


ACES – Saham Yang Sempurna
Sebelum ini kami pernah menulis tentang AISA, maka saham AISA naik, kami menulis LPCK, LPCK naik, kami menulis KBLI, KBLI naik. Isi tidak penting sepertinya, yang penting tiap ditulis sahamnya naik. Sekarang kami menulis ACES, apakah sahamnya juga akan naik?
Jika ada yang merasa ini adalah indikator sempurna untuk membeli saham, siap-siap saja kecewa. Berdasarkan pengalaman kami, tidak ada faktor yang akan memberi kepastian mengapa saham itu bisa naik. Jika ada yang menemukan caranya, bukankah orang itu sudah jadi investor nomor 1 di dunia?
Tapi ternyata ada investor yang menduduki ranking nomor 1. Maka secara logika, cara dia lah yang seharusnya kita tiru. Bukan investor nomor 2, atau bahkan investor yang tidak ada ranking nya. Kita menggunakan produk saja selalu mencari the best, mengapa melakukan sesuatu yang tujuannya untuk masa depan kita, malah coba-coba? Sungguh tidak logis. Wajar kan pada akhirnya jarang ada yang berhasil.
Tapi kita tidak membahas tentang cara berinvestasi nomor 1. Kita hari ini membahas tentang cara kami yang non ranking berinvestasi.
Nah, sebelum melangkah lebih jauh. Jika kami adalah seorang analis yang memberi anda laporan prospek investasi ke depan, dan anda sendiri sebelumnya telah mengambil saham lain, apa yang sebaiknya anda lakukan.
Apa yang akan kita lakukan ini yang penting. Kami sendiri tidak ada jawaban pasti.
Ini alasan mengapa Warren Buffett atau LKH berjaya, tapi tidak ada satupun saudaranya yang bisa mengikuti jejaknya. Kalau investasi itu modal copy paste doank, apakah WB dan LKH sedemikian egois nya sehingga tidak berbagi info ke saudaranya?
Coba pikirkan baik2. Bukan berarti tidak boleh ikut saran seseorang, tapi pada akhirnya berinvestasi itu adalah bagaimana kita menghadapi diri sendiri.
Balik ke ACES. Kami membeli sekitar akhir February dan menjualnya di akhir April. Dengan keuntungan hampir 30%. Cukup lumayan untuk aktivitas 2 bulanan. Kalau cuma mau pamer, maka selesai lah artikel ini. Tapi tujuan Saham-Indonesia bukanlah itu. Kami selalu akan mendorong orang untuk belajar mandiri dalam berinvestasi. Jadi pasti harus ada penjelasan lebih apa yang kami lakukan.
Yang pertama tentu alasan beli. ACES adalah salah satu saham yang benar-benar kami sukai. Salah satu alasannya adalah dari laporan keuangan yang sangat konsisten. Laporan keuangan yang konsisten naik memang membosankan, tapi gampang diprediksi. Jika ada yang mengatakan laporan keuangan adalah tidak ada gunanya, coba saja melakukan kencan buta tanpa informasi apapun terhadap pasangan kita. Peluang gagal nya besar, dan biasanya langsung berakhir 1 kali kencan saja. Wajar pada akhirnya saham juga sama, karena kekurangan informasi, kita tidak berani hold lebih lama.
Ketakutan besok akan turun membuat kita selalu melepas apapun yang kita beli. Padahal kejadian turun drastis itu paling beberapa tahun sekali. Tapi media dan cara berpikir kita dalam menerima informasi membuat seolah-olah penurunan itu akan terjadi besok dan akan berulang-ulang.
Alasan lainnya, kami melihat manajemennya adalah cerminan dari paman Gober. Sungguh berhemat sehingga membuat yang ingin aktivitas perusahaan yang mewah akan kecewa. Tapi manajemen seperti inilah yang bagi kami sempurna.
Kalau perusahaan sudah bagus, berarti tinggal titik beli nya. Ideal nya kami akan menunggu ACES terdiskon 50% dari harga wajar nya, yang menurut kami cukup aman membeli di sekitar 500an. Tapi itu ketika ekonomi sedang suram, kalau sekarang ekonomi sedang naik, rasanya berat untuk ke sana. Jadi ketika ACES terdiskon sekitar 30% dari harga wajar nya, kami memutuskan mulai masuk. Jika turun lagi, ya beli lagi. Seperti rencana yang kami bahas dengan nasabah. Salah satu fasilitas Saham-Indonesia untuk nasabah adalah bisa berinteraksi dengan kami dalam berdiskusi.
Sayang, rencana tinggal rencana. Sebelum kami membeli lebih banyak, harga sudah terlanjur naik lagi. Jadi porsi pembelian kami sungguh kecil. Hanya 1% dari total porto. Jadi bahkan naik 30% juga sebenarnya tidak signifikan. Hanya menambah 0.3% Porto. Andaikan saja kami tahu titik beli kami adalah paling rendah, kami akan menjual semua saham dan membeli ACES. Sayang, tidak ada metode yang bisa melakukan itu dengan benar secara konsisten. Kalau ya, orang yang menggunakan itu sudah ada di Hawaii.
Kemudian kami menjual di sekitar 900an. Walau target awal adalah 1000 kami tidak menunggu di sana. Ini berhubungan dengan salah satu metode kami menjual. Juallah ketika ada kesempatan lain yang lebih baik. Dalam pemikiran kami, walau ACES adalah perusahaan bagus, tapi untuk harga sahamnya naik 100% dari 900an ke 1800 berarti butuh kenaikan penjualan 100% juga. Sepertinya itu tidak realistis. Kemudian kami melihat ada perusahaan lain yang bisa menawarkan peluang lebih besar. Ingat risk dan reward. Risiko kehilangan ACES adalah sekitar 10%. Tapi di saham lain, ada potensi upside 100% dari harga sekarang. 10:1 adalah peluang yang benar-benar bagus.
Maka kami memutuskan menjual. Dan memulai lagi proses meningkatkan aset sedikit demi sedikit. Lama-lama akan jadi bukit juga. Demikian pepatah lama. Salah satu caranya yaitu menjual saham A dan membeli saham B yang dirasa lebih berpotensi. Cara lain dengan bekerja keras. Harta itu di kumpulkan dengan kesabaran, kalau mau cepat, mungkin lebih baik di kasino. Minimal kita mendapat hiburan jika kalah. Jika rugi di saham, siapa yang akan menghibur kita?
Terakhir, apakah keputusan ini benar? Biar lah waktu yang akan membuktikan.
Dan ngomong-ngomong, hold 2 bulan itu trader atau investor ya? Lain kali kami akan membahas tentang ini.