


Untung Atau Malang
Ketika kami naik pesawat, waktu tempuh yang dibutuhkan normal nya adalah 2 jam, tapi kali ini butuh sampai 3 jam. Di mana proses tinggal landas dan mendarat harus antri. Jadi, jika naik pesawat saja bisa macet, apakah benar Indonesia sedang dalam masalah ekonomi? Dalam buku One Up on Wall Street dibahas tentang ini.
Selama macet di atas, apa yang bisa kita lakukan? Paling masuk akal adalah menunggu. Tidak mungkin kan karena tidak sabar kita membuka pintu dan melompat keluar.
Demikian juga di saham. Apa yang kita lakukan jika tidak ada yang menarik. Atau setelah membeli saham yang menarik. Kita menunggu. Persis seperti tulisan di gambar, setiap hal ada waktunya. Kita cuma bisa menunggu sampai semuanya terjadi. Tidak logis kalau kita selalu menjual saham hanya karena harganya bergerak tidak sesuai keinginan kita. Toh yang menentukan harga yang terjadi tiap hari bukan kita.
Pahami selalu. Ini tulisan dari Peter Lynch tentang kesalahan terbesar dalam berinvestasi. Melihat harga naik turun adalah yang paling penting. Sebuah saham naik atau turun harganya hanya menceritakan kepada anda bahwa ada yang bersedia membayar lebih – atau sedikit – untuk produk yang sama.
Jangan sampai ada pemikiran : saya yang tidak sabar mau mendapat untung maksimal. Bagaimana bisa maksimal jika sebelum mencapai hasil maksimal kita sudah memotong. Cara pandang demikian akan memastikan kita tidak akan pernah mencapai tujuan.
Balik ke semua ada masa nya. Setelah kami menjual AISA, berarti ada dana nganggur. Di account tabungan kami, adalah jenis syariah, jadi ketika beberapa waktu lalu kami ingin membeli SCMA, ternyata tidak bisa. GJTL juga tidak bisa. Jadi kami sempat melupakan account ini dan menunggu. Juga tidak ada sesuatu yang benar-benar menarik.
Sampai kemarin ketika tiba-tiba LPPF jatuh karena alasan yang terlalu lebay, Begitulah market selalu bereaksi berlebihan baik ke atas dan ke bawah, kami langsung membeli menggunakan semua dana nganggur tadi. Tidak banyak, tapi bagi kami adalah memuaskan. Alasan beli bisa baca di artikel sebelumnya, https://saham-indonesia.com/2017/08/global-warming/
Bagi kami, ini adalah mendapat pengganti AISA yang lebih kuat. Bagaimana kelanjutannya, kami cukup mengatakan serahkan saja pada ahlinya. Satu hal yang kemarin lupa disampaikan dari diskusi dengan teman. Ketakutan akan ecommerce sepertinya terlalu berlebihan. Manajemen LPPF ada beberapa yang merupakan didikan di Amerika tentang ecommerce. Kita yang orang awam bisa saja meramal ini dan itu tentang masa depan, bagaimana dengan para profesional yang bekerja di bidangnya? Jelas harus lebih menguasai. Kalau tidak, mending kita saja yang di posisi itu kan?
Jadi yang terlihat seperti kemalangan di AISA malah memberi hasil lebih baik. Apakah nanti LPPF akan menjadi keberuntungan atau kemalangan? Kami tidak tahu. Tapi jika pun kemalangan, kita tinggal menunggu ini lewat, karena apapun yang ada di dunia ini, pasti akan berlalu juga. Saham nyangkut? Ada. Mau jual rugi? Ngapain. Mending menunggu sampai naik. Tapi menunggu sampai naik itu jelas harus ada dasarnya. Dasarnya sudah kami bagikan metodenya, cek lagi apakah ini perusahaan bagus, punya prospek, dikelola orang jujur, dan masih bernilai. Kalau cuma berharap harga sahamnya naik, Peter Lynch berkata : that is wishing, not investing.
Kami mengakhiri artikel ini dengan cerita pendek.
Seorang peternak kuda meminta anaknya menjaga kuda-kuda mereka. Karena kelalaian anaknya, ada 1 kuda yang terlepas ke hutan. Orang-orang langsung mengatakan, sungguh malang nasibnya kehilangan kuda. Peternak ini menjawab, untung atau malang, kita tak tahu.
Ternyata beberapa hari kemudian kuda nya balik dengan membawa beberapa kuda lagi. Orang-orang langsung mengatakan, sungguh beruntung nasib anda. Petani ini menjawab, untung atau malang, kita tak tahu.
Karena kuda ini liar, maka anaknya berusaha menjinakkannya. Dan tanpa sengaja jatuh dan kakinya patah. Orang-orang langsung berkata, sungguh malang nasib anda. Petani ini hanya menjawab, untung Atau malang, kita tak tahu.
Beberapa hari kemudian, negara ini berperang, dan semua pemuda yang sehat harus ikut militer. Banyak yang tidak selamat, sedangkan anak petani ini karena kakinya patah, tidak perlu ikut perang. Orang-orang langsung berkata, sungguh beruntung nasib anda. Petani ini menjawab lagi, untung Atau malang, kita tak tahu.
Apapun yang terjadi di hidup kita, kita merasa ini akhir ceritanya, tapi realita nya, akhir cerita adalah pembuka cerita berikutnya. Dan naskah cerita akan berganti lagi.