


November Rain
Bulan November sudah lewat. Bulan yang penuh tantangan. Karena IHSG mengalami penurunan yang cukup dalam. Atau bulan yang penuh berkah. Karena IHSG mengalami penurunan yang cukup dalam. Tergantung cara pandang. Kita bisa mengutuk IHSG yang drop banyak dan membuat kinerja kita amburadul, atau melihatnya sebagai peluang membeli saham bagus di harga murah.
Bahkan kami pribadi merasa, jika kami tutup mata dan pilih salah satu saham di list kami, profit akan menanti di depan. Hanya ketika market tidak rasional kita bisa mendapat saham bagus di harga diskon. Dan nanti juga ketika saham naik terus, market akan kembali tidak rasional.
Mengapa bisa market tidak rasional. Bukankah isinya adalah orang-orang hebat dengan banyak gelar? Secara akademis boleh saja banyak gelar, tapi berapa banyak orang yang bertindak emosional dan salah bereaksi terhadap kondisi yang ada. Hampir semua manusia pasti pernah mengalami. Apalagi ketika “saya” dan milik “saya” bereaksi tidak sesuai harapan kita. Kita harapkan IHSG break high malah break low. Kita membeli saham dengan harapan jual untung malah harus cut loss.
Jadi, apakah IHSG memang sesusah itu untuk diprediksi? Kita akan membahas dua kondisi. Yang pertama. Dari data di gambar, kita melihat bulan November memang adalah bulan yang cenderung market tertekan, apalagi beberapa tahun terakhir. Tapi setelah itu? Desember adalah bulan yang sudah 15 tahun naik, bahkan di masa-masa paling susah. Bahkan kalau diperpanjang, kenaikan ini akan berlanjut sampai sekitar Maret.
Jadi jika kita beli di November, dan menjual di Maret, seharusnya kita akan mendapat untung yang lumayan. Ini kondisi pertama. Cukup gampang kan?
Sekarang kondisi kedua. Ini kisah dari pak Alianto. Membaca saham mana yang naik itu ibarat membaca kapan hujan akan turun dan di mana dan berapa lama. Tidak ada gunanya kita tepat meramalkan hujan turun tapi tidak berhasil menampung airnya. Atau kita gagal menampung air cukup banyak karena kita terlalu cepat menyimpan embernya.
Cara yang lebih gampang menurut kami adalah menyediakan uang secara konsisten, kemudian secara konsisten membeli saham bagus yang sudah jatuh dalam, dan secara konsisten menunggu sampai kondisi menjadi normal lagi. Syukur-syukur kondisi menjadi euforia dan kita bisa menjual lebih mahal kepada orang yang tertarik membeli.
Jadi, kalau November IHSG turun, wajar kan ada naik maka ada turun. Ingat saja lagu November rain. Hujan memang turun di bulan November. Setelah hujan, pasti akan ada hari cerah.
Ketika hujan, siapa yang bisa memaksa kita keluar rumah? Kita menunggu sampai matahari muncul baru lah melakukan perjalanan. Sama saja. Kalau IHSG turun, siapa yang memaksa kita harus jualan? Lebih baik menunggu IHSG membaik baru lah jualan.
Selalu ingat, IHSG jelek, saatnya beli, IHSG bagus, saatnya jualan. Prinsip dagang paling umum.