Keep It Simple

  • Save

 

Keep It Simple

Bagaimana proses berinvestasi di bursa saham? Banyak metode. Dari yang ongkogs belajarnya murah meriah sampai yang luar biasa mahal. Dari yang sederhana cuma baca koran, sampai melibatkan komputer super. Mana yang paling efektif, itu tergantung lagi pada masing-masing investor. Yang modalnya cuma kecil jelas tidak mungkin habis-habisan, walau dibilang investasi terbaik adalah ilmu, tapi sepertinya jarang sekali ada yang akan menggunakan seluruh modalnya untuk ongkos belajar.

Metode yang hari ini dibagikan adalah berdasarkan artikel di bawah. Jadi untuk detilnya bisa baca di sana. Kali ini cuma penerapannya.

Five second valuation (Menghitung saham dengan cara sederhana)
https://goo.gl/ZyuVfa

Five second valuation manual
https://goo.gl/TXet1B

Saham terbaru yang kami tambahkan ke dalam portofolio, adalah SCMA. Kami pernah membahasnya beberapa bulan yang lalu. Sekarang kami akan membahas tentang proses bertransaksinya. Dalam berinvestasi, yang paling utama adalah memiliki pengetahuan tentang apa yang kita investasikan. Tanpa dasar yang jelas, investasi akan mengarah pada spekulasi membabi buta, yang cuma berharap jika saya beli hari ini, maka besok akan naik karena ada yang akan membelinya dengan harapan lusa akan naik lagi.

Karena SCMA ada di daftar saham kami, maka ketika jatuh, kami mulai memantaunya. Setelah melakukan analisa dan berdiskusi dengan teman, termasuk menghadapi dunia online, kami memutuskan tetap membeli SCMA. Bisa baca di sini untuk alasan membeli.
https://saham-indonesia.com/index.php/analisa-dasar/427-klub-1-trillun
https://saham-indonesia.com/index.php/analisa-dasar/428-welcome-to-the-club

Setelah memutuskan membeli, pertanyaan berikutnya, beli di berapa. Ini yang akan menentukan kita di kemudian hari. Sayang kami belum menonton video Phil Town yang menggunakan skema 4x membeli. Mungkin nanti akan dipraktekkan, walau bisa saja lupa karena harus dibiasakan. Yaitu beli pertama kali di MOS, beli kedua, ketiga setelah turun x %. Beli keempat setelah rebound dari lowest. Setelah itu diamkan sampai mencapai harga wajarnya.

Nah, harga wajar ini yang berpengaruh juga terhadap titik beli. Menghitung harga wajar bisa menggunakan banyak cara. Dan karena tema hari ini adalah KIS, maka kami memberikan contoh berikut. Pembelian kami tidak menggunakan cara demikian, sedikit lebih repot dalam menghitung, tapi kalau melihat hasilnya, tidak akan beda jauh.

Hal pertama dalam metode ini adalah mengecek laporan keuangan perusahaan. Tanpa ini, kita akan seperti orang buta yang tidak tahu sedang berada di mana. Kalau dicek di menu finansial dari HOTS, maka terlihat bahwa SCMA mengalami stagnansi penjualan dan laba bersih selama 4 tahun. Idealnya kita sendiri memiliki data yang kita masukkan untuk laporan keuangan, karena bisa saja orang lain salah ketik, atau pas memasukkan data, ada hal menarik yang bisa kita dapatkan.

Kalau SCMA adalah karena merupakan saham 20 besar di IHSG, MOS yang bisa diterapkan adalah 30%. Tapi karena adanya stagnansi di penjualan dan laba bersih, kita bisa memberikan diskon yang lebih besar. Misalnya kita memberikan tambahan diskon 5% ditambah 5% lagi, maka total diskon adalah 40%.

Dengan diskon 40%, dan karena agak repot kita menghitung harga wajar, kita bisa menggunakan chart untuk itu. Satu-satunya kegunaan grafik harga adalah untuk ini. Lupakan tentang segala ilmu meramal saham, karena namanya ramalan adalah tergantung pada persepsi masing-masing investor, 100 orang melihat grafik, bisa saja 100 orang memberikan pandangan berbeda. Atas dasar apa kita bisa menyatakan ramalan saya paling tepat?

Kalau melihat grafik, maka harga paling tinggi SCMA adalah 4040 selama beberapa tahun terakhir, kalau bisa sesuaikan dengan jumlah tahun laporan keuangan yang kita analisa. Maka harga beli kita adalah 4040 x 60% (karena diskon 40%), yaitu di 2424. Jadi pembelian pertama adalah di sekitar 2400. Pembelian kedua, misalnya jika harga turun 10% kita beli, adalah di 2160. Pembelian ketiga adalah di penurunan 10% lagi, yaitu di 1940. Pembelian keempat adalah menunggu rebound 5% dari low, yaitu di 2030. Maka rata-rata pembelian dengan asumsi semua sama rata, tanpa menggunakan metode piramida pembelian, adalah di 2042.5. Malah lebih baik dibanding rata-rata kami di 2247 (bagian kiri atas dari gambar).

Cara sederhana yang mungkin bisa digunakan oleh sebagian investor. Kekurangan cara ini jelas ada, misalnya sebelum pembelian selesai, harga sudah naik lagi, maka kita minimal akan mendapat 2x pembelian, yaitu pembelian pertama, dan pembelian rebound. Atau malah setelah membeli rebound, harga melanjutkan penurunan yang jauh. Semua bisa terjadi, tapi itu adalah hal wajar dalam berinvestasi. Siapa yang bisa menebak masa depan dengan pasti?

Pembelian ini mempertimbangkan 3 hal :
1. Biarkan manajemen bekerja keras menaikkan nilai wajar perusahaan.
2. Sebelum membeli, biarkan bearish bekerja keras mendorong harga saham ke bawah, dan setelah membeli biarkan bullish bekerja keras mendorong harga ke atas lagi.
3. Tugas kita cuma duduk menunggu. Segala macam aktivitas lain yang berusaha mencampuri mekanisme pasar adalah tidak logis. Aktivitas yang tidak logis akan disapu bersih oleh bursa. Bukan orang paling pintar yang akan mendapat untung paling besar, tapi orang paling sabar.

Selamat berinvestasi.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!
Copy link