Kisah 3 Monyet

  • Save

 

Kisah 3 Monyet

Sebelum membahas 3 monyet, kita membahas monyet di tempat lain dulu.

Suatu hari di sebuah desa, ada seorang yang kaya raya mengumumkan akan membeli monyet dengan harga Rp. 100rb per
ekornya. Para penduduk desa yang menyadari bahwa banyak monyet di sekitar desa pun mulai masuk hutan dan menangkapnya. Orang kaya ini membeli ribuan ekor monyet dengan hrg Rp. 100rb.

Kemudian karena monyet semakin sulit dicari, penduduk desa pun menghentikan usaha menangkapi monyet. Maka si orang kaya pun sekali lagi mengumumkan akan membeli monyet dengan harga Rp. 200rb per ekor. Tentu saja hal ini memberi semangat baru bagi penduduk desa untuk mulai menangkapi monyet lagi.

Tak berapa lama, ??jumlah monyet semakin sedikit dan semakin sulit untuk dicari dan penduduk pun kembali bertani. Harga monyet pun merambat naik hingga Rp. 250rb namun monyet sudah sangat sulit dicari. Sekali lagi si orang kaya mengumumkan akan membeli monyet dengan harga Rp. 500rb per ekor..!

Namun, karena si orang kaya harus pergi ke kota kareba urusan bisnis, asistennya yang menggantikan orang kaya ini. Dengan tidak adanya si orang kaya, asisten pun berkata pada penduduk desa: Lihatlah monyet-monyet yang ada di kurungan besar yang dikumpulkan oleh si orang kaya itu. Saya akan menjual monyet-monyet itu kepada kalian dengan harga Rp. 350rb per ekor dan saat si orang kaya kembali, kalian bisa menjualnya kembali ke si orang kaya dengan harga Rp. 500rb! Bagaimana?”

Akhirnya, penduduk desa pun mengumpulkan uang simpanan ??mereka dan membeli semua monyet yang ada di kurungan. Namun… kemudian, mereka tak pernah lagi melihat si orang kaya maupun si asisten..!

—————————————–

Demikianlah cara kerja bursa saham, terutama terhadap saham dengan market cap kecil atau yang tidak terlalu terkenal. Jadi, apakah ada market maker atau istilahnya bandar? Jelas ada. Tidak ada satupun saham yang tidak dimiliki oleh bandar. Orang selalu berusaha mencari tahu kapan dan bagaimana bandar ini masuk dan keluar. Pertanyaannya, bisakah? Ada 500an produk yang dijual, mungkin dibuang 1/2 sisa 250 produk. Di antara itu, mana yang sedang diakumulasi dan dibuang? Tidak gampang, apalagi kalau cuma modal counter seperti di jalan tol, kalau bus lewat, dianggap bandar +1, kalau mobil biasa lewat, dianggap ritel +1. Bagaimana kalau penumpang di bus memecah diri menjadi banyak mobil? Apakah kita harus menginterogasi semua mobil yang lewat?

Sebagai gambaran, grup kami mengkoleksi JSMR dan LPCK ketika penurunan kemarin. Apakah ada yang bisa mendeteksi? Dengan cara apa? Bahkan kami sendiri tidak tahu siapa yang beli dan siapa yang jual kecuali orangnya sendiri mengumumkan. Jadi, metode mendeteksi bandar seperti cara mendeteksi mobil di pintu tol adalah kecil peluang berhasilnya. Jadi, kalau demikian, apakah kita tidak ada harapan beat the market?

Justru karena kita tahu, bahkan bandar juga butuh profit, maka kita tinggal melakukan 2 hal. Yang pertama, kita memang tidak tahu kapan waktu mereka akan masuk dan keluar. Tapi kita bisa tahu, di range harga berapa mereka akan masuk dan keluar. Semua orang yang berdagang, pegangannya cuma 1, selalu membeli barang bagus di harga murah, dan menjual di harga mahal. Jadi kita cukup mengenali apakah perusahaan ini adalah barang bagus, dan apakah sekarang di harga murah atau mahal. Sama seperti cerita di atas, kita tidak akan tahu kapan bandarnya akan masuk dan keluar, tapi jika kita tahu nilainya seekor monyet berapa, kemungkinan kita terjebak di harga atas adalah kecil.

Memahami nilai sebuah produk adalah batasan yang akan membedakan kita sedang ditipu atau sedang berdagang supaya bisa dapat profit.

Hal kedua, karena kita tidak tahu kapan mereka akan keluar, maka kesabaran adalah kuncinya. Ingat tujuan di awal lagi dalam berdagang, yaitu mencari profit. Orang boleh jungkir balik dengan metode apapun, tapi ujung-ujungnya adalah profit. Kita memegang sebuah saham dan menjadi gerah karena tidak naik-naik. Bukankah yang memegang lebih banyak akan lebih gerah kalau barangnya tidak bisa keluar. Apalagi fund manager yang selalu dipantau kinerjanya oleh nasabah mereka. Di jaman tidak sabar seperti sekarang, jika sebuah fund manager tidak bisa perform untuk waktu sekian lama, sudah pasti nasabahnya akan pindah ke tempat lain. Jadi cepat atau lambat, fund manager atau market maker akan berusaha menaikkan nilai produknya. Bisa karena situasi ekonomi yang mendukung, atau mereka menciptakan kondisi yang mendukung. Tidak masalah yang manapun, yang pasti kita akan bisa ikut menjual.

Walau bagi kami, menjual adalah cara merepotkan untuk menjadi kaya. Karena setiap kali kita menjual, kita akan cut profit. Bagi kami, lebih baik susah payah di awal mencari perusahaan yang tidak perlu dijual lagi. Lihat saja Coca Cola yang dimiliki Warren Buffet. Sampai hari ini tidak satu lembar pun dijualnya. Alasannya sederhana. Setiap hari, 1.6 milyar botol Coca Cola terjual. Dan jika keuntungannya adalah 1 sen saja, dikali setahun, dikali lagi jumlah saham yang dpegang Warren Buffet, berapa keuntungan penjualan yang dilakukan Coca Cola yang masuk ke kantong Warren Buffet? Belum lagi potensi ke depan, di mana pangsa pasar adalah dunia, dan inovasi dari perusahaan Coca Cola itu sendiri.

Jadi, kita butuh 3 monyet bijak untuk bertahan di pasar saham. Monyet yang tidak melihat pasar setiap hari supaya bisa sabar menahan saham pemenang, monyet yang tidak mendengar berita-berita sampah setiap hari supaya tidak salah tindakannya, dan monyet yang tidak berbicara hal-hal buruk supaya kehidupannya sendiri tenang. 3 monyet ini akan membimbing kita dalam melakukan wealth accumulation.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!
Copy link