


Peter Lynch dari Medan
Artikel kali ini menarik. Gambar dengan Jet Lee. Judul tentang Peter Lynch. Dan isi tentang orang Medan.
Kami kadang melakukan perjalanan ke daerah untuk berinteraksi dengan investor di sana. Kumpul-kumpul dan diskusi. Berbagi pengalaman apa yang telah kami kerjakan.
Di Medan kemarin, juga sama. Medan sekarang sudah tambah maju, dan sudah mirip Jakarta. Macet di mana-mana. Taxi online juga sudah ada. Mungkin kalau Jakarta sudah tidak butuh pemimpin yang bisa membereskan masalah kota, Medan bisa mengimpornya dari sana. Toh ga ada kerugian berarti, karena jika seseorang sudah bekerja dengan baik dan diganti yang lain, maka standar kualitas pekerjaan yang ditinggalkan akan sangat tinggi. Mau ga mau penerusnya harus meningkatkan kapasitasnya supaya bisa memuaskan rakyatnya. Dan jika semua daerah dipimpin oleh orang yang ingin memajukan daerahnya, dan bukannya sibuk memikirkan diri sendiri, maka pemerataan pembangunan akan terjadi di Indonesia. Rakyat bisa memenuhi pangan, sandang, dan papan bukan hanya dengan janji kan? Pada akhirnya semua harus bekerja keras.
Sama juga di saham. Bukan cuma banyak teori yang membuat kita berhasil. Kerja keras dan kesabaran maka kita akan mencapai tujuan. Sama seperti kami sabar di pesawat selama 2 jam menunggu proses perjalanan. Kalau tidak sabar dan jam pertama langsung memutuskan keluar dari pesawat?
Ngomong-ngomong tentang pesawat, setelah sekian lama, kami naik pesawat dengan penumpang hanya sekitar 25 orang. Dan pesawatnya tetap harus jalan. Inilah salah satu risiko bisnis transportasi. Fix costnya tinggi, dan pendapatan belum tentu mencapai titik Balik modal. Karena alasan inilah kami merasa sudah tepat tidak pernah melirik saham di bidang transportasi. Mirip dengan saham komoditas, pendapatannya tidak bisa diprediksi. Mengapa harus mengambil risiko yang tidak perlu dengan memilih yang tidak kita ketahui cara kerjanya.
Kembali ke gathering. Setelah hampir selesai, ada teman yang ketemu temannya yang lain dan di bidang saham. Dari obrolan singkat ini kami melihat kemampuannya yang luar biasa. Kemampuan yang setara dengan apa yang kami pelajari dari Peter Lynch. Semua pengalaman yang diceritakannya akan menjadi bekal bagi kami. Karena dari pengalaman orang lain lah kita menghemat waktu, tenaga, dan uang untuk coba-coba.
Dan pertemuan ini benar-benar menyenangkan, berarti kami sudah selangkah lagi lebih dekat. Dari tidak pernah tahu ada orang yang berhasil, mendengar tapi tidak percaya mereka, kemudian mulai percaya melalui tulisan yang ada, sampai akhirnya melihat sendiri orang yang telah berhasil. Ketika panca indra kita sudah berhubungan dengan tujuan kita, titik keberhasilan sudah sangat dekat.
Perbedaannya cuma kita mau maju atau tidak. Dan seberapa sering kita akan bertemu orang seperti ini lagi. Bisa baca di sini https://saham-indonesia.com/2016/11/investor-sejenis-terbang-bersama/ Apakah ini bisa dipercaya? Semua tergantung kita lagi. Seberapa niat kita mencari tahu. Ujilah metode yang di beritahu sampai bisa diyakini. Jadi bukan hanya ketika ada orang yang secara fisik meyakinkan bilang terjun maka anda akan sukses, kita langsung memutuskan untuk terjun.
Kalau lihat fisik, jelas orang ini tidak meyakinkan penampilannya. Tapi karena inilah, kami akan mendengar apa yang dia sampaikan. Karena ciri-ciri orang yang berhasil di value investing adalah seperti ini. Orang low profile yang pakaiannya sederhana. Karena mereka tahu, membeli pakaian dan barang yang akan menurun nilainya adalah tidak baik dari sudut pandang investasi.
Karena itu, berhati-hatilah dengan orang yang low profile, siapa tahu mereka akan menjadi guru kita di kemudian hari. Walau belum tentu juga seperti ini. Untuk orang yang suka pamer, juga akan menjadi guru kita. Mereka akan menjadi contoh orang-orang yang di jalan non-investasi. Jalan hidup mereka akan menjadi signal apa saja yang seharusnya kita hindari. Seperti tulisan Jet Lee. Ketika kita sadar, semua adalah guru kita.
