


Teman Seperjuangan
Kita memulai investasi jelas karena ada tujuan yang ingin kita capai. Tidak mungkin namanya berinvestasi itu mengeluarkan uang untuk dihabiskan. Kita ingin jika kita menaruh 1 akan mendapat 2. Supaya jelas, kita harus menetapkan tujuan berinvestasi itu.
Setelah adanya tujuan, kita perlu tahu metode yang membuat tujuan itu bisa diwujudkan. Kemudian kita mencari mentor yang bisa mengajarkannya. Dan yang penting, dalam perjalanan ini, kita akan susah untuk berjalan sendirian. Dibutuhkan teman dalam perjalanan ini. Teman yang seperti apa.
Bagi kami, bukanlah teman masa kecil, teman sekolah, teman kerja, teman 1 grup medsos, atau teman dari latar belakang yang sama. Lebih aneh lagi jika mencari teman yang bajunya sama. Perlu identitas khusus untuk teman ini, bukan hanya dari penampilan luar.
Adalah teman yang memiliki kesamaan visi, punya niat untuk mewujudkannya lah yang seharusnya menjadi teman perjalanan. Ini penting, karena dalam karir investasi, selalu ada up and down. Kadang naik kadang turun. Dibutuhkan orang yang ketika kita di depan, mereka punya keyakinan untuk mengikuti, dan ketika kita di belakang, punya kemampuan untuk diikuti.
Salah satu yang berkesan bagi kami adalah pak Totok. Dari pengetahuan nol ketika bertemu di awal setahun yang lalu, sekarang sudah berubah jauh. Bisa dilihat dari perkembangannya di gambar. Termasuk ketika pak Totok mulai membuat website untuk memberikan idenya. Bisa dibaca di https://eksplorasidatasaham.wordpress.com
Bukan perkembangan portofolionya yang penting, karena portofolio bisa naik dan turun setiap saat. Adalah cara pandang dan cara berpikirnya yang berguna. Apakah ini adalah orang yang bisa membantu kita mewujudkan tujuan kita? Dan membantu di sini, bukanlah dengan istilah kerja sama, 1 kerja dan yang lain samakan jawaban. Membantu adalah kita punya kesempatan untuk meningkatkan diri dari mereka dan mereka juga memberi kesempatan bagi kita untuk meningkatkan diri mereka. Tepuk tangan selalu butuh 2 tangan.
Pertanyaan penting. Apakah patner seperti ini akan bertahan selamanya. Rasanya tidak, karena tidak ada di dunia ini yang abadi. Ini realita yang harus kita hadapi. Seperti juga saham yang tidak akan naik atau turun terus. Adalah ketika visi dan misinya berubah, saat itulah kita mungkin harus mencari teman perjalanan yang baru. Ibaratnya dari Jakarta menuju Surabaya. Ketika di tengah jalan, orangnya memutuskan untuk berhenti atau ke Medan, keputusan kita sendiri untuk mengikuti atau melanjutkan perjalanan.
Di luar negeri kami mempelajari ini dengan nama Starbucks patner, karena diskusi dilakukan di kedai Starbucks. Mungkin di sini bisa saja disebut Indomie patner. Karena diskusi dilakukan di warung indomie. Terserah apapun namanya, yang penting nanti bisa bersama-sama menikmati indomie di Jepang?