


Who wants to be a Millionaire
Sepertinya semua pembaca pernah nonton atau mendengar acara ini. Tentang kuis yang memberikan 15 pertanyaan pilihan ganda. Peserta hanya perlu menjawab dengan benar, dan tabungan uang hadiahnya akan bertambah. Jika berhasil menjawab semua pertanyaan, peserta akan memenangkan 1 juta dollar atau tergantung kurs masing-masing negara.
Pertanyaan yang diberikan, awalnya mudah, kemudian tingkat kesulitannya semakin bertambah, sehingga peserta diberikan 3 bantuan, yaitu ask the audience, call a friend, atau 50:50. Yaitu bisa meminta bantuan penonton untuk membantu menjawab dengan voting mana jawaban terbanyak yang dipilih penonton, atau menelepon kenalannya untuk mencari info, atau membuang 50% jawaban supaya pilihan menjadi semakin kecil. Setelah menggunakan salah satu atau lebih bantuan ini, peserta bisa memutuskan ikut jawaban mereka atau memilih jawaban sendiri. Bantuan ini kadang sangat berguna karena biasanya jawaban yang diberikan dari bantuan cukup tepat.
Di investasi saham, hal yang sama juga ada. Kita bisa menebak melalui bantuan alat atau secara random membuang pilihan yang ada, menanyakan kepada teman atau ahlinya, atau melihat mayoritas investor lain membeli apa kemudian kita mengikuti. Cara yang mungkin berhasil di acara kuis, tapi hampir dipastikan tidak akan berhasil di saham.
Yang pertama, dengan menebak-nebak saham apa yang akan naik untuk dibeli dan saham apa yang akan turun untuk dijual. Investasi itu bukan beli lotere, kemudian berharap bisa naik, di balik setiap saham ada perusahaan yang beroperasi. Kita harus mencari tahu apa yang terjadi dengan perusahaan itu. Alasannya karena perusahaan berisi manusia. Dan manusia itu dinamis, akan berubah terus. Bukan batang lilin yang kalau A maka A, kalau B maka B.
Yang kedua, call a friend. Kita kadang atau malah seringnya tidak percaya diri dan suka menanyakan pendapat orang lain, saham pilihan mereka. Dalam buku One Up on Wall Street, Peter Lynch menulis bahwa ini cara buruk untuk berinvestasi. Karena 3 alasan, mereka bisa salah, kalau pun benar, kita tidak tahu kapan mereka akan merubah keputusan, dan kita mungkin mengetahui sesuatu yang tidak mereka ketahui. Lagipula mau sampai kapan kita terikat harus mengikuti orang lain. Selama kita mengikuti orang lain, kita akan selalu di belakang.
Yang ketiga, ask the audience. Ini yang paling sering terjadi. Kita mengikuti jumlah besar. Kata lain dari ini adalah mengikuti volume. Atau namanya confirm volume. Secara logika, kalau mayoritas benar, bukankah mereka sudah ada di puncak karir? Atau misalnya yang volume besar itu fund manager, tapi berapa banyak fund manager yang bisa outperform market? Tidak banyak. Jadi kalau kita mengikuti yang di bawah rata-rata, sudah dipastikan kinerja kita lebih di bawah rata-rata lagi.
Jadi jika 3 cara ini tidak akan berhasil, metode apa yang bisa. Sederhana. Kerjakan saja lawannya. Jangan menebak, tapi pelajari perusahaannya. Kemudian cobalah untuk mandiri. Setiap orang pasti punya keahlian. Tinggal diasah supaya keputusan investasi kita lebih bagus ke depannya. Kalau tidak mulai kapan akan bisa. Dan yang terakhir, jangan telan bulat-bulat apa kata mayoritas. Kerjakan PR sendiri.
Lakukan ini secara konsisten, karena berinvestasi itu bukan ikut kuis atau lotere yang cuma 1x. Kita akan terus menerus melakukannya. Kalau perlu, sampai masa tua kita.
Sekali lagi, invest long, prosper, and be happy.