


Bandarmology
Berapa besar keinginan untuk mendapatkan info Bandar atau big fund sedang melakukan apa, apa yang mereka beli, apa yang mereka jual, sehingga kita rela mengeluarkan biaya untuk itu. Karena asumsi umum bahwa big fund adalah penggerak pasar, atau yang menguasai pasar, atau yang mengetahui arah bursa. Jadi kalau kita mengikuti mereka, kita pasti terjamin selalu profit.
Gambar berikut adalah tentang jumlah saham yang dipegang oleh fund manager di dunia terhadap perusahaan di Indonesia. Di sini kami memberikan 4 contoh, yaitu AISA, ACES, ROTI, dan LINK. Dan menariknya, 4 saham ini terdapat nama Fidelity. Salah satu reksadana terbesar di Amerika Serikat, dan merupakan induk dari Magellan Fund yang pernah dikelola Peter Lynch.
Apa yang membuat menarik? 4 saham ini juga kami miliki. Apakah kami berusaha mencari tahu apa yang mereka lakukan? Tidak juga. Web untuk membahas ini juga baru kami ketahui baru-baru ini ketika pak Alianto membawakan materi di acara gathering. Pas lagi mengeksplorasi, ada menu ini. Jadi, 4 saham ini adalah murni kami dapatkan dari hasil analisa kami sendiri.
Apa cara analisanya? Seperti pembahasan artikel sebelumnya, beli perusahaan bagus yang berprospek, dikelola orang jujur, dan dijual dengan harga murah. Cukup 4 hal ini. Tidak perlu ilmu super canggih. Kita tidak sedang membuat roket yang terbang ke bulan. Dan metode ini sudah teruji sejak bisnis muncul pertama kali. Orang akan mencari produk bagus, yang dagang jujur, serta harga miring.
Daripada mengekori apa yang dilakukan orang lain, sebagai bukti kita tidak berdaya dan malas mencari jalan serta mau gampangnya saja, lebih baik bersikap mandiri. Keputusan transaksi kita murni karena kemampuan kita. Kalau kita cuma modal ikut orang, ini sangat berbahaya. Karena belum tentu orang itu benar, kalaupun benar kita tidak akan tahu kapan mereka berubah pikiran, dan kita sendiri mungkin lebih tahu dibanding mereka yang sayangnya, kita lebih banyak tidak percaya diri jika ada orang lain, apalagi yang lebih dibanding kita mengambil jalan yang berbeda. Lagipula kalau dilihat, datanya telat beberapa bulan.
Hanya dengan tahu perusahaan yang kita beli barulah kita bisa yakin untuk memegangnya selama mungkin. Berinvestasi tanpa tahu perusahaannya ibarat orang yang mau buka restoran tanpa tahu bedanya panci dan wajan. Jaminan mutu untuk pasti gagal.
Tapi apakah ada orang yang sukanya menyontek saja? Tetap ada. Untuk orang-orang ini, dan jika ingin tahu apa web di gambar, bisa ke web kami di www.saham-indonesia.com, ke bagian kanan menu Website Bermanfaat, cari Morningstar Fundamental, klik, ganti kode emiten di URL di atas sesuai keinginan, cari lah menu ownership, dan pilih major owners kemudian institutions.
Jika ada yang bisa menemukan kegunaan dari ilmu ini silakan saja, sementara itu, mari kita melatih bagaimana menjadi yang terdepan tanpa perlu mengikuti apa kata orang. Perlu usaha? Jelas. Perlu belajar? Apalagi. Mana ada orang bisa berhasil tanpa tahu apa yang sedang dikerjakannya.
Balik lagi ke ilmu Peter Lynch. Beli yang anda tahu dan ketahui lah yang anda beli. Kembali ke bandarmology. Kalau kita mengikuti bandar, apakah bandar mengikuti bandar lainnya? Gila kalau menaruh uang trillunan hanya karena modal ikut-ikutan. Jadi apa yang dilakukan big fund? Mereka membeli perusahaan bagus yang berprospek, dikelola orang jujur, dan dijual dengan harga murah. Sederhana kan?
Bandar juga manusia loh.