


Dari Tiga Menjadi Satu
AISA adalah perusahaan yang dulu pernah kami posisikan untuk paling atas. Tapi sejak kasus beras, maka kami harus merelakan posisi tersebut ke saham lain. Dan menurut kami sampai saat ini, kurangnya hal positif sehingga masih belum menarik. Perusahaan yang memiliki 3 divisi bisnis, sekarang menjadi satu. Jadi pembahasan kali ini adalah untuk berlatih menganalisa dari sudut pandang fundamental analis.
Dan jika berbicara fundamental analisa, maka metode Buffett adalah yang kita pakai. Alasannya sederhana, dalam mencapai tujuan, maka yang harus kita ikuti adalah cara orang terbaik melakukannya. Peringkat Forbes adalah bukti paling kuat, karena penilaian dari pihak lain, bukan hanya klaim dari diri sendiri.
Adapun cara Buffett selalu konsisten di 4 hal ini yaitu :
1. Bagaimana potensi ke depan perusahaan
Jika melihat rencana AISA, maka divisi berasnya direncanakan akan dilepas. Mengenai detil pelepasan, bisa digoogling berita-berita sebelumnya. Dalam berinvestasi, menjadi lebih besar adalah tujuan dari didirikannya perusahaan. Jika perusahaan melepas divisinya, berarti ini adalah menjadi lebih kecil. Tidak ada yang suka menjadi lebih kecil. Ini seperti setelah beberapa waktu, kita harus kembali ke titik sebelumnya. Bisa dikatakan ini minus yang pertama.
2. Bagaimana kesehatan keuangannya
Salah satu pertimbangan untuk melepas divisi beras yang prospeknya menjadi buruk, karena masalah hutang. Tidak ada gunanya menanggung hutang anak perusahaan yang mengalami penurunan kinerja. Jadi seharusnya pelepasan ini dari sisi keuangan adalah hal baik. Sekarang, bagaimana skema pelepasannya, jika dari sisi perusahaan AISA, jelas hal baik karena hutang berkurang. Masalahnya, apakah kreditur akan menyetujui begitu saja keputusan ini? Kemudian, sebelumnya AISA pernah melepas GOLL dengan skema penjualan ke pihak lain. Apakah penjualan ini berjalan lancar? Silakan dicek di laporan keuangan terbaru. Penjelasan ada di sana. Kemudian, jika menjual perusahaan bermasalah, kemungkinan harga jual tidak akan maksimal. Apakah ini akan merugikan investor atau tidak?
3. Siapa yang menjalankan perusahaan
Kalau kita membaca berita, sejak masalah beras, AISA kehilangan 2 orang karyawan level atasnya karena meninggal dunia. Apakah karena efek dari kasus beras? Apapun itu, mood untuk bekerja di perusahaan seharusnya tidak terlalu baik. Yang dari ingin menjadi besar menjadi ingin keluar dari masalah. Dan dari 3 penilaian perusahaan, bagi kami, sisi manajemen adalah yang terpenting. Manajemen dalam perusahaan ibarat supir yang membawa kendaraan dengan kondisi sekarang (laporan keuangan) menuju sebuah tempat (potensi ke depan). Jika manajemen bukan yang terbaik, maka kendaraan tidak akan maksimal dan tujuan belum tentu dicapai. Ini minus kedua.
4. Berapa harga wajarnya
Setelah 3 penilaian ini, barulah kita bertanya, seberapa bernilai sebuah perusahaan. Ini adalah metode yang wajar ketika kita membeli atau menjual sesuatu. Kita tidak menentukan harga dulu baru mengecek kualitas produk. Selalu cek kualitas produk dulu, barulah tentukan harga yang pantas. Setelah ketemu harga yang pantas, karena kita adalah investor, bukan konsumer, maka kita harus menawar serendah mungkin supaya keuntungan bisa semaksimal mungkin. Seberapa rendah kita menawar, semua tergantung lagi pada latar belakang kita. Dan rencana kita dalam berinvestasi. Rencana muncul karena adanya tujuan berinvestasi. Jadi apa tujuan kita berinvestasi?
Ini 4 pertanyaan yang harus kita jawab dalam setiap melakukan transaksi berinvestasi. Apakah dengan ini maka kita akan selalu untung? Jawaban sederhana adalah tidak mungkin. Mempelajari metode value investing seperti Warren Buffett bukan berarti kita menjadi sakti dalam berinvestasi dan tidak pernah rugi lagi. Buktinya Warren Buffett pernah rugi karena salah menilai prospek perusahaan, ditipu oleh pemalsuan laporan keuangan, salah menilai manajemen, dan membeli terlalu tinggi. Tapi itu tidak menghentikannya menjadi investor terbaik abad 20.
Mempelajari metode ini adalah kita menjadi mandiri dalam mengambil keputusan berinvestasi, dan tidak pernah menyesali apapun keputusan yang kita ambil. Karena bahkan jika terjadinya kesalahan dalam pengambilan keputusan yang membuat kita rugi, kita belajar 1 hal untuk tidak rugi di masa depan. Ini yang dijelaskan Jack Ma, belajarlah dari kegagalan orang, karena dari sana, pelajaran penting akan muncul.
Jadi lihatlah secara jangka panjang apa tujuan kita berinvestasi, menjadi makmur, dan berbahagialah dalam proses dan hasil yang dicapai.