


Asing – Siapa Itu
Artikel kali ini akan membahas 2 hal terhadap kasus Deutsche Bank. Bank terbesar di Jerman. Punya banyak bisnis, dan tersebar di seluruh dunia.
Yang pertama, seperti yang kita ketahui, orang yang bekerja di Deutsche Bank, kita singkat jadi DB saja, adalah orang-orang pintar. Tapi mengapa bisa mengalami masalah demikian parah. Yang dikatakan seperti menyamai kasus Lehman Brothers di 2008. Apakah nasibnya akan seperti Lehman Brothers? Bisa ya bisa tidak. Nanti kita bahas tentang ini.
Sekarang, jika orang pintar saja bisa salah, dan salahnya ada kemungkinan menyebabkan bencana di seluruh dunia, mengapa kita masih suka berusaha berjalan di belakang mereka? Sebagai gambaran, sekitar 50% fund manager under perform terhadap kinerja index. Jika kita mengikuti asing yang menurut kita jago, pertanyaan pentingnya kita mengikuti yang 50% under perform atau 50% yang upper perform market.
Cuma membaca keseluruhan tidak akan bisa memberikan gambaran jelas. Dan alih-alih mengikuti yang tidak jelas, bukankah ada beberapa asing yang benar-benar layak diikuti karena sudah membuktikan kinerja mereka? Warren Buffet, Peter Lynch, John Templeton, Bill Ruane. Dan banyak lagi asing-asing yang benar-benar jago. Tapi aneh ya kalau kita sampai berani follow orang tanpa identitas jelas daripada yang bisa ditemui secara langsung. Sama seperti kalau kita percaya gossip tidak jelas dibanding sumber resmi dari perusahaan.
Jika benaran asing itu begitu hebat, semua bencana finansial selama ini dihasilkan oleh siapa? Daripada mengikuti seseorang yang bisa tiba-tiba merubah arah karena perubahan pemikiran, bagaimana kalau kita serius belajar cara berpikir mereka? Apa yang membuat asing alias manusia yang masih butuh makan ini berinvestasi? Apakah mereka juga punya indikator untuk menilai asing lainnya? Atau memakai metode jaman kuno yaitu selalu membeli barang bagus di harga diskon dan menjualnya ketika sudah mahal?
Bahasan kedua adalah tentang DB itu sendiri. Kalau dilihat kinerja DB selama 5 tahun terakhir, ternyata laba yang dihasilkannya berfluktuasi. EPS nya selama 5 tahun adalah 4.23, 0.24, 0.64, 1.34, – 5.06. Semua dalam euro. Terlihat bahwa kinerjanya makin lama makin turun. Dan kalau dilihat dari pergerakan sahamnya, juga demikian. Dari high di 2012 sekitar 60, sekarang tinggal 11. Jadi DB tidak menjadi jelek dalam waktu 1 malam. Proses memburuknya sudah berlangsung cukup lama. Dan pada saat itu, kita berada di mana? Asyik meributkan tappering, fed rate, china bubble, Brexit, oil crash, dll.
Apakah akan menyebabkan bencana, jujur, tidak akan ada yang tahu. Tapi yang namanya bencana siapa yang bisa nebak. Hanya setelah kejadian semuanya baru meributkan. Alias mempertanyakan yang telah terjadi. Alih-alih mencari tahu, what next. Ini yang oleh Peter Lynch disebut Penultimate Preparedness. Manusia selalu mengantisipasi yang telah terjadi dan lupa bersiap akan masa depan.
Seberapa parah efeknya, biarkan saja para ahli berusaha menyelesaikannya. Tapi rasanya Bank terbesar di Jerman tidak akan segampang itu dirontokkan. Apakah pemerintah Jerman sudah tidak punya dana untuk membantu? Tidak akan ada orang yang hanya akan duduk diam menunggu bencana benar-benar membesar. Semua yang berkepentingan akan mengambil tindakan pencegahan. Contoh tax amnesty saja. Setelah bulan-bulan awal yang sepi peminat, dan sebagian besar pesimis, bukankah pemerintah turun tangan berusaha menyukseskannya? Sekarang cukup bagus kan TA itu?
Dan tugas kita bukan meributkan apa yang terjadi di belahan dunia lain. Tugas kita adalah bagaimana aset kita berkembang. Dan untuk itu, kita harus mencari saham murah yang terbaik. Gunakan pengetahuan dan pengalaman yang kita miliki untuk menghasilkan itu. Persis seperti yang dilakukan asing-asing yang sukses yang menjadi penghuni daftar Forbes. Jangan sampai salah ikut.
Jika belum ada pengalaman? Silakan baca di sini untuk menambah ilmu. Karena pengalaman orang lain adalah guru terbaik.
42 aturan investasi
http://goo.gl/wRR6il
Five second valuation
http://goo.gl/6agyom
Five second valuation manual
http://goo.gl/qowUBr
One Up on Wall Street
http://goo.gl/aZqvVJ