


6 Kategori
Dalam buku One Up on Wall Street, Peter Lynch membagi saham menjadi 6 kategori. Alih-alih membagi saham berdasarkan sektor, dia membagi berdasarkan kinerja. Bagaimana perusahaan mendapat laba, dan kondisi terakhirnya.
Alasannya sederhana. Membagi saham berdasarkan sektor adalah tidak terlalu berguna. Karena bahkan di saham yang sektornya sama, performa sahamnya akan berbeda. Jelas ada sesuatu yang membedakannya. Seperti juga manusia. Walau jabatan, atau kondisi lain sama, tapi penghasilan dan kinerja mereka akan berbeda.
Dan yang membedakan performa tiap saham adalah kinerja perusahaan di belakang saham itu. Perusahaan bagus akan unggul melebihi perusahaan jelek. Ini wajar, karena sesuatu yang bagus akan didatangi orang yang ingin profit.
Dan 6 kategori yang dibagi Lynch adalah :
1. Slow Grower
Ini adalah perusahaan yang sudah melewati masa jayanya. Perusahaan yang sudah mapan atau berada di industri yang sudah mencapai puncaknya. Tidak ada inovasi lain yang bisa dilakukan, atau sudah terlalu besar untuk bergerak.
Ditandai dengan perusahaan yang pertumbuhan labanya di bawah pertumbuhan ekonomi negara. Artinya untuk Indonesia jika GDP tumbuh 5% maka perusahaan dengan pertumbuhan di bawah ini akan masuk kategori ini.
Tanda lain adalah perusahaan yang membagikan dividen di atas 50% dari laba bersihnya.
Ini adalah perusahaan yang low risk low gain.
2. Stalwart
Ini adalah perusahaan yang bergerak lebih cepat dibanding slow grower. Labanya bertumbuh di antara 1-2 x pertumbuhan GDP.
Ini adalah perusahaan mapan yang masih punya ruang gerak dan jika kita tepat dalam membelinya, dalam setahun kita bisa menghasilkan 30-50%. Ini adalah perusahaan low risk medium gain.
3. Fast growers
Inilah perusahaan idaman kita yang akan berlari dengan cepat. Perusahaan yang berinovasi terhadap produknya, atau menemukan sumber uang baru. Perusahaan model ini adalah calon tenbaggers, yaitu saham yang memiliki potensi naik 10x lipat. Perusahaan ini bertumbuh melebihi pertumbuhan GDP di atas 2x.
Perlu diingat, perusahaan fast growers adalah perusahaan high risk high gain. Karena inovasi dan ekspansi bisa berakhir menjadi kekacauan. Tapi untuk bertumbuh kita perlu mengeksplorasi hal baru dibanding bermain aman.
4. Cycicals
Ini adalah perusahaan siklus. Perusahaan yang pendapatannya naik dan turun dalam kurun waktu tertentu. Jika kita bisa mengenali kapan permulaan siklus maka kita akan mendapat jackpot. Kalau tidak, kita akan membeli sampah, karena jika perusahaan stalwarts akan turun 50% di masa krisis, perusahaan siklus bisa turun 80%.
Perusahaan siklus adalah perusahaan yang menjual produk yang harganya mahal sehingga kinerja mereka tergantung iklim ekonomi. Contohnya adalah perusahaan otomotif, properti, pabrik yang menghasilkan turunannya, dan perusahaan yang menambang bahan baku untuk pabrik. Jika tepat, kita akan mendapat low risk high gain, jika salah, kita akan mendapat high risk low gain.
5. Turnarounds
Ini adalah perusahaan yang sedang berada dalam masalah. Apakah karena kesalahan manajemen ataupun karena situasi bisnisnya tidak bagus. Bagaimana perusahaan menyelesaikan masalah akan membuat kita mendapat jackpot atau sampah. Ini adalah high risk high gain.
6. Asset Plays
Ini adalah perusahaan yang memiliki aset tersembunyi. Aset yang setiap tahun akan bertambah besar nilainya. Tanah, Hak patent, pelanggan, Merek, semua aset yang akan menaikkan nilai perusahaan. Jika anda paham isi perusahaan maka anda mendapat low risk high gain. Untuk asset play, kami rasa ada hubungan dengan moat. Untuk moat nanti akan kami sharing di artikel lain.
Demikianlah Peter Lynch membagi saham berdasarkan kinerjanya. Dan bagaimana kita berinvestasi, tergantung dari emosi kita. Apakah kita suka mengambil risiko atau menghindari risiko. Dan ini semua cuma panduan. Perusahaan itu sendiri tidak akan selalu berada di 1 kategori selamanya. Karena tidak ada satupun yang akan abadi. Ketika perusahaan berpindah kategori, apakah kita harus menambah, bertahan, atau menjual. Semua akan menjadi tanggung jawab kita yang akan menentukan perkembangan aset kita.
Dan dari langkah awal, nanti kita akan berkembang terus. Misalnya, di awal kami memakai pertumbuhan laba bersih, tapi karena pertumbuhan laba bersih tidak konsisten, terutama karena masalah kurs, kami sekarang menggunakan pertumbuhan laba operational. Dan kami membuat pergerakan kategori ini menjadi otomatis, jadi tidak perlu dianalisa berulang.
Tapi tetap saja kita harus mengikuti ceritanya. Contoh, perusahaan yang tadinya masuk fast growers dengan laba naik 11%, tiba-tiba menjadi stalwarts berdasarkan indikator kami karena turun ke 9% (pertimbangan GDP ada di 5%), apa yang harus kita lakukan. Pada akhirnya, berinvestasi itu bukan melulu angka saja. Angka hanya arahan supaya kita ada gambaran besar. Tapi keputusan berinvestasi tetaplah di tangan kita.
Karena itulah Peter Lynch berkata bahwa investasi itu seni, dan orang yang selalu menggunakan angka untuk menjelaskan semuanya akan mengalami masalah. Akan selalu telat masuk dan telat keluar. Karena menunggu yang namanya konfirmasi.
Terakhir, Mengenai kapan menjual 6 kategori ini, di buku One up on Wall Street dijelaskan dengan detil.
Selamat belajar dan berinvestasi