AISA – Sekarang Bagaimana – Part 1

  • Save

 

AISA – Sekarang Bagaimana – Part 1
 
AISA setelah lama kasus berasnya, sekarang dalam posisi disuspend. Waktu yang menurut kami cukup OK untuk menganalisa lagi. Karena ada waktu untuk berpikir, ataupun mencari informasi tambahan. Tapi apakah informasi tambahan itu adalah opini atau data, itu yang harus kita cek. Mengenai ini, nanti di bawah kami akan membahas satu persatu.
 
Karena fokus kita adalah mengenai sisi perusahaan, jadi pembahasan harga tidak termasuk di dalamnya. Yang kita cek adalah 3 sisi dari metode Buffett. Prospek perusahaan, kualitas keuangan untuk mencapai prospek tersebut, apakah manajemen punya kemampuan mencapai prospek. Mengenai berapa harga yang pantas, semua balik ke latar belakang masing-masing.
 
Yang pertama, prospek perusahaan bagaimana. Karena berinvestasi jelas berbicara masa depan. Bukan membeli masa lalu. Bisnis AISA sekarang terdiri dari 2 bagian, yaitu makanan dan beras. Dan kita tahu divisi berasnya sedang bermasalah. Kalau ada masalah, berarti solusinya apa. Kalau melihat arah manajemen, pilihan mereka adalah melepaskannya. Tapi sepertinya tidak segampang itu. Sampai di sini adalah fakta. Mengapa susah? Coba saja kita menjual rumah berhantu. Apakah gampang atau susah. Jual rumah normal saja butuh waktu tahunan, apalagi rumah bermasalah. Analoginya kira-kira seperti itu.
 
Apakah ke depan bisa terjual? Karena berbicara masa depan, tidak akan ada yang tahu dengan pasti. Sama seperti kalau ditanya besok saham apa yang naik. Tidak akan ada yang bisa secara konsisten memprediksinya. Kalau ada, orang itu jelas sudah di puncak Forbes. Dan menariknya, orang yang ada di puncak Forbes dalam berinvestasi mengatakan tidak bisa menebak masa depan. Jadi ini Kabar baik untuk kita yang juga tidak bisa menebak masa depan untuk berhasil di jalur investasi.
 
Yang penjual pasti mau menjual dengan harga semahal mungkin. Yang beli maunya harga serendah mungkin. Apakah pada menunggu sampai masalah AISA makin besar supaya dapat lebih murah? Namanya bisnis kecil kemungkinan ada namanya berbuat baik. Semua cuma tentang untung dan rugi.
 
Jika berhasil, banyak hal baik. AISA bisa fokus ke bisnis makanan. Jelas, karena sisa satu, mana mungkin hilang kecuali bangkrut. Kemudian beban hutang juga dialihkan. Yang membuat nanti keuangan perusahaan akan membaik.
 
Itu kalau berhasil, kalau tidak? Rasanya bukan berhasil atau tidak. Tapi berapa lama masalah ini menggantung. Semakin lama, semakin menjadi beban bagi AISA dan ini akan menghambat kemajuan perusahaan ke depan.
 
Yang mana yang terjadi. Kembali, tidak akan ada yang tahu sampai semuanya terjadi. Inilah seninya berinvestasi. Kita harus memprediksi kartu yang belum terbuka supaya bisa menang poker. Kalau ada yang punya mesin pembaca kartu, sudah pasti semua kasino akan bangkrut. Jadi seperti di atas, tidak akan ada yang tahu masa depan, termasuk orang-orang yang terlibat langsung di dalamnya. Mereka cuma bekerja membereskan masalah.
 
Dan karena kami sendiri tidak berminat membeli perusahaan ini untuk saat ini, jelas tidak tertarik untuk mencari kartu tertutup seperti apa. Adalah Tugas masing-masing yang punya kepentingan untuk mencari tahu. Dan mencari tahu itu adalah benar-benar mencari ke sumber yang kompeten, bukan hanya googling atau menanyakan ke tetangga. Butuh waktu dan usaha? Jelas. Tapi kalau waktu dan usaha saja kita tidak bersedia keluarkan, maka bayarannya adalah uang kita. Tidak ada makan siang gratis kan? Sebisa mungkin jangan beli kucing dalam karung. Ingat di One Up, orang Yunani lebih senang berdebat jumlah gigi kuda dibanding keluar dan mengeceknya.
 
Jika kita tidak punya waktu, keahlian, atau sumber daya untuk melakukan pengecekan, mungkin berinvestasi di adalah lebih aman. Istilahnya slow growth dan stalwart di buku One Up on Wall Street. Setahun cukup 15-30% saja. Kalau mau lebih maka kerjakan PR.
 
Ini yang pertama. Kemudian, bagaimana kondisi finansial perusahaan. Dengan tidak mampu membayar bahkan bunga hutang, jelas ini salah satu masalah yang sangat besar. Tidak perlu berpikir uang untuk kemajuan ke depan. Bertahan saja sekarang diragukan. Jadi mungkin saja kita harus berpikir skenario terburuknya apa. Apakah ada perusahaan lain yang menjadi Contoh? Belajar dari data masa lalu, tapi selalu ingat, masa depan adalah belum pasti.
 
Salah satu rasio yang menarik untuk jadi acuan dalam melihat kekuatan perusahaan adalah book value. Tapi ingat, perusahaan yang bermasalah tidak mungkin memiliki nilai book value utuh. Lihat saja seven eleven yang sampai sekarang tidak bisa menjual aset dia untuk membayar hutang dia. Apakah AISA seperti itu? Kembali, ini adalah PR yang harus dikerjakan. Tidak ada angka yang kami berikan.
 
Karena kondisi perusahaan itu dinamis. Berbahaya sekali jika ada yang cuma modal membaca, misalnya PBV AISA sekian, berarti murah, kemudian mengambil keputusan. Padahal data bisa menjadi kaduluwarsa. Untuk ini, coba baca buku Factfulness. Buku yang mengajarkan kita bagaimana selalu up to date. 
 
Misalnya mungkin kita selalu berasumsi kalau produk China jelek. Padahal kemajuan China sudah jauh melampaui banyak negara maju. Jalur kereta api dan tol sudah ratusan ribu km. Kota tanpa cash mulai terbentuk. Apakah kita masih berpikir China cuma bisa membuat barang KW? Cara berpikir seperti ini akan membunuh karir investasi kita dengan cepat. Karena data berubah, maka keputusan harus berubah. Hubungan saham Ibarat menikah dengan orang yang tepat, tapi ketika orangnya berubah, bercerailah. 
 
Kemudian jika AISA berhasil lolos dari masalah beras, