Wijaya Karya – How High Can You Go

  • Save

Wijaya Karya – How High Can You Go

Setelah kami membahas tentang Lippo Cikarang, how low can you go, yang bisa dibaca di https://saham-indonesia.com/2017/04/lippo-cikarang-how-low-can-you-go/ sekarang kami akan membahas tentang WIKA, perusahaan konstruksi yang dipuji pak Ahok. Jika sebuah perusahaan dipuji seorang gubernur dengan track record bersih, apakah perusahaan itu juga bersih, atau cuma pemanis saja. Untuk membuktikan itu, jelas kita harus melihat track recordnya, karena bagaimanapun juga, kondisi hari ini adalah hasil masa lalu. Dan nanti kita akan membahas tentang masa depan WIKA, yang tentu saja dilihat dari apa yang mereka kerjakan hari ini.

Bahasan ini tidak ada hubungan dengan rekomendasi beli ataupun jual. Sama seperti kemarin sewaktu kami membahas LPCK, itu murni bagaimana cara kami memandang setiap perusahaan. Maka demikian juga sekarang ini cara kami melihat perusahaan WIKA.

Salah satu alasan kami mengambil WIKA, dan bukan WSKT, walau dari sisi kinerja, jelas WSKT sudah lebih baik, adalah karena kami mengenal terlebih dahulu. Dan walau WSKT naik lebih besar dibanding WIKA untuk waktu yang sama, kami sama sekali tidak menyesalinya. Buat apa menyesal terhadap keputusan yang kami anggap terbaik waktu itu. Yang kami sesali adalah kami yang waktu itu masih hijau. Tapi dengan pengalaman, jelas ke depan akan lebih baik lagi.

Apa saja alasan yang membuat kami memilih bahkan sebelum dimention pak Ahok. Kalau lihat hasil proyek simpang Semanggi, jelas ini salah satu bukti WIKA sanggup menyelesaikan proyek dengan tepat waktu.

Alasan pertama, karena perusahaannya masih bersih sejauh masukan yang pernah kami terima. Kalau dibilang, tidak ada yang 100% bersih, bisa saja. Tapi standar bersih mereka masih lumayan. Masukannya berasal dari salah satu guru kami, kemudian kami mendengar juga dari teman-teman yang pernah berhubungan dengan dalam mengerjakan proyek. Teman sekolah, atau teman dari kalangan lain, bukan info dalam, tapi info yang bisa kita dapatkan di sekitar kita, sesuai ajaran Peter Lynch. Mereka juga pekerja seperti kami, dan bahkan tidak berinvestasi di saham, jadi tidak ada kepentingan dalam memberikan pandangan.

Alasan kedua, setelah bersih, juga bekerja keras, termasuk mengambil proyek di luar negeri. Misalnya di Arab dan China. Jadi ketika perusahaan di negara itu ingin berinvestasi ke infrastruktur di Indonesia, patner yang mereka cari jelas perusahaan yang pernah mereka kenal. Ini bukan masalah KKN, tapi kenyamanan bekerja. Kita saja nyari patner, adalah patner yang kita kenal dan bisa dipercaya, bukan orang asing atau bahkan orang yang selama ini merugikan kita. Perusahaan, baik lokal maupun dari luar negeri juga sama, adalah kumpulan manusia. Namanya manusia, sama saja di mana-mana. Ini alasan mengapa WIKA bisa mengerjakan proyek MRT dan kereta api cepat. Atau nanti kilang minyak.

Alasan ketiga, kalau melihat proyek yang dikerjakan WIKA, misalnya MRT, kereta api cepat, kilang minyak, LRT, adalah proyek pionir. Yang sebelumnya hampir tidak ada di Indonesia. Dan kalau proyek ini berhasil, berarti ada proyek lanjutan. Logika yang sehat, jika proyek berikutnya diadakan, siapa yang dicari untuk mengerjakannya?

Alasan keempat. Dengan proyek pionir, jelas persen bagian kecil. Namanya saja nebeng mencari ilmu. Biasanya ada istilah titip anak ke toko saudara, untuk belajar kerja, tidak perlu digaji. Pengalaman yang nantinya jadi bekal supaya anak bisa mandiri. Apakah WIKA juga seperti itu? Atau manajemennya tidak berusaha meningkatkan diri untuk proyek masa depan. Jadi porsi mereka tetap segitu – segitu saja. Atau manajemen akan bekerja keras supaya porsi WIKA naik, dan meningkatkan peluang laba naik, yang artinya gaji mereka naik. Apalagi kalau ada manajemen yang membeli saham perusahaannya, berarti rasa memiliki mereka lebih besar lagi untuk melihat perusahaannya menjadi lebih baik.

Alasan kelima. Beberapa proyek adalah mengejar recurring income, yaitu pendapatan berulang. Fokus WSKT ada di jalan tol, dan dari pubex terakhir yang kami ikuti, manajemen WIKA mengambil jalan pembangkit listrik. Jadi mereka mendapat pendapatan dari mengerjakan proyek ini, dan setelah jadi, ada sebagian kepemilikan pembangkit listrik menjadi milik WIKA.

Bagaimana juga dengan proyek MRT dan kereta api cepat? Bisa saja sekarang adalah proyek rugi. Tapi ke depan bagaimana? Apakah tidak ada bentuk kerja sama lain yang bisa dihasilkan? Misalnya menciptakan kota baru di sekitar stasiun. Sewa toko di stasiun. Ini gunanya kita melihat negara lain, bagaimana mereka sudah lebih maju dibanding Indonesia. Jika orang lain menciptakan standard lebih tinggi, kejarlah supaya tidak tertinggal, jangan sampai sudah tertinggal, masih sibuk sendiri.

Seberapa besar peluang di atas terjadi? Itulah tugas kita sebagai pemilik perusahaan melihat bagaimana kinerja perusahaan. Buy and hold berbeda jauh dengan buy and forget. Buy and hold adalah seperti membeli sapi dan mempekerjakan orang untuk mengembang biakkan. Kita mengawasi kinerja orang itu. Dan kita sabar menanti kambing bertumbuh besar, bukan hari ini beli sapi, besok Cutloss ganti kambing, besok Cutloss lagi ganti ayam. Lama-lama kita cuma makan telur. Kalau buy and forget, kita beli sapi, kemudian ditinggal tidur, lupa punya sapi, pas bangun sudah jadi ayam juga kita ga paham.

Dan mengawasi perkembangan juga bukan tiap hari mengecek sudah tumbuh berapa cm sapi nya. Pertumbuhan sapi adalah hasil dari pegawai yang bekerja keras. Sama seperti itu juga, pertumbuhan harga saham adalah hasil dari karyawan perusahaan yang bekerja keras. Fokus pada sebabnya, jangan fokus pada akibat. Jika fokus pada akibat, kita akan selalu ketinggalan, dan berinvestasi itu adalah fokus pada sebab, kalau konsumer, jelas fokusnya pada akibat/hasil. Konsumer tidak peduli bagaimana IPhone dihasilkan, yang penting pas beli dalam kondisi bagus.

Jadi, kita ini investor, yaitu beli yang ada potensi, atau konsumer saham, alias beli yang sudah terbukti dan naik?

Di atas kita cuma membahas apa yang memungkinkan naik, coba pikirkan apa saja yang bisa membuat WIKA batal naik. Itu PR masing-masing.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!
Copy link