Klub 1 Trillun

  • Save

 

Klub 1 Trillun

Biasanya dalam setiap keanggotaan, ada namanya member VIP, di mana hanya orang-orang terpilih yang boleh masuk. Orang-orang ini memiliki ciri-ciri spesial yang menjadi Syarat untuk masuk keanggotaan. Kalau untuk organisasi ada seperti ini, mengapa di saham tidak?

Sudah ada LQ 45 kan? Atau market cap top 20. Tapi bagi kami, informasi ini tidak memadai. LQ 45 hanya menampung 45 saham paling aktif diperdagangkan, sedangkan market cap 20 hanya menampung perusahaan paling besar di bursa. Ini tidak cukup.

Dan karena kami menganut paham laba adalah segalanya, maka kami berpikir mengapa tidak membuat daftar perusahaan super yang dilihat dari laba. Indikator ini menurut versi sudut pandang kami, setiap investor berhak membuat daftar mereka sendiri, asal paham apa yang dibuat.

Jika kami memakai laba selama setahun di 2016, kami memakai itu karena lebih gampang, Lagipula ini cuma contoh, maka perusahaan dengan laba bersih di atas 1 trillun rupiah adalah AKRA, ASII, BBCA, BBNI, BBRI, BMRI, BSDE, CPIN, ICBP, INDF, INTP, JPFA, JSMR, KLBF, MNCN, MYOR, PTPP, PWON, SCMA, SMGR, TBIG, TLKM, UNVR, UNTR, WIKA, dan WSKT.

Ini adalah perusahaan di daftar kami yang laba bersih nya tembus 1 trillun rupiah. Jadi bisa saja ada perusahaan lain yang demikian. Silakan cari sendiri. Kemudian, Laba bersih kadang memasukkan pendapatan tidak tetap, misalnya rugi kurs, penjualan aset, dan berbagai hal lainnya. Ini juga harus dipertimbangkan. Itu juga menjadi PR masing-masing investor. Ini karena nasib masa depan kita ada di tangan kita sendiri, tidak mungkin kita menyerahkannya pada orang lain.

Tanggung jawab masa atau apapun cita-cita kita ada di tangan kita, bukan di tangan orang lain. Lagipula rencana masa depan tiap orang berbeda-beda, otomatis pengambilan keputusan juga berbeda. Misalnya kita berencana keuntungan investasi untuk beli rumah, ternyata analisa orang yang kita ikuti adalah untuk masa tua. Jelas tujuan berbeda, cara tempuh berbeda kan? Menyamakan cara pandang kita dengan seluruh investor adalah jebakan. Kita boleh berpendapat A, dunia tidak mesti harus mengikuti kita. Jika kita yakin dengan A, biar lah waktu yang membuktikan A akan terjadi.

Tapi ide untuk mengelompokkan perusahaan menjadi klub elite ada beberapa pertimbangan.
1. Belajar dari kasus AISA, seberapa yakin pun kami atas kejujuran AISA, tetap saja ada yang tidak melihat demikian. Apakah cara pandang orang demikian akan membuat AISA berubah, kami tidak tahu. Jika ini benar-benar terjadi, maka apakah ada kemungkinan AISA tidak bisa pulih kembali? Ini menjadi pertimbangan bahwa perusahaan harus benar-benar kokoh menghadapi badai.

2. Kemudian perusahaan dengan penghasilan lebih besar dibanding yang lain, sanggup menggaji karyawan lebih mahal. Misalnya ada perusahaan yang bisa menggaji direksinya per orang sekitar 2M per bulan, dibanding pesaingnya yang hanya bisa 200 juta per bulan. Tidak perlu analisa susah-susah untuk menilai kira-kira manajemen mana yang lebih berkualitas. Dan dengan dibayar lebih mahal, berarti perusahaan memastikan orang terbaik di bidang ini ada di lingkungan saya, bukan pesaing. Memang di buku mengenai moat dibahas, manajemen bukan segalanya, tapi tetap saja ada efeknya kan? Apalagi perusahaan yang mengandalkan kreativitas.

3. Dengan dibayar lebih mahal, berarti ada kemungkinan mereka adalah orang terbaik di bidang itu. Dari Jack Ma, pekerjakan orang yang lebih pintar dari anda. Jujur, kami tidak punya kemampuan untuk di gaji 2M per bulan, tapi jika ada orang yang bisa dibayar semahal itu, berarti kemampuan dia di bidang itu seharusnya luar biasa. Jika ada orang pintar bekerja keras demi mempertahankan jabatan dan penghasilan dia, dan bukan orang-orang yang bermasalah, bukankah kita bisa tenang mengerjakan keahlian kita? Mencari lebih banyak uang untuk diinvestasikan ke perusahaan super ini?

4. Jika ada goncangan ekonomi, perusahaan dengan laba besar akan memiliki bantalan lebih empuk yang nantinya akan menjadi pelindung bagi mereka. Dan dengan kejatuhan yang lebih sehat dibanding pesaing, maka ketika ekonomi mulai jalan lagi, mereka adalah perusahaan yang lebih siap untuk berlari lagi. Dan kita tahu, uang tidak menunggu sampai pemain terakhir mencapai Garis finish. Uang akan mengalir ke perusahaan yang paling siap, tanpa peduli siapa yang mendapat aliran ini.

5. Perusahaan super setidaknya akan memiliki rasio keuangan yang lebih baik, dan perusahaan investasi setidaknya akan menggunakan rasio ini untuk melakukan investasi mereka. Jika lebih banyak yang berinvestasi dibanding menjual, bukankah harga sahamnya juga memiliki peluang untuk naik lebih tinggi karena diincar lebih banyak investor? Dan jika lebih banyak yang mengincar, orang yang sudah memiliki sahamnya mungkin akan lebih enggan melepas karena jika lepas, maka ada kemungkinan diambil orang lain. Jadi proses kejatuhan sahamnya juga mungkin tidak lebih dalam dibanding saham Kelas non super.

6. Wajar kan akhirnya perusahaan demikian dinamakan perusahaan blue chip? Walau di daftar ada beberapa perusahaan yang labanya mungkin berfluktuasi. Itu juga jadi Tugas kita sebagai investor mencari tahu.

Ini gambaran umum dari kami, bagaimana pelaksanaannya, tergantung masing-masing investor. Yang penting ada patokan untuk memulai dibanding menjadi investor buta arah.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!
Copy link