


Mencari Fakta
Tapi pagi ketika kami membaca berita online, terdapat berita tentang warga rusun yang mengeluhkan mahalnya pembelian air. Kalau dibaca, disebut bahwa harga air yang disebut gubernur DKI adalah sebesar 1050 rupiah per m3. Sedangkan keluhan warga disebut mereka membeli air dengan harga 5500 rupiah per m3. Mana yang betul.
Terlepas dari unsur pilkada, hal ini menarik. Nanti kita bahas alasannya. Sekarang kita mencari datanya terlebih dahulu. Di artikel kompas ada warga yang menyebut tentang nama perusahaan yang menjual air minum ini. Aetra.
Kami mencari di web, ternyata ada beberapa perusahaan dengan nama yang sama. Jadi pencarian kami persempit menjadi Aetra air Jakarta. Ternyata ada websitenya. Menarik melihat bisnis air di Jakarta. Ternyata terbagi 2 perusahaan, 1nya Palyja yang mengurus wilayah Barat Jakarta, dan Aetra yang mengurus wilayah timur Jakarta.
Palyja sendiri ketika dicari info nya adalah anak perusahaan Astra. Jadi bisnis Astra sangat luas, dari otomotif, pertambangan, perkebunan, perbankan, teknologi, konstruksi, properti, dan ada bisnis untuk kebutuhan sehari-hari. Total ada ratusan bisnis di bawah Astra. Jadi membeli saham Astra sendiri sudah seperti membeli reksadana.
Kembali ke Aetra, setelah melihat-lihat websitenya, ada bagian pdf untuk info lebih lanjut. Dan ketika diklik, di dalam banyak informasi tentang bisnis ini. Termasuk harga air yang dijual. Ternyata ada pembagian golongan konsumer. Dan harga 1050 adalah untuk golongan Kelas bawah atau bangunan yang digunakan untuk kepentingan umum, dan 5500 adalah untuk golongan di atas. Kami tidak membahas mengenai mengenai mengapa ada selisih antara ucapan gubernur yang menyatakan menjual air seharga 1050 dan di lapangan yang dijual dengan harga 5500. Itu urusan pihak yang terkait untuk mencari tahu.
Yang ingin kami bahas adalah, ketika internet sangat gampang mencari informasi, contoh di atas kami dapatkan hanya 15 menit mencari info, adalah juga sangat berbahaya jika perbedaan informasi ini digunakan oleh pihak yang ingin memperkeruh suasana politik karena mengerti bahwa sebagian besar orang malas atau tidak tahu bagaimana mencari fakta.
Ini adalah hal yang sama seperti ketika kita berinvestasi, sebagian besar investor melakukan transaksi hanya berdasarkan informasi yang beredar tanpa mengecek kualitas informasi itu. Hanya karena merasa yang membagi informasi itu adalah orang yang bisa dipercaya. Apalagi jaman sekarang terbentuk komunitas investor di berbagai media sosial.
Di buku One Up ada dibahas tentang bagaimana menangkal berita yang belum teruji kebenaranannya. Adalah Tugas kita untuk memperlakukan informasi yang beredar seperti ketika kita mendapat informasi anonim di kotak surat. Kita tidak akan langsung percaya isinya tanpa mencari informasi lanjutan. Adalah kesalahan hanya percaya informasi itu hanya karena seseorang yang kaya raya dan kita kenal, misalnya paman Bob yang memberikan informasi itu.
Dengan membiasakan diri mengecek informasi itu lebih lanjut, maka kita membangun kebiasaan untuk kritis terhadap apapun yang datang pada kita. Hal ini juga yang akan mencegah kita dari penipuan dan investasi bodong yang banyak beredar sekarang ini. Dan ketika kita sendiri sering memberikan informasi yang sudah kita telaah dengan seksama, maka kita membangun kebiasaan hidup dengan kebenaran.
Kebiasaan hidup dengan benar akan membuat lingkungan kita pada akhirnya akan bersih. Jadi bukan hanya tidak membuang sampah sembarangan yang akan mengotori lingkungan kita, mempercayai hal yang tidak benar dan tidak baik juga akan mengotori pikiran kita.
Dan kita sukses berinvestasi adalah hasil dari kehidupan spiral up. Jadi setiap hari, lakukanlah hal-hal yang memang benar. Jangan terbiasa berada di lingkungan yang tidak baik, atau malah kita sendiri penyebab lingkungan tidak baik itu. Cara demikian akan membuat kita repot sendiri. Sama seperti kalau kita tinggal di samping tempat pembuangan sampah, dan mengeluh mengapa bau sekali. Apalagi sampahnya kita yang produksi sendiri.
Contoh di gambar adalah semata-mata untuk bahan pembelajaran. Urusan membela yang mana, silakan tentukan sendiri. Apalagi Indonesia lebih luas dibanding Jakarta. Jangan cuma ribut terus di Jakarta sehingga daerah lain menjadi lebih tertinggal. Dari segi luas, Jakarta cuma 0,03% Indonesia. Dari segi penduduk, cuma 4% Indonesia.
Jadi, lihatlah lebih besar. Karena potensi Indonesia ada dari Sabang sampai Merauke. Itu kan namanya keadilan bagi semua rakyat Indonesia. Ketika semua penduduk dari berbagai latar belakang punya kesempatan untuk menikmati kekayaan alamnya. Bukan hanya milik sebagian golongan. Termasuk juga investor. Ketika semua punya kesempatan yang sama untuk berhasil, bukan hanya sebagian golongan saja, sedangkan yang lain adalah korban.
Intinya Jangan pernah bertransaksi hanya berdasarkan info yang belum jelas. Gunakan kemampuan kita supaya bisa mandiri.