Semakin mendekati 2018, sepertinya semakin banyak yang mengkuatirkan apakah benar nanti akan terjadi krisis finansial? Sesuai petunjuk siklus 10 tahun. Jika ya. Kira-kira kapan yang sekarang sedang full portofolio perlu keluar. Keluar sedikit, keluar sektor yang paling berpengaruh, keluar semua, atau bagaimana. Kemudian, kapan harus keluar. Sepertinya IHSG sedang menuju ke atas. Apakah si akhir tahun? Awal tahun depan atau pertengahan tahun. Yang jelas, keluar nya kita haruslah dalam posisi profit.
Jadi, apakah nanti akan ada krisis, sehingga kita perlu exit sekarang. Atau bahasa singkatnya, apakah saham akan turun sehingga saya perlu menjual dulu kemudian membeli di bawah lagi. Sampai hari ini, kami pribadi belum pernah melihat ada metode yang benar-benar bisa melakukan market timing. Alias keluar di puncak dan masuk lagi di bawah.
Mengenai krisis sendiri, sama seperti bencana, masalah, kecelakaan, adalah tidak pasti waktunya. Tapi semua memiliki tanda-tanda yang bisa dipelajari. Jika ada Tanda seperti itu, berarti krisis lebih mungkin terjadi. Kalau diperhatikan secara umum, hampir semua krisis yang terjadi melibatkan hutang. Krisis Amerika 1929, krisis Asia 1998, krisis bubble.com 2000, krisis Subprime mortgage 2008. Jika dibaca latar belakang krisisnya, maka hutang buruk yang tidak bisa dibayar adalah pemicu nya. Asalnya hutang sendiri beragam alasannya. Misalnya 1929 dan 2000 karena untuk spekulasi di pasar modal. 1998 oleh perusahaan. 2008 dari perumahan. Dan semua landasannya sama. Selalu ada greed di dalamnya. Ingat kalimat Warren Buffett? Buy when other fear and sell when other greed.
Dan untuk hutang, Mengenai isu bahwa hutang Indonesia sudah sangat besar, coba dianalisa dulu bagaimana komposisinya, penggunaannya, kondisi eksternal dan internal Indonesia. Bandingkan juga dengan negara lain. Dan yang paling penting, jangan terlalu banyak mendengar berita negatif di luar.
Jadi, apakah nanti dalam waktu dekat akan banyak hutang yang tidak bisa dibayar? Hutang yang tidak dibayar, baik bunga atau pokoknya membuat ekonomi harus dihitung ulang. Bayangkan ada yang meminjam dari kita 10.000 dengan janji membayar bunga nya 100 dan cicilan 500. Apa yang terjadi jika orangnya tiba-tiba tidak membayar. Kita sendiri juga ada kemungkinan tidak bisa membayar yang lain. Atau tidak mau berbelanja karena takut nanti tiba-tiba kebutuhan naik tajam. Jika ini terjadi di 1 wilayah yang besar, bisa dibayangkan efeknya.
Dari gambar, setidaknya juga membantu kita memantau, kita sedang ada di posisi mana. Memang belum tentu hampir pasti seperti itu. Tapi siklus ekonomi bergerak secara normal adalah dengan kondisi di gambar. Kecuali mungkin ada situasi khusus misalnya pemisahan negara yang menyebabkan kekacauan administrasi, atau perang. Atau bencana alam. Tapi jika semua normal, kita memang akan melewati naik turunnya ekonomi.
Posisi kita sekarang setidaknya ada di sebelah kiri gambar yang berarti ada di masa kenaikan. Dan puncaknya adalah ketika properti berjaya. Apakah kejayaan properti adalah tahun depan? Bisa ya bisa tidak. Setelah kejayaan properti, maka siklus berlanjut lagi. Jadi bahkan jika kita gagal melihat krisis yang paling dekat, asal kita bisa bertahan melewatinya, maka kenaikan ekonomi berikutnya akan membawa manfaat untuk kita.
Bertahan melewati badai adalah Kunci bagi kapal untuk mencapai pelabuhan. Dan untuk itu, semua balik lagi ke cara pandang kita sendiri. Apakah kita sedang berspekulasi atau berinvestasi? Bagaimana dengan money management kita.
Ngomong-ngomong, 2018 dinyatakan sebagai krisis itu adalah harga saham di puncak kemudian turun, atau sudah di paling bawah. 2 situasi yang berbeda. Kalau di atas, berarti kita harus bersiap untuk menjual. Kalau di bawah, kita harus bersiap untuk membeli. Mana yang benar?
Bagi kami pribadi, posisi kami selalu akan sama. Beli perusahaan dengan masa depan bagus, punya kesehatan finansial, dikelola orang jujur, dan dijual dengan harga murah. Serta menjual ketika salah satu kondisi atau lebih berubah menjadi lebih buruk.