelah itu, kita menunggu.

Menunggu sampai harga bergerak menjadi sangat mahal. Kira-kira ada di garis merah dengan nama fair value atau nilai wajar. Mungkin bisa lebih atas lagi tergantung bagaimana psikologis kita. Intinya semakin tinggi harga bergerak, maka semakin besar dan potensi semakin kecil. Jika kita telah puas dengan potensi profit yang dihasilkan, maka kita bisa menjual posisi kita.

Setelah ini, kita bisa mengulangi langkah 1 lagi. Coba hitung, kalau ini dilakukan secara konsisten, bagaimana perkembangan aset kita.

Ini gambaran besarnya. Sekarang, untuk penggunaannya, bagaimana dengan segala kemungkinan yang akan terjadi. Bagaimana kalau kinerja perusahaan turun sehingga fair value malah di bawah MOS atau titik resist berubah menjadi titik support? Pilihannya selalu ada 3, menambah yaitu averaging, tidak melakukan apa-apa alias hold, atau jual dengan posisi rugi atau istilahnya cutloss.

Semua tindakan ini, nantinya akan berujung 1 hal, setelah take action, apakah pasar akan bergerak sesuai keinginan kita? Jawaban pastinya adalah tidak ada yang tahu. Kalau benaran ada yang ngaku bisa memprediksi masa depan, tanya balik, ngapain di sini jelasin ke saya, mending sana jelasin ke bankir minta duit 10T untuk goreng saham.

Karena ga bisa dengan tepat, kita cuma bisa menilai dari pengalaman sebelumnya, jika kinerja menurun, apa yang harus dilakukan. Pertanyaannya, apakah penurunan kinerja ini sementara atau merusak secara permanen? Jika sementara, berarti pilihan kita adalah menambah atau tidak melakukan apa-apa tergantung dana kita. Tapi jika permanen, maka kita harus menjualnya.

Sekarang, apa yang permanen dan apa yang sementara. Sampai saat ini tidak ada jawaban pasti, tapi biasanya yang sementara itu adalah karena efek dari luar, misalnya ketika mata uang berfluktuasi, ekonomi berubah, sedangkan yang permanen biasanya dari internal perusahaan, misalnya karena membeli bisnis baru, manajemen melakukan kesalahan, dan sebagainya.

Balik ke topik di atas, berapa besar diskon atau margin of safety yang bisa diberikan? Dari pengalaman, kami akan membagi perusahaan menjadi beberapa kelas. Dari perusahaan kualitas nomor 1 dan seterusnya. Semakin bagus kualitas perusahaan, diskon semakin kecil. Biasanya dimulai dari 30%. Kelas 2, maka diskon bertambah, katakanlah 40%. Dan seterusnya. Sebaiknya cukup 3 Kelas saja. Sisanya adalah perusahaan tidak layak invest. Apalagi perusahaan yang baru 5 menit yang lalu kita dengar.

Tidak mungkin kita menikahi orang yang baru dikenal 5 menit yang lalu hanya karena dikenalkan oleh teman, atau membeli handphone yang mereknya baru dikenal 5 menit yang lalu karena dibilang bagus oleh penjual, mengapa kita berani membeli saham yang baru kita dengar 5 menit yang lalu hanya karena ada yang bilang bagus? Wajar kan pada akhirnya kita akan sering rugi.

Berinvestasi itu cari aman. Bukan menghamburkan uang yang susah payah kita dapatkan begitu saja. Ingat saja pesan Warren Buffet. Aturan 1, Jangan pernah kehilangan uang, dan aturan 2, Ingat aturan 1. Artinya berhati-hatilah menganalisa sebelum membeli, dan jika sudah membeli, dan salah analisa, ingat lagi aturan 1, jangan menambah kerugian. Aturan nomor 1 untuk bagaimana kita menjadi lebih kaya, dan aturan nomor 2 mencegah kita mengalami kerugian yang lebih besar.

Warren Buffet sendiri melakukan ini secara konsisten, makanya sekarang dia di jajaran teratas orang kaya dunia, dan ketika dia salah, misalnya di Solomon brothers, atau ketika dia tertipu di laporan keuangan, dia segera keluar supaya kerugiannya tidak lebih dalam.

Metode ini hanya bisa berhasil kalau kita bisa konsisten melakukan PR kita. Sayangnya, lebih banyak orang yang malas mengerjakan PR, dan memilih cara gampang. Yaitu cukup lihat pergerakan harga yang naik turun. Sayangnya, informasi harga adalah informasi yang paling tidak berguna. Ini hanya memberitahu kita bahwa ada orang lain yang bersedia untuk membayar barang yang sama dengan harga yang berbeda. Tugas kita bukanlah untuk membandingkan harga, tapi mencari peluang terbaik yang muncul.

Peluang yang didasarkan atas analisa terbaik kita pada saat itu sesuai dengan kapasitas kita. Kalau kapasitas kita naik, nanti kemampuan kita akan naik juga. Jadi, kalau yang bingung baca artikel di atas, berarti saatnya kita perlu meningkatkan kapasitas kita, dan pertanyaan pentingnya, apakah anda mau belajar? Jawaban anda menentukan masa depan investasi anda. Selamat membaca dan belajar.

Oh ya, artikel ini muncul berkat diskusi yang terjadi di grup. Grup yang sehat jelas adalah grup yang saling meningkatkan kapasitas, bukan untuk grup tanding ilmu.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!
Copy link