Kualitas Baik

  • Save

 

Kualitas Baik

Di grup kami ada seorang ibu low profile. Ibu rumah tangga. Kalau seorang ibu rumah tangga, tentu saja kemampuan seharusnya tidak lebih jago dibanding analis super. Tapi cara pandangnya bagi kami menarik.

Minggu ini beliau cukup senang JSMR nya sudah naik lumayan. Hasil hold selama beberapa bulan. Buah kesabaran. Toh di grup kami rata-rata tahu bahwa JSMR salah harga ketika di bawah 5.000. Tapi berapa banyak yang bisa hold sampai sekarang. Apakah akan naik terus, kami tidak tahu. Bisa juga turun lagi.

Nah, cerita lain berlanjut, kita tahu minggu ini pada heboh perusahaan AISA. Ibu ini juga ada. Dan juga memutuskan Cutloss. Padahal hari kamis beliau masih share berita baik tentang AISA. Siapa sangka hari jumat kita mendapat Kabar tidak mengenakkan. Cutloss di harga sekitar 14xx. Setelah itu seperti biasa, grup pasti heboh. Sampai kemarin, tiba-tiba beliau menyebut dia membeli kembali di harga 905 dengan lot yang sama. Menarik ya.

Di grup pasti banyak yang lebih jago dibanding nya, punya lebih banyak akses informasi. Tapi mengapa tidak membeli? 1 hal kami pelajari, jika kita tidak memiliki kepercayaan pada sebuah saham, atau perusahaannya, kita tidak mungkin akan membeli. Dan orang seperti inilah yang kami ingin selalu dekat. Karena memberikan impact positif.

Kepercayaan ini, kami jelas tidak tahu detil seseorang bagaimana bisa dia dapatkan, tapi pada umumnya seorang bisa percaya pada orang lain, karena dia sendiri ada kualitas baik. Dan ibu ini suka berbagi berita dan informasi, dan menariknya, hampir semua informasi nya adalah yang membuat nilai naik. Artinya hampir tidak ada berita buruk yang dibagikan. Berita baik adalah berita yang bisa membuat besok lebih baik dibanding hari ini.

Bagi kami, ini penting, karena jika kita terbiasa melatih diri kita membagi berita baik, kita melatih diri kita melihat kualitas baik di luar, sehingga kita bisa melihat kesempatan yang muncul.

Ada 4 kualitas baik yang bisa kita kembangkan yaitu :
1. Kemampuan melihat hal baik di orang lain
Semua hal butuh latihan, termasuk melihat kualitas baik di sisi sana. Reaksi kita ditentukan dari kacamata yang kita pakai dalam melihat dunia. Apakah di sebuah kejadian kita bisa melihat kesempatan atau bencana.

2. Kemampuan untuk tidak menyebabkan orang lain menderita
Misalnya kita ingin membagi sebuah hal. Apakah kita pernah melihat efek panjang dari hal ini. Apakah ini akan membawa akibat baik bagi lingkungan atau akan ada yang menderita. Tujuan manusia adalah bagaimana bermanfaat bagi yang lain, yang jika tidak bisa kita lakukan, setidaknya tidak merugikan yang lain.

3. Kemampuan untuk senang jika ada hal baik terjadi pada orang lain
Salah satu Sifat yang susah kita hilang kan adalah bersaing. Dalam bersaing, biasanya kita ingin mengungguli yang lain. Satu-satunya persaingan yang menguntungkan kita adalah melihat kita lebih baik dibanding yang kemarin.

4. Kemampuan untuk melihat hal lain setara
Apakah kita bisa melihat hal yang kita sukai dan tidak kita sukai sama rata? Tidak menempatkan mana yang lebih baik sebelum menilainya. Biasanya susah, kita sudah punya penilaian awal bahwa ini baik dan itu jelek.

Memang tidak gampang menjalankan 4 hal di atas, apalagi kita punya kebiasaan yang berlawanan dengan itu. Tapi kalau tidak sekarang dimulai, kapan lagi? Seperti kata Buffett, rantai kebiasaan susah kita lihat sampai itu menjadi terlalu berat untuk diubah.

Btw, siapa ibu ini? Mudah-mudahan suatu hari beliau bisa menjadi pembicara di gathering kami.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!
Copy link