


Cut Loss
Kami menemukan artikel yang menarik yang kami modifikasi supaya berhubungan dengan investasi :
**************************************
Apakah setelah cutloss dari posisi saham, portofolio orang itu semakin baik? Jawabnya, tergantung. Cutloss hanya karena emosional tanpa pertimbangan bisa berakibat fatal. Sedangkan cutloss didasarkan pada pertimbangan matang membuat hidup kita semakin berkembang.
Cutloss itu bukan hanya cutloss. Apalagi hanya emosional usai membaca buku atau ikut training. Lebih celaka lagi bila Anda cutloss hanya karena melihat teman berhasil switching usai cutloss. Bahkan dengan gagah Anda berkata “kalau dia bisa berhasil switch, saya juga pasti bisa berhasil.”
Sebelum Anda cutloss pastikan beberapa hal berikut. Pertama, tinggalkanlah “kenangan” baik di saham tersebut. Seburuk apapun saham yang Anda miliki, pastikan Anda tidak memiliki masalah emosi di saham yang Anda tinggalkan. Jangan cutloss karena Anda bermasalah.
Kedua, siapkan “posisi” baru Anda. Ingatlah pepatah “jangan berharap burung merpati di angkasa dengan melepas burung punai di tangan.” Jangan cutloss tanpa rencana trading atau investasi baru yang jelas. Nekad memang penting dalam hidup tetapi nekat tanpa perhitungan yang matang itu namanya ngawur alias ngaco.
Ketiga, pastikan di saham yang baru Anda lebih berkembang. Apabila Anda pindah saham pastikan prospek di saham baru lebih menjanjikan dibandingkan saham sebelumnya. Bukan hanya prospek penghasilan dan suasana mental tetapi juga prospek pengembangan diri.
Sementara bagi Anda yang cutloss karena potensi baru, pastikan posisi baru adalah karena pengetahuan Anda. Cutloss bukan hanya karena ikut-ikutan tren, bukan hanya karena emosional, bukan karena “dikomporin” orang lain. Percayalah, orang yang “ngomporin” Anda saat hidup Anda terlunta-lunta dia tak peduli dengan Anda.
Hidup itu bertumbuh, jangan setelah cutloss hidup Anda justeru jatuh. Berpikirlah matang sebelum cutloss. Setuju?
**************************************
Artikel asli :
R E S I G N
By Jamil A
Apakah setelah resign dari pekerjaan kehidupan orang itu semakin baik? Jawabnya, tergantung. Resign hanya karena emosional tanpa pertimbangan bisa berakibat fatal. Sedangkan resign didasarkan pada pertimbangan matang membuat hidup kita semakin berkembang.
Saya pernah resign dua kali. Pertama sebagai CPNS di IPB dan yang kedua saat menjabat sebagai salah satu Direktur di Dompet Dhuafa Republika. Saya tidak menyesali kedua pilihan saya tersebut. Dan hingga kini saya tetap membantu acara-acara yang dilakukan DD Republika.
Resign itu bukan hanya resign. Apalagi hanya emosional usai membaca buku atau ikut training. Lebih celaka lagi bila Anda resign hanya karena melihat teman berhasil bisnis usai resign. Bahkan dengan gagah Anda berkata “kalau dia bisa berhasil bisnis, saya juga pasti bisa berhasil.”
Sebelum Anda resign pastikan beberapa hal berikut. Pertama, tinggalkanlah “kenangan” baik di perusahaan tersebut. Seburuk apapun perusahaan Anda bekerja, pastikan Anda punya prestasi di perusahaan yang Anda tinggalkan. Jangan resign karena Anda bermasalah. Bila Anda pernah membuat masalah, bersihkan dulu dengan prestasi luar biasa yang diakui banyak orang.
Kedua, siapkan “kapal” baru Anda. Ingatlah pepatah “jangan berharap burung merpati di angkasa dengan melepas burung punai di tangan.” Jangan resign tanpa rencana kerja atau bisnis baru yang jelas. Nekad memang penting dalam hidup tetapi nekat tanpa perhitungan yang matang itu namanya ngawur alias ngaco.
Ketiga, pastikan di tempat yang baru Anda lebih berkembang. Apabila Anda pindah kerja pastikan prospek di tempat baru lebih menjanjikan dibandingkan tempat sebelumnya. Bukan hanya prospek penghasilan dan lingkungan kerja tetapi juga prospek pengembangan diri.
Sementara bagi Anda yang resign karena bisnis, pastikan bisnis adalah passion Anda. Resign bukan hanya karena ikut-ikutan tren, bukan hanya karena emosional, bukan karena “dikomporin” orang lain. Percayalah, orang yang “ngomporin” Anda saat hidup Anda terlunta-lunta dia tak peduli dengan Anda.
Hidup itu bertumbuh, jangan setelah resign hidup Anda justeru jatuh. Berpikirlah matang sebelum resign. Setuju?
Oleh Guru Kami
Jamil Azzaini