


Berpikir Secara Long Term
Semua orang yang berinvestasi sepertinya pernah mendengar nama Warren Buffett. Investor paling berhasil yang pernah kita kenal. Melebihi pencapaian guru-gurunya. Pencapaian dana kelolaannya sejak awal sampai ditutup di 1969 adalah 29.5%. Mengalahkan performa Dow Jones di 9.1%.
Pada tahun 1969 Warren Buffett menutup dana kelolaannya karena sudah tidak ada saham yang layak dibeli. Pada saat itu hampir semua saham sangat mahal harganya, yang menurut investor value investing merasa tidak layak untuk masuk. Jadi Buffett menyarankan pada nasabahnya 3 hal:
1. Bergabung dengan dana kelolaan Bill Ruane, Sequoia Fund.
2. Mengambil uang hasil kelolaan.
3. Menukar dengan saham Berkshire Hathaway.
Inilah luar biasanya Warren Buffet, ketika pasar menjadi mahal, dia tidak tergoda untuk masuk. Hampir sekitar 4 tahun dia tidak membeli apapun. Sama seperti ketik demam saham teknologi di akhir 1990an, Warren Buffet tidak membeli, walau dikatakan metodenya sudah kuno. Dengan tidak membeli di harga mahal, kita akan terhindar dari efek penurunannya.
Cerita tentang Warren Buffett selesai di sini. Sekarang kita ke cerita berikutnya, tentang Bill Ruane. Orang yang direkomend oleh Warren Buffett sendiri. Kita pasti akan yakin dengan kinerja orang tersebut. Benarkah demikian? Kalau dilihat di tabel, kinerja Sequoia Fund adalah di bawah kinerja S&P selama 4 tahun awal. Bahkan ketika tahun kelima, kinerja yang menang tetap saja minus.
5 tahun yang buruk. Di buku Warren Buffett yang membahas tentang Bill, dikatakan dia sampai harus menghindari telepon nasabah dan harus bersembunyi di bawah meja. Apakah bercanda atau tidak, kita tidak tahu. Tapi bisa dibayangkan seberapa frustasinya Bill dan nasabah dia dalam menghadapi situasi ini.
Tapi setelah itu, kinerjanya mulai di atas pasar. Seperti terlihat di gambar. Bahkan di periode abad 21, kinerjanya masih tetap bagus. Kami tidak ada data di antara periode 1 dan 2.
Cara berinvestasi, walau terlihat meragukan, jika sudah benar, seharusnya akan memberikan efeknya untuk jangka panjang. Seperti hal-hal lain yang baik, semua membutuhkan waktu untuk berkembang. Kita tidak tahu alasan kinerjanya lumayan parah di awal. Bisa karena menerima dana yang besar dari Buffett dan dia harus membeli di harga yang mahal di awal tahun 1970an. Ini karena ada aturan dalam mengelola dana. Aturan yang bisa dibaca di buku One Up on Wall Street, karangan Peter Lynch, salah satu fund manager yang hebat juga. Atau ada sebab lain. Kita tidak akan tahu kecuali membaca penyebabnya langsung dari Bill.
Poin artikel kali ini bukan di sana. Poin utama kita adalah jika kita berinvestasi untuk jangka panjang, maka metode kita juga haruslah mendukung hal itu. Kecuali kita hanya ingin berhasil 1-3 bulan setelah itu pensiun. Seperti ikut perlombaan.
Tapi kekuatan berinvestasi itu bukan di jangka pendek. Berinvestasi itu seperti bola salju. Semakin lama semakin besar efeknya. Karena 1 hal. Bunga majemuk yang akan kita bahas di artikel lain. Seperti anggur yang makin disimpan makin bagus. Sifat alami investasi adalah seperti itu. Seperti juga Gaya gravitasi. Bola yang dilempar akan jatuh kembali. Gampangnya seperti ini. Kalau mau susah berarti kita harus melawan gaya gravitasi. Berarti butuh usaha, waktu, dan modal lebih besar untuk mencapainya.
Usaha waktu dan modal yang lebih baik digunakan untuk mempertajam keahlian utama kita. Keahlian utama meningkat, maka penghasilan kita juga akan meningkat, dan nantinya dipakai untuk meningkatkan nilai aset kita di saham. Caranya? Berinvestasi di perusahaan bagus yang punya prospek cerah, dikelola orang jujur, dan dijual dengan harga murah.
Invest like Buffett, and profit like Buffett also.