Apa saja sebenarnya yang dibagikan. Satu hal menarik bagi kami adalah orang ini tidak pelit dalam membagi ilmunya. Dan karena orangnya saja tidak pelit, mengapa kami harus pelit. Tapi mengenai kebenaran, silakan diproses lagi. Bukan karena rekomendasi dari Tulisan kami, berarti sudah pasti benar dan cocok digunakan. Kami sendiri hampir pasti tidak akan menggunakan metodenya dengan 100%. Akan ada modifikasi.
Memilih saham apa yang akan menjadi watch list kita adalah utama. Tidak mungkin kita bisa memantau ratusan saham. Angka yang diberikan menarik. Sekitar 50an saham. Angka yang mirip dengan angka dari Peter Lynch. Kita tidak akan punya sumber daya untuk memantau semua saham. Jadi akan ada saham yang harus diabaikan.
Dan gunakanlah uang nganggur, karena kita tidak tahu kapan harga saham akan naik. Siap-siap untuk hold saham selama bertahun-tahun. Jangan sampai saham belum berbuah, kita sudah butuh uangnya. Kesabaran kita akan benar-benar diuji.
Investasi pertamanya mendapat keuntungan 100%. Ini yang membuat dia yakin, potensi ke depan akan besar. Dan yang memutuskan dia berubah haluan menjadi value investing adalah ketika investasi ketiganya, dia mendengar dari orang di sebelah nya saham hot yang akan memberikan keuntungan besar. Dan saham ini malah menjadi 0 karena bangkrut. Mendengarkan saran orang lain karena kelihatannya orang itu berilmu adalah cara jitu untuk kehilangan uang. Dibahas di buku One Up juga.
Dan batas 100% juga menarik. Konsep ini banyak kami tawarkan ke investor. Tapi karena pilihan sebagian orang adalah keuntungan uang receh, maka investasi 100% adalah tidak mungkin di mata mereka. Karena tidak mungkin, maka jalan ke sana akan ditutup oleh mereka sendiri.
Kemudian galilah cerita yang ada di perusahaan itu. Dan berhati-hatilah terhadap kinerja masa lalu. Karena apa yang terjadi di masa lalu, hanya memberi tahu kondisi sekarang, sedangkan akan jadi apa perusahaan ini, lihatlah yang sekarang dilakukannya. Ini juga berarti tidak percaya kepada grafik harga. Apalagi sampai menghapal pola yang ada.
Carilah perusahaan yang berada di awal ekspansi. Kalau di buku One Up, berarti mencari perusahaan yang berpotensi menjadi fast grower. Kuncinya ada di angka 1+1=2 dan 100+1=101. 2 adalah kenaikan 100% dari awal. Sedangkan 101 adalah kenaikan 1% dari awal, walau keduanya sama-sama bertambah satu. Artinya carilah perusahaan yang baru melakukan ekspansi di awal ketika penambahan unit usaha akan signifikan hasilnya.
Ingat kita sudah sering membahas, harga saham akan mengikuti kinerja perusahaan. Apa yang terjadi ketika laba perusahaan naik 100%? Bandingkan kalau laba naik 1%.
Perusahaan yang telah menjadi raksasa akan melambat, berarti kejutan menyenangkan di depan kecil kemungkinan terjadi. Yang bisa kita harapkan adalah mengharap ketika harganya tertekan. Maka keuntungan 30-50% setahun adalah lumayan.
Perusahaan yang menggunakan capex besar juga perlu diwaspadai. Di buku One Up di kenal sebagai perusahaan yang burn cash to make cash.
Kemudian perusahaan komoditas tidak layak untuk masuk. Karena tidak bisa diprediksi masa depannya seperti apa. Apalagi sekarang isu lingkungan juga mulai diperhatikan. Misalnya karena polusi, maka akan keluar kebijaksanaan pemerintah. Kecuali kita ingin menjadi spekulan. Seperti ketika harga cabe atau bawang mengalami fluktuasi.
Fokus dengan saham yang bahkan pemiliknya melakukan buy back. Artinya mereka memiliki keyakinan terhadap perusahaan mereka sendiri.
Saham turnaround menarik, Belilah ketika kinerja menurun dan kita sudah memastikan perusahaan punya kemampuan meningkatkan performa mereka. Jual ketika semua sudah dalam kondisi bagus.
Sayang diskusi nya harus berhenti karena sudah terlalu malam. Satu hal yang membuat kami gembira, langkah value investing ternyata sama saja di mana-mana, bahkan di jaman yang berbeda. Dilakukan di Amerika oleh Buffett dan Lynch dulunya, investor yang kita kenal, dan juga di sini dan sekarang.
Dan terakhir, kami memakai kata Peter Lynch dari Medan karena kami berharap akan bertemu lagi dengan yang sevisi di daerah lain. Silent Investor yang akan memajukan pasar modal.