Penultimate Preparedness 2

  • Save

 

Penultimate Preparedness

Istilah yang dipopulerkan oleh Peter Lynch, salah satu fund manager terbaik di Amerika. Buku yang dibuatnya ada 3, One Up on Wall Street, Beating the Street, dan Learn to Earn.

Arti sederhana dari Penultimate Preparedness adalah ketika kita bersiap mengantisipasi apa yang telah terjadi dibandingkan mengantisipasi apa yang akan terjadi. Kira-kira seperti mau bergerak maju dengan berpedoman pada kaca spion.

Contoh dalam sehari-hari misalnya ketika harga cabai naik tajam, maka ramai-ramai berusaha membudidayakan tanaman cabai supaya bisa mendapat untung. Dan ketika masa panen tiba, ternyata banyak orang melakukan hal yang sama, sehingga membuat harga cabai turun, dan akhirnya pada malas melakukan lagi. Ini membuat nantinya akan terjadi ketangkap cabai lagi, dan harga merangkak naik lagi, dan cerita akan berulang.

Ini salah satu contoh saja. Tapi hampir semua kegiatan kita adalah karena ada kejadian, maka kita bereaksi. Kita lapar maka makan, lelah maka tidur, haus maka minum. Ini kegiatan normal yang akan kita lakukan.

Nah, dalam berinvestasi, cara kerjanya tidak demikian. Kalau kita melakukan apa yang dilakukan orang pada umumnya, maka hasil yang kita dapatkan juga akan seperti orang pada umumnya. Dan pada umumnya, orang gagal dalam karir investasinya. Jelas tujuan kita berinvestasi bukan untuk gagal kan?

Karena inilah, maka orang berlomba-lomba berusaha menebak apa yang akan terjadi di masa depan. Muncul lah berbagai ilmu meramal. Dibutuhkan akal sehat untuk melihat apa yang terjadi. Kalau benar ilmu meramal orang itu sedemikian hebat, mengapa orang ini masih duduk di depan meja memegang bola kristal sambil menunggu pelanggan. Bukankah orang ini lebih baik berusaha merubah nasibnya. Atau menjadi Pahlawan super dengan bertemu presiden dan mengatakan saya akan menghilangkan hutang negara dan menghapus kemiskinan karena saya punya cara hebat untuk itu.

Atau ada cara ketiga yang lebih sederhana. Tindakan yang melawan arus. Di sini muncul lah quote dari Warren Buffett : be greedy when other fearful and be fearful when other greedy. Kita harus mengerem nafsu membeli kita ketika semua orang panik buying, dan mengerem nafsu menjual kita ketika semua orang panik selling.

Metode ini jelas bukan berarti kalau ada yang menjual besar-besaran sebuah saham, maka kita harus siap menampungnya. Cari tahu dulu apa yang sedang terjadi. Ini juga tindakan yang melawan arus. Berapa banyak investor yang benar-benar tahu apa yang sedang dibelinya. Semua cuma peduli untung rugi tanpa ingin tahu mengapa. Sori kata, tapi model investor seperti ini akan sangat gampang ditipu orang lain.

Cari tahu, dan jika kita suka dengan cerita perusahaan, maka kita mengambil posisi beli. Jika kita tidak suka, maka kita mengambil posisi jual. Intinya tahu apa yang kita lakukan.

Alasan sederhana dari be greedy when other fearful and be fearful when other greedy adalah ketika banyak orang takut dan semua menjual, maka harga saham akan tertekan, dan ini mendorong perusahaan bagus yang dijual mahal menjadi lebih murah. Dan ketika orang menjadi serakah dan semua membeli, maka harga perusahaan akan melonjak. Bukankah merupakan surga belanja kalau kita masuk mall dan semua toko diskon? Dan surga bagi pedagang ketika semua orang ingin membeli karena ada kejadian baik?

Kalau mau ngaku jadi trader, ini loh yang seharusnya dilakukan. Jangan jadi trader kalau posisi untung, jadi investor kalau posisi rugi. Wajar akhirnya ramai-ramai mengatakan investasi di saham itu merugikan.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!
Copy link