


Yang Penting Garis Finishnya
Berapa banyak di antara kita yang setelah membeli saham kemudian melihat harganya turun dan menjadi panik. Ini hal yang wajar. Selalu ada kekuatiran apakah kita salah menganalisa. Apakah harga perusahaan memang tidak sebaik perkiraan kita.
Di video, tentang pacuan kuda. Terlihat kuda yang ada di urutan terakhir, pada akhirnya sanggup melewati semua pesaing nya dan finish paling depan. Selama proses dan kuda nya ada di urutan terakhir, tidak menjadi masalah lagi kan?
Ini sama juga di saham. Selalu tanyakan ke diri sendiri, apa alasan kita membeli saham ini. Apa tujuan yang kita harapkan. Misalnya beli saham di 1.000 dan mau jual di 2.000. Jika harganya turun ke 800 berarti ini bukan hari baik untuk jualan. Malah kalau ada dana lebih, kita bisa mempertimbangkan untuk membeli lagi. Yang penting kita sendiri tahu kualitas perusahaannya. Logikanya sederhana. Jika di 1.000 kita membeli, mengapa untuk barang yang sama kita malah mau jual di 800.
Karena inilah, ide untuk Cutloss adalah buruk. Kunci supaya berhasil di investasi, adalah selalu memastikan kita harus menjual saham kita dalam posisi untung. Jika setiap transaksi mengakibatkan iman kita goyah dan kita berhenti, bukankah ini sama seperti kuda di video berhenti di tengah pertandingan dan mengulangi dari awal lagi. Tidak ada Garis finish yang akan dicapai.
Pertanyaan pentingnya. Jika tidak Cutloss, berarti kita harus memegang semua saham buruk kita sampai bertahun-tahun? Tidak juga. Investor sering salah kaprah di sini. Sama seperti di nasehat pernikahan, jangan bercerai. Apakah itu berarti kita harus bersama pasangan yang buruk dan membuat kita menderita seumur hidup? Jelas tidak kan?
Supaya tidak Cutloss, maka sangat lah penting untuk kita memastikan pilihan kita di awal sudah benar. Satu dua waktu kondisi buruk adalah wajar. Tidak logis kita mengharap setiap hari adalah baik. Sahamnya naik terus. Kalau benar sahamnya naik terus, mana mungkin ada yang mau jualan. Dan kalau tidak ada yang mau jualan, bagaimana mungkin kita bisa beli.
Jadi proses naik turunnya saham itu adalah wajar. Sama seperti pernikahan dan segala jenis hubungan. Selama ada hubungan, selalu akan ada situasi up and down. Dan karena berhubungan dengan ekspektasi investor dan tujuan mereka berinvestasi. Tidak ada gunanya kita menebak-nebak mengapa saham ini bisa naik atau turun. Terserah mereka mau menjual karena berbagai alasan. Butuh uang? Mau menikah? Ganti presiden? Ganti kebijaksanaan pemerintah? Ganti gaya? Apapun bisa jadi alasannya. Daripada capek-capek mencari alasan, dan 3 hari kemudian, alasan itu juga sudah tidak penting, lebih baik kita berfokus pada kualitas perusahaan itu sendiri.
Ini juga adalah kondisi yang sama ketika kita membangun rumah. Dalam proses membangun, mungkin lantai penuh kotoran, dinding berlubang, atap bocor. Tapi kita tidak berhenti di tengah jalan karena tahu akhirnya seperti apa.
Demikian juga di investasi. Yang penting kita tahu tujuan kita. Tujuan yang masing-masing investor berbeda-beda. Dan ketika tujuan kita tercapai, saatnya menjual. Mungkin ada orang kebingungan menebak-nebak, mengapa si investor A jualan. Prosesnya sama saja kan? Kadang kita di side A, kadang kita di side B. Inilah hidup. Inilah investasi.
Jadi, apa Garis finish diri kita sendiri?
NB : video ada di line @Saham-Indonesia