


Membeli Saham Gorengan
Sekarang ini IHSG sedang dalam kondisi sideways, sehingga saham blue chip tidak akan kemana – mana. Kondisi yang membosankan. Sehingga investor cenderung untuk membeli saham receh, saham yang harganya di bawah 100 rupiah dan berharap bisa mendapat untung.
Apakah benar membeli saham demikian akan membawa kemajuan dalam portofolio kita? Kita bisa menganalisanya.
Biasanya ketika kita mulai melakukan transaksi di saham demikian, kita akan memulai dengan volume yang sedikit. Ibarat melakukan test pasar. Warren Buffett juga berkata demikian, jangan pernah mengetes dalamnya air dengan kedua kaki. Berarti metode ini sudah benar karena bahkan dipakai oleh orang terkaya dari hasil investasi. Dan karena pembelian pertama ini dilakukan di permulaan, di harga rendah, maka kemungkinan besar kita akan mendapat profit. Seperti gambar kiri yang pertama.
Timbul keyakinan dan kita mencoba dengan jumlah lebih besar. Ini juga akan profit. Ini kita lakukan terus sampai ketika kita sudah sedemikian yakin nya akan saham ini, dan menggunakan seluruh aset kita, di saat itu juga kita biasanya terjebak. Sambil menebak-nebak kapan penurunan ini akan berhenti.
Kita lihat bagaimana penerapan nya di gambar sebelah kanan. Yang pertama adalah saham BUMI yang lagi heboh. Investor boleh merasa meraup untung lumayan, tapi kalau lihat grafik yang ada, harga sekarang adalah baru balik ke modal 4 tahun yang lalu. Siapa yang sanggup menunggu 4 tahun dan masih tetap semangat berinvestasi? Apakah kita berani melakukan average down? Rasanya tidak. Bahkan ada teman yang punya di harga 7.950 dan memutuskan pensiun sebagai investor.
Katakanlah kita membeli di harga rendah, misalnya di 50 rupiah. Apakah kita berani membeli dalam jumlah yang besar? Rasanya tidak. Jika jumlah kita besar, maka kita tidak berani memegang terlalu lama, yang menghasilkan profit Receh. Jika kita membeli sedikit karena kuatir dengan pergerakan harganya, maka profit kita juga Receh. Apalagi kita harus mengawasi pergerakannya yang liar. Ini berlawanan dengan ilmu ekonomi, yaitu menggunakan usaha maksimal mendapat hasil minimal.
Dan dari gambar BUMI, jika seseorang telah lama nyangkut, biasanya ketika harga balik modal, akan ada dorongan untuk segera menjual biar kita tidak rugi ketika harga turun lagi. Tapi biasanya harga malah naik terus dan ketika di titik puncaknya, kita akan menggunakan kekuatan penuh untuk membeli sahamnya.
Hitung-hitungannya untuk menutup kerugian karena tidak memegang sahamnya ketika rally. Dan ketika harga bergerak turun, cerita kita akan kembali seperti gambar di kiri. Ini namanya melepas keuntungan imajiner dan mendapat kerugian real. Kesalahan dalam trading yang dibahas Peter Lynch di buku One Up on Wall Street.
Katakan lah kita melewati BUMI, apakah kita sekarang berani membeli saham lain yang di harga 50 sambil berharap harganya akan seperti BUMI? Berapa lama kita berani hold saham jenis ini? Contoh di gambar kanan yang kedua. Biasanya kita mau hari ini beli besok naik kan? Makanya kita berusaha mencari metode jitu untuk itu.
Sayangnya, metode jitu itu tidak ada. Apalagi cara kita bertransaksi yang mencari uang receh itu berbahaya. Katakanlah kita berusaha mencari profit 5-10% saja. Kita mengumpulkan kekayaan dengan cara demikian. Sayangnya, karena tidak ada cara menebak kapan bursa akan berbalik arah, ada kemungkinan profit yang telah kita kumpulkan berbulan-bulan bisa lenyap dalam 1-2 hari penurunan bursa. Seperti gempa yang tidak bisa ditebak kapan terjadi.
Sebagai gambaran, artikel ini terpaksa kami tulis ulang karena pada kesempatan pertama tiba-tiba softwarenya mengalami error. Semua yang diketik hilang. Andaikan saja ada cara untuk mendeteksi bahaya yang akan muncul.
Metode yang lebih gampang adalah berusaha mengejar profit 100%. Kerugian 10% selama 10 x berturut-turut baru membuat impas. Tapi investor apa yang sudah bisa mendapatkan profit 100% akan mengalami kesialan rugi 10 x berturut-turut? Katakanlah kita benar 1x dan salah 6x juga masih tetap untung.
Atau cara aman lainnya, tidak akan membeli saham gorengan yang tidak jelas. Fokus kita adalah membeli saham bagus yang tertekan harganya di masa sideways. Kita ini persis seperti pedagang yang menumpuk barang dagangan ketika musim belum tiba. Dan ketika saatnya tiba, ketika semua orang mencari barang ini, saatnya kita jualan.
Bukankah cara ini lebih aman. Apalagi jika kita membeli saham bagus, walau harganya turun, kita selalu ada keyakinan untuk membeli lebih banyak. Jika kita lihat di gambar kanan ketiga, harga sahamnya naik terus. Ketika tiap tahun kami mendengar saham UNVR sudah mahal, maka tahun depan harganya membentuk new high lagi. Artinya tiap penurunan adalah kesempatan membeli.
Sekarang, yang paling penting. Apakah yang disebut saham gorengan. Kami tidak tahu definisi di luar, tapi menurut kami, gorengan adalah saham yang di spekulasi kan karena kita tidak tahu isi ceritanya. Ini seperti ke kasino dan menaruh taruhan ke sembarang tempat tanpa rencana, tanpa persiapan. Yang penting kata orang gini dan gitu. Jika kita tahu semua tentang perusahaannya, dan jika kita melihat adanya peluang, maka itu namanya berinvestasi.
Tapi bagi kami pribadi, kami tidak akan pernah tertarik pada perusahaan yang punya hubungan dengan orang-orang yang bahkan hasil pemilu berani dimanipulasi. Masa depan negara saja bisa diakali, apalagi cuma investor.