


Long Term or Short Term
Ini selalu menjadi pertanyaan investor, apakah lebih baik long term atau short term. Tujuan berinvestasi itu sendiri adalah tentang profit. Jadi jika ingin membandingkan, bandingkan profitnya.
Data diambil dari web www.infovesta.com
Data di gambar adalah saham yang ada di LQ45, yaitu saham terliquid di bursa selama kurun waktu tertentu. Kemudian data harga open, high, low, dan close. Setelah itu, data profit/lose untuk 1 hari, 1 bulan dan 1 tahun.
Terlihat pada hari itu, lebih banyak saham yang turun harganya. Kemudian untuk data 1 bulan, lebih banyak saham yang naik harganya. Dan untuk 1 tahun, lebih banyak yang naik dibandingkan yang turun. Kita tidak punya data lebih lama lagi. Tapi di buku Fit Focus Finish, karangan pak Rudyanto, disebut risiko menjadi 0% jika kita berinvestasi lebih dari 7 tahun di bursa.
Alasannya gampang. Untuk jangka pendek, bursa lebih banyak dipengaruhi sentimen dan berita. Dan ini membuat kita tidak bisa mengontrol apa yang akan terjadi. Karena itulah Graham, gurunya Warren Buffett berkata untuk jangka pendek, bursa itu mesin voting. Yang paling mendominasi yang menang. Masalahnya kita tidak bisa mengetahui mood gabungan investor lainnya dengan tepat.
Untuk jangka panjang, perusahaan menambah nilai ke dalam operasionalnya. Karyawannya menjadi lebih berpengalaman, mesin menjadi lebih efisien, produk menjadi lebih baik, dan inilah yang meningkatkan nilai jual perusahaan. Karena itu, untuk jangka panjang, bursa adalah mesin timbangan. Yang paling berkualitas yang akan menang.
Silakan cek di daftar, bukankah saham yang berkualitas yang akan unggul performanya? Memang akan ada hari-hari tertentu, perusahaan terbaik juga akan mendapat masalah, tapi dibandingkan perusahaan jelek, kira-kira mana yang masalahnya lebih banyak. Dan jika setiap masalah membuat nilai perusahaan turun 5%, dan setiap berita baik meningkatkan nilai perusahaan 5%, kira-kira untuk jangka panjang, mana yang akan lebih baik kinerja sahamnya. Tidak butuh ahli roket untuk menghitung nya kan?
Bahkan jika kita bukan ahli matematika, tidak mengerti laporan keuangan, berinvestasi di perusahaan baik dan memegangnya untuk waktu lama adalah tindakan yang lebih tidak berisiko, dan kita tahu, ketika risiko turun, berarti potensi profit akan naik.
Lebih baik sebenarnya jika kita memahami apa yang sedang kita investasikan. Artikel berikut ini akan menjelaskan mengapa.
https://saham-indonesia.com/index.php/284-show-me-the-money
Jika kita sanggup berinvestasi di perusahaan yang kinerjanya di atas IHSG, yang mana IHSG adalah cerminan ekonomi negara Indonesia. Berarti kita melakukan wealth accumulation lebih cepat dan lebih besar dibanding rata-rata orang di Indonesia. Jika kita melakukan ini selama 20 tahun, bisa dibayangkan apa yang akan kita dapatkan. Sebagai informasi, Warren Buffett melakukan 65 tahun.
Bagaimana dengan pernyataan high risk high gain. Ada benarnya juga. Masalahnya, ketika disodorin high risk high gain, orang cuma melihat high gainnya tanpa mau tahu tentang risk yang dihadapi. Ini seperti orang yang cuma melihat mobil balap yang bisa melaju kencang tanpa belajar risiko yang dihadapi. Wajar akhirnya lebih banyak investor yang menyerah. Antara kehabisan energi untuk mengikuti kekalahannya atau kehabisan uang.
Memang akan ada 1 di antara ratusan yang akan berhasil, tapi siapa yang bisa menjamin kita adalah 1 itu. Berapa usaha yang dilakukan 1 itu. Orang cenderung over PD terhadap kemampuannya. Ketika ditanya di ruangan berisi 100 orang, hanya 1 yang akan berhasil, jamin 100 orang di dalam akan berpikir, saya lah orang itu, tanpa mau melihat usaha yang harus dilakukan.
Berinvestasi secara jangka panjang, lebih sedikit energi yang dibutuhkan, lebih cepat kaya, dan akhirnya akan menjadi lebih bahagia. Yang akan memberikan pengaruh positif bagi dunia. Karena itu,
Invest Long, Prosper, and be Happy