


Cara Berpikir
Portofolio ini dari teman kami. Pembelian yang pertama JSMR, kemudian selang beberapa waktu beli KBLI, dan terakhir JTPE. Harap diperhatikan, ini bukan untuk menyatakan 3 saham ini adalah sempurna atau seperti apa, tapi kami pakai untuk contoh saja. Sahamnya bisa apa saja, tapi cara berpikir investor sebagian mungkin terwakilkan.
Kita selalu mendengar orang tidak rela masuk saham blue chip karena lambat, dan makin ga mutu sebuah saham semakin cepat kita akan menjadi kaya jika membelinya. Apakah benar demikian? Ini butuh pemikiran yang benar-benar sangat kuat, karena biasanya apapun yang dikatakan orang akan masuk kiri keluar kanan.
Kalau lihat dari gambar, saham blue chip yang justru paling besar memberikan profit jika dijual hari ini. Benar bahwa KBLI beberapa waktu lalu sempat sekitar 800, tapi siapa yang bisa memprediksi harganya akan turun kembali. Lagipula menurut teman ini, dia tidak niat jual. Jadi kalau ditanya, apakah ga sayang potensi profit yang sudah hampir 60% malah balik minus. Kalau memang niat nya tidak jual, apa yang mesti disayangkan. Kalau lihat keputusan sekarang, mungkin saja kita akan berhitung-hitung. Tapi ketika hari kita tidak memutuskan TIDAK JUAL, seharusnya ini sudah merupakan keputusan terbaik saat itu. Jadi untuk apa lagi menyesali keputusan terbaik yang telah kita lakukan?
Balik ke blue chip. Banyak sekali investor yang selalu bilang blue chip lambat. Mending saham Kelas 2, 3, 4 atau tanpa Kelas. Namanya Blue chip pasti ada sebab. Bukan karena nama saja. Dan karena blue chip, bahkan kita salah beli juga nanti harga bisa naik lagi. Jelas ada blue chip yang lebih cepat dibanding yang lain. Butuh analisa sedikit. Jadi jika kita mau trading, sebenarnya blue chip bisa memberikan profit konsisten, karena kita bisa saja melakukan average down. Dan bisa hold sampai profit.
Apakah ini bisa kita lakukan di saham yang Kelas nya di bawah? Rasanya tidak. Semakin ke bawah, semakin meragukan kualitas nya. Makanya ada alasan saham-saham tersebut ada di Kelas lebih bawah. Tanpa pengetahuan yang jelas, hampir pasti kita akan selalu merugi di saham seperti ini.
Biasanya setelah membeli, pertanyaan berikutnya adalah kapan saham ini akan naik. Andaikan saja kami tahu, sudah pasti tidak akan di sini. Coba teliti, apakah ada pedagang yang tahu kapan produknya akan terjual kapan. Kalau benar pasar modal bisa, bukankah semua pedagang di Pasar Pagi Mangga Dua sudah beralih menjadi trader? Tinggal beli, pelajari sistemnya, kaya deh. Tidak perlu menumpuk barang, tidak perlu repot membujuk calon pembeli, tidak perlu pusing dengan pembukuan, tidak perlu repot ngurus pajak, dan tidak perlu pusing dengan toko dan pegawai.
Tapi Faktanya tidak demikian bukan? Pedagang tahu barangnya akan dijual di harga berapa, tapi tidak akan pernah tahu kapan. Kalau tahu kapan, harga jual tidak akan pasti. Jadi kita sebagai pedagang saham, lebih penting waktu terjual atau profit? Maka dengan alasan ini, kami menolak ide bahwa pada tahun sekian sekian akan ada krisis.
Kalau benar ada yang bisa menebak krisis, bukankah orangnya sudah di Hawaii lagi pamer foto liburan di Facebook? Berhenti mencari yang tidak ada dan fokus yang ada adalah cara paling efektif untuk maju. Lagipula bertanya kapan sahamnya akan ke sekian, kok sama seperti anak kecil bertanya kapan sampai waktu naik mobil?
Perusahaannya ada. Laporan keuangan ada. Manajemen ada. Semua ini bisa kita dapatkan informasi yang bisa kita nilai bisnisnya. Sama kan kita mau membeli produk di toko. Kita mencari data, bukan rumor. Memang kadang ada rumor, tapi itu Tugas kita untuk mencari tahu. Aneh kan kalau investor rasional percaya rumor. Setelah mencari jawaban dari rumor, jika tidak ada masalah, bukankah menarik kita bisa membeli di harga murah. Atau menjual di harga mahal jika rumor nya adalah tentang hal baik. Beli ketika aura perusahaan sangat jelek tapi fundamental masih ok, dan Jual ketika aura perusahaan bagus tapi fundamental sudah menghilang.
Kemampuan berpikir mandiri adalah salah satu Syarat terpenting dalam berinvestasi. Kita harus berani melawan arus. Ini kebalikan dengan ke restoran. Cari restoran yang banyak orangnya, karena banyak tidak mungkin salah. Insting kita menyatakan demikian. Kalau restorannya sepi, pasti ada apa-apa. Demikian juga di saham. Jika harganya turun, pasti ada apa-apa. Tugas kita lah mencari tahu apa-apa itu benaran ada atau cuma karangan pihak ga jelas. Di sana peluang akan muncul.
Satu hal lagi yang mungkin bisa kita latih. Belilah saham dengan kondisi seperti kita ingin membeli keseluruhan perusahaan. Hitung semua hal. Kemudian bagi sesuai uang yang kita ingin keluarkan. Dengan cara ini mungkin kita bisa memahami cara berpikir Warren Buffett. Dan dengan memahami cara berpikir, kita akan melakukan hal yang sama. Dan dengan melakukan hal yang sama, mungkin kita akan mencapai hal yang sama. Itu kan keinginan kita di awal berinvestasi? Menjadi sekaya Warren Buffett.
Jelas ngomong lebih gampang dibanding berbuat. Karena itu yang di atas lebih sedikit. Apakah kami akan mencapai tahap itu? Kami tidak tahu. Tapi jika melihat masa depan karir kami, masih ada sekitar 45 tahun waktu yang tersedia. Karena berinvestasi itu pekerjaan yang tidak butuh fisik prima untuk bersaing dengan anak muda. Dan kami baru melewati 3 tahun lebih. Belum sampai 10%nya. Bagaimana Kalau sebelum itu terjadi sesuatu yang membuat kita berhenti?
Jika ada sesuatu yang membuat kami berhenti sebelum mencapai Garis finish, apakah masih penting BBRI 30.000 atau 3.000. Apakah aset kita 1 trillun atau 1 juta. Tidak kan? Jadi apapun masa depan kita, just keep moving forward.