


Apa Yang Harus Dilakukan
Kira-kira kalau portofolio kita seperti di gambar, apa yang harus dilakukan. Kalau sekarang IHSG ada di sekitar 4000an, kami pribadi tidak terlalu kuatir. Karena secara umum semua saham memang lagi turun. Tapi kalau IHSG sedang di new high, dan portofolio kita seperti ini, sudah semestinya kita bertanya.
Total modal jika semua balik ke harga semula ada di sekitar 219,475 juta. Dengan floating lose sekitar 64,815 juta, maka potensi lose ada di sekitar 29.45%. Angka yang lumayan besar. Tapi masih lebih baik jika kita berinvestasi di bisnis pribadi. Biasanya kerugian adalah hampir 100% ketika kita memutuskan menyerah.
Sekarang, apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki keadaan. Banyak pilihan yang bisa dilakukan.
Yang pertama, solusi paling gampang, menjual semua aset dan memutuskan menyerah. Kerugian 30% tidak ada apa-apa nya jika dibandingkan dengan kerugian 100% bisnis. Tapi jelas pilihan logis bukan seperti ini. Di saat pasar modal Indonesia terus naik, kita sendiri memutuskan untuk menyerah.
Pilihan gampang lainnya adalah duduk manis melakukan aktivitas sehari-hari sambil menunggu semuanya balik. Tapi kapan baliknya itu yang tidak ada kepastian. Bisa tahun depan, atau 5 tahun lagi atau malah tidak pernah balik lagi. Contoh jika kita menunggu BUMI balik ke 8700, bukankah lebih baik kita mencari kesempatan lain.
Pilihan ketiga adalah menjual semua posisi dan memulai dari baru dengan saham lain. Tapi dibutuhkan keberanian besar dan ilmu yang lumayan untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Pilihan selanjutnya, sekarang baru masuk ke bagian serius. Karena butuh berpikir, bagaimana membalikkan keadaan.
Kita melihat bahwa perusahaan yang dibeli bukanlah perusahaan tidak jelas. Masalah nya cuma salah masuk di waktu yang salah. Ketika bisnis di perusahaan ini naik dan harga saham mengalami euforia. Berinvestasi bukan seperti ini. Berinvestasi adalah mencari perusahaan baik yang punya prospek cerah, dikelola orang yang berkompeten, dan dijual dengan harga murah. Jelas kondisi di gambar tidak sesuai dengan prospek cerah dan harga murah.
Maka pilihan pertama adalah menilai ulang bisnis yang ada. Mana yang lebih berprospek ke depan. Kemudian menjual yang kurang berprospek dan membeli yang lebih baik. Bisa dari saham yang sudah ada, ataupun yang baru. Misalnya jika tetap mau saham yang sektornya sama, apakah ASRI dan CTRA masih baik, atau ada pilihan lain misalnya LPCK dan BSDE?
Atau malah masuk ke sektor baru, misalnya konsumer goods yang gampang dianalisa. Kemudian sektor energi dan komoditas, seperti PGAS, HRUM, SGRO. Bagaimana prospek mereka.
Untuk membeli juga dibutuhkan uang. Pertanyaannya dari mana datangnya modal baru ini. Kalau dilihat, perusahaan yang ada adalah perusahaan yang membagikan dividen. Berarti tiap tahun, tanpa usaha keras, sudah ada dana tambahan untuk membeli. Ditambah jika kita ada pemasukan dari kegiatan sehari-hari kita, maka ada kemungkinan kita bisa mempercepat proses recovery. Dengan catatan kita tahu apa yang akan dilakukan. Kalau tidak, sama saja masuk ke lubang yang lebih dalam.
Jika kita bisa mendapat untung di saham baru, maka perasaan untuk memotong kerugian di saham lama mungkin akan lebih gampang. Dan Cutloss ini bisa dengan sedikit demi sedikit. Contoh, kami sendiri baru menjual sedikit saham yang menurut kami potensi upside nya lebih kecil dan masuk ke yang potensinya menurut kami lebih besar. Istilahnya memindahkan uang dari tempat yang mahal ke tempat yang murah.
Mengapa perlu sedikit demi sedikit. Ini karena kami sendiri tidak tahu sampai mana titik puncak sebuah saham bergerak. Dan kami tidak berminat untuk mempelajarinya. Sejarah sampai hari menunjukkan tidak ada satu pun orang yang bisa dengan tepat menebak arah pasar. Menebak arah bisnis masih mungkin, tapi menebak arah reaksi pasar? Ini sama saja membaca pikiran orang-orang di dalam bursa. Mungkin kah? Bagi kami tidak logis. Dan kami tidak akan mengerjakan hal yang tidak logis.
Jadi, dengan belajar, kemudian mempraktekkannya sedikit demi sedikit, ada beberapa keuntungan yang terjadi, kerugian bisa dikurangi dengan semakin mahir ilmu yang ada, kepercayaan diri bisa meningkat seiring jika lebih banyak yang benar, dan arah investasi ke depan akan lebih terlihat dengan jelas.
Potensi Indonesia, terlepas dari berbagai masalah saat ini, adalah masih sangat besar. Jangan sampai kita menjadi penonton saja dan kemudian sibuk menyalahkan semua pihak terhadap ketidak berhasilan kita.
Jadi, tidak ada petunjuk saham mana yang harus dibuang atau ditambah? Bagian itu, biarkanlah orangnya sendiri belajar memutuskan. Kami cuma akan menjadi petunjuk arah menuju tujuan yang diinginkannya.