Penultimate Preparedness di Kehidupan

  • Save

 

Penultimate Preparedness di Kehidupan

Hari ini Jakarta banjir karena hujan lebat dan kiriman dari daerah lain sebelum ini. Sebagian orang membahas seakan-akan seluruh hidupnya adalah tentang banjir di Jakarta. Ini sama seperti ketika pasar saham sedang turun dan kita membahasnya seakan-akan penurunan ini adalah kehidupan investasi kita seluruhnya.

Dan pembahasan ini selalu terjadi setelah kejadian. Ini dibahas di buku One Up on Wall Street, dengan contoh suku Maya, yang selalu merenovasi rumah mereka untuk mencegah bencana alam yang menimpa mereka sebelum ini. Setelah kebakaran, mereka membangun rumahnya dari batu. Ternyata gempa, kemudian mereka membangun rumahnya dari jerami, ternyata kebanjiran, mereka membangun dari kayu, dan seterusnya. Tidak heran pada akhirnya suku Maya menyusut kejayaannya karena tidak bisa beradaptasi dengan lingkungannya.

Yang dibutuhkan untuk bertahan adalah metode yang bisa menghadapi berbagai musim. Sama juga di saham. Kita butuh metode yang bisa bertahan ketika pasar naik dan turun. Karena kehidupan di investasi selalu naik dan turun. Orang yang takut karena pasar turun dan menjual seluruh aset nya mengantisipasi penurunan berikutnya, akan kecewa ketika saham naik lagi. Dan ketika mereka membeli untuk mengantisipasi kenaikan berlanjut, pasar malah turun.

Kalau dilihat di peta dunia, terlihat bahwa banjir memang terjadi di mana-mana, negara maju sampai negara ketiga, negara 4 musim sampai negara 4 tropis. Dan berlangsung bertahun-tahun. Jadi tidak hanya di satu lokasi saja.

Sama juga kan di saham, ketika IHSG terkoreksi, semua ramai-ramai meramalkan resesi ekonomi. Banyak yang mengambil tindakan yang justru menambah parah situasi. Hal yang wajar. Tidak ada yang mau menjadi orang terakhir keluar. Investor menjadi tidak rasional. Kalau saja pada banyak membaca, bahwa seperti banjir yang memang akan terjadi di mana saja dan kapan saja, maka cara kita menghadapi penurunan bursa seharusnya biasa-biasa saja.

Malah penurunan bisa dianggap kesempatan. Kesempatan kalau memang perusahaan bagus tapi sedang dalam masalah. Kita tinggal menunggu harga yang diinginkan tercapai, dan kita bereaksi. Ini seperti kita tahu musim hujan akan terjadi, maka juallah payung.

Tidak berarti metode berharap hal buruk terjadi. Ada bedanya tahu hal buruk memang akan terjadi dan berharap apalagi memprovokasi supaya hal buruk terjadi. Contoh saja, dekat rumah kami ada yang menjual Nasi uduk. Setiap lewat di sana, selalu saja sudah habis. Tapi ketika hujan, dagangannya menjadi lebih sepi dan kami punya kesempatan mencoba nya. Tapi hari ini, mungkin karena banjir, orangnya tidak berjualan.

Apakah demi nafsu kita, maka kita berharap ada orang yang menjadi susah? Berharap ada banjir biar kita bisa mendapat keuntungan dari kejadian itu? Ini adalah jalan pikiran yang sakit. Berusaha mendapat untung di atas penderitaan orang lain. yang sejati adalah ketika saya membeli di kondisi sekarang, saya berharap ke depan ekonomi akan semakin baik dan semua pihak akan mendapat keuntungan.

Inilah yang membuat mengapa investor sejati akan semakin meningkat kualitas hidup mereka. Mereka membuat kebiasaan melihat hal baik terjadi di lingkungan mereka.

Kalau demikian apakah tidak boleh berpikir dengan metode lain? Tidak juga. Apa yang sekarang kita dapatkan adalah hasil pemikiran dan tindakan kita di masa lalu. Jika puas, silakan teruskan, jika tidak maka rubahlah biar nanti di depan kehidupan kita akan berubah juga.

Contoh, kita tahu beberapa waktu belakangan, banyak bank mengalami masalah kredit macet sehingga labanya tertekan. Dan harga saham akan mengikuti. Tapi setelah semua pulih, harga saham juga akan pulih. Ini adalah kemampuan melihat kesempatan. Sekarang, apakah ada Bank yang sedang terpuruk kinerjanya dan ke depannya punya kemampuan membaik lagi?

Jadi lah pasukan Orange yang selalu siap ketika ada bencana dan tenaga mereka dibutuhkan. Jadi lah investor yang selalu tahu apa yang harus dilakukan di setiap situasi.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!
Copy link