


Kapan Menjual
Sebuah penurunan harga di saham bagus hanyalah tragedi jika anda menjual dan bukannya membeli. Bagi saya, penurunan harga adalah kesempatan untuk menambah di harga diskon di antara yang masih berkinerja buruk tapi punya masa depan cerah.
Jika anda tidak bisa meyakinkan diri anda : Ketika harga turun 25% dan saya membeli, serta membuang pikiran : Ketika harga turun 25% dan saya menjual, maka selamanya anda tidak akan mendapat profit yang bagus di saham.
Untuk alasan yang sekarang jelas tidak masuk akal, saya selalu menolak “stop order”, yaitu automatic order pada harga tertentu, biasanya 10% lebih rendah dari harga beli. Benar jika anda menaruh “Stop order” anda akan membatasi kerugian di 10%, tapi dengan perubahan harga yang volatil, sahamnya hampir pasti akan menyentuh stop order anda. Sangat aneh melihat bagaimana stop order yang memastikan ketika harga turun 10%, dan sahamnya dijual, alih-alih sebagai pelindung anda, menjadi bencana yang membuat kekalahan ini menjadi kesimpulan akhir. Anda mungkin akan kehilangan Taco Bell 10x melalui stop order ini.
Tunjukkan pada saya portofolio dengan 10% stop, dan saya akan menunjukkan pada anda portofolio yang takdirnya akan kalah sebesar itu. Dengan menaruh stop order, anda memastikan diri anda akan menjual saham dengan harga lebih rendah dibanding hari ini.
Ini sama juga ketika saham naik dan investor akan menjualnya. Tidak ada jalan untuk memastikan stop order adalah pelindung ketika saham turun, dan batasan ketika saham naik. Jika saya yakin pada “Juallah ketika sudah 2x lipat”, maka saya tidak akan pernah diuntungkan dari kemenangan besar, dan saya tidak pernah punya kesempatan menulis buku. Bertahanlah untuk melihat apa yang terjadi – sepanjang lanjutan cerita awalnya masuk akal, atau menjadi lebih baik – dan anda akan kagum dengan hasilnya beberapa tahun kemudian.
————————————
Ini adalah sedikit artikel dari buku One Up on Wall Street. Ini yang membuat kami merasa perlu mempertanyakan strategi yang kami pakai. Apakah kita harus menjual rugi sebuah saham. Ternyata jika kita bisa bertahan selama masa susah dan hanya buka toko ketika masa cerah, ternyata hasilnya malah bagus.
Apa kira-kira alasan kita harus menjual rugi. Coba tanyakan ke diri sendiri. Apakah karena hanya perubahan harga atau karena Indonesia akan ambruk? Kebanyakan dari kita sepertinya menjual rugi hanya karena ketakutan kita terhadap masa depan yang tidak pasti.
Apakah mesti demikian? Jika hari sedang hujan, apakah kita harus memaksakan diri keluar. Jelas tidak kan? Kita menunggu sampai hari cerah supaya bisa keluar. Maka cara ini juga lah yang seharusnya diterapkan dalam berinvestasi. Hanya menjual jika sudah profit. Jika belum? Ya tunggu lagi.
Sekarang, supaya kita bisa memastikan jual di profit, maka titik membeli kita sangat krusial. Inilah pentingnya margin of safety. MOS. Ada batasan yang tidak bisa kita langgar dalam membeli. Jika harga sudah di atas itu, maka kita harus konsisten tidak masuk. Jika harga di bawah itu, maka kita harus konsisten masuk. Pertanyaan penting berikutnya. Bagaimana kalau setelah masuk harga turun terus.
Jika ada cash, maka kita bisa saja menambah. Atau menjual saham lain dan menambah. Itu yang kami lakukan. Dan tidak usah terlalu pusing dengan masa depan. Karena tidak ada yang bisa tahu masa depan. Kalau benaran ada, bukankah orang ini sudah menjadi raja dunia dan duduk-duduk santai, alih-alih membuka jasa meramal masa depan dengan bola kristal.
Belilah karena kita memang senang dengan perusahaannya. Dan juallah ketika kita sudah tidak nyaman. Dan ini tidak ada hubungan dengan perubahan harga. Inilah gunanya fundamental analis. Kita bisa nyaman atau tidak untuk tetap mempertahankan perusahaan kita karena kita tahu isinya. Ini akan menjadi tanggung jawab kita masing-masing. Karena masa depan kita bagaimana, semua tergantung dari langkah kita hari ini.
Jadi, apa langkah yang akan kita tempuh? Setelah memutuskan, berkomitmenlah, karena bursa akan menghabisi semua yang tidak punya komitmen.