Belajar Sampai ke Negeri Hong Kong

  • Save

 

Belajar sampai ke negeri Hong Kong 
 
Tahun lalu kami pertama kali mengunjungi Hong Kong dan Macau. Bisa dibaca di sini tentang tahun lalu. 
 
https://saham-indonesia.com/index.php/298-journey-to-hong-kong-part-1
https://saham-indonesia.com/index.php/300-journey-to-hong-kong-part-2
 
Karena sudah kedua kali, maka pengalaman mencoba-coba sudah tidak ada. Dan kami membawa orang tua untuk jalan-jalan. Dengan melakukan ini, kami melakukan 3 uang misterius yang dibahas oleh Li Kai Shing. Uang untuk belajar, yaitu ketika kita berinteraksi dengan orang-orang yang punya kapasitas lebih dibanding kita, uang untuk bakti, yaitu ketika kita berusaha menyenangkan orang tua, dan uang untuk beramal, ketika kita menyumbang devisa ke negara lain. 
 
Jadi tahun ini kami belajar proses membawa orang lain untuk jalan-jalan. Namanya proses belajar pasti ada kesalahan yang dilakukan. Misalnya untuk orang tua bisa diminta kursi roda, jadi tidak perlu jalan terlalu jauh. Tapi karena sudah terlanjur check in, maka kami tidak bisa meminjam kursi roda di bandara. Ini kami perbaiki ketika perjalanan pulang. 
 
Perjalanan kali ini dengan mendarat ke Hong Kong dan langsung melanjutkan ke Macau dengan kapal feri. Besok nya kami mengunjungi reruntuhan St. Paul. Karena membawa orang tua, kami menggunakan taxi dan langsung turun di reruntuhannya. Jadi tidak perlu berjalan naik bukit yang melelahkan. 
 
Sebelum ke St. Paul kami ke kuil Ama. Pelajaran juga pertama kali naik taxi, supirnya tidak menunggu tujuan, jadi sedikit boros dibawa mutar-mutar mencari alamat yang mereka bisanya cuma dalam tulisan kanji. Sedangkan kita memberikan bahasa Inggris dalam Google map. Setelah tahu situasi demikian, semua tujuan kami capture dalam tulisan kanji dan tinggal menunjukkan ke supir. Biaya taxi tidak terlalu mahal yaitu 1 hkd untuk tiap 1 km. Asal tidak dibawa keliling karena buta arah. Ternyata buy what u know and know what u buy juga harus ada dalam wisata, bukan hanya di saham. 
 
Dan di Macau kami melihat begitu banyak orang dari China berkunjung. Bahkan di Hotel Venetian menyediakan jalur khusus shuttle bus langsung ke perbatasan dengan China. Mungkin jika kita melihat membludaknya wisatawan yang datang, sebagai pebisnis, kita juga mengharap toko kita akan seramai itu. Dan ini di hari biasa. Dan mereka tidak takut pekerjaan mereka direbut oleh orang China. Padahal mereka lah yang harus kuatir. Dengan ekonomi di atas China, harusnya TKC membanjiri Macau dan Hong Kong, bukan Indonesia yang budaya nya beda jauh dan ekonomi yang di bawah China. Logika saja, mana ada yang mau kerja di daerah yang lebih bawah. Tapi pebisnis pasti datang, karena di mana ada masalah, di situ ada peluang. 
 
Hari ketiga lanjut ke Hong Kong melalui kapal lagi. Dan kalau mau capek sedikit kami melihat transportasi Macau banyak yang gratis. Dari Hong Kong kami langsung melanjutkan ke madame tussauds dan the peak. Ternyata banyak yang berubah, misalnya Obama yang sebelumnya harus bayar untuk berfoto sekarang sudah Gratis. Kemudian ada presiden Jokowi. Banyak yang berfoto dengan presiden. Wajar karena kinerjanya bagus dan terkenal, jadi diakui. The Peak juga banyak berubah. 
 
Ketika balik menggunakan bus, karena kecapean, orang tua tidak masuk antrian. Supir yang menunggu langsung ngomel meminta disiplin. Setelah diberikan penjelasan baru terima. Jadi salah satu yang kami lihat di negara maju adalah budaya antri. Semua rakyatnya benar-benar mengikuti aturan. Dengan ditegakkannya aturan, barulah kita bisa maju. Demikian juga ketika berinvestasi, kita seharusnya punya aturan masing-masing yang harus kita patuhi. Tanpa aturan, akan timbul kekacauan karena tidak ada Garis besar yang bisa diikuti. 
 
2 hari berikutnya rencana benar-benar berubah karena ada badai. Aneh ya, tahun lalu datang ke Hong Kong ada badai, sekarang juga sama. Hidup boleh banyak rencana, tapi selalu saja ada kejutan. Sama kan di saham, kita boleh berencana nanti harga saham sekian kita akan ini dan itu, tapi apa jaminan semua pasti terjadi? Justru kemampuan kita beradaptasi yang akan membedakan hasil yang kita terima. 
 
Istilah ini boleh dibilang, sometimes shit happen. Dan karena ada masalah, kita baru punya waktu belajar. Dengan adanya badai dan tidak bisa ke mana-mana, kita bisa mengeksplor daerah sekitar. Orang selalu bilang biaya hidup di kota besar seperti Hong Kong dan Singapore mahal, tapi dengan makin banyak melihat, kita makin banyak menemukan yang murah. Dari biaya makan hari pertama per orang per pesanan 75 HKD, turun sampai 50, 40, 30, dan 17 HKD. Ini sama seperti di saham. Di awal mungkin karena tidak pintar, kita membeli terlalu mahal. Tapi dengan pengalaman yang bertambah, kita akan makin menguasai teknik mencari saham yang lebih murah. Dan setelah mendapat yang 17, apakah masih mau yang 75? Jelas tidak. Ada batasan mahal bagi kami yang layak dikeluarkan. Ini namanya margin of safety. MOS. 
 
Dan seperti ketika di Singapore, pertama kali untuk wisata, kedua untuk berkunjung ke teman dan melihat budaya mereka, di Hong Kong juga sama. Kebetulan orang tua mengenal orang Hong Kong dan teman nya yang sudah pindah ke sana. Jadi kami melihat bagaimana gaya hidup orang di sana. Salah satunya adalah orang yang sudah berumur 90 tahun, masih bisa tinggal di flat lantai 4, naik turun tangga tanpa lift tiap hari. Jalan ke pasar. Kalau kami, mungkin sudah copot lututnya. Jadi daya tahan orang di sana lebih kuat. Wajar kan mereka juga di atas kita kualitas hidupnya. 
 
Banyak tempat wisata yang tahun lalu kami kunjungi juga sudah berubah. Ada penambahan fasilitas. Orang yang sudah di depan dan demikian maju juga terus meningkatkan diri, mengapa kita harus puas dengan diri kita. Selalu puas dengan milik kita, tapi Jangan pernah puas dengan siapa kita. 
 
Dan urusan belajar, 5 jam di pesawat karena tidak bisa ke mana-mana, kami membaca 3 Bab buku investasi. Ternyata kalau terkurung di 1 tempat tanpa ada gangguan, kita malah punya kesempatan lebih besar berhasil meningkatkan diri. Mungkin nanti butuh tempat tertutup setelah balik untuk bisa maju. 
 
Dan kami bahkan berhasil berkunjung ke daerah Hang Seng dan foto dengan banteng kembar. Hasil jalan-jalan dan melihat lingkungan Hong Kong di luar daerah wisata. Dunia itu luas. Kita tidak bisa menutup diri merasa sudah sempurna. Bahkan potensi listrik 35 ribu MW juga sudah dalam gambaran kami akan seperti apa. Tapi bagi kami, walau bisnis kabel listrik bagus, tidak perlu semua tukang roti ganti haluan jadi pedagang kabel kan? Namanya pilihan hidup. Kita bebas menentukan pilihan hidup, dan kita akan menerima apapun hasilnya. 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!
Copy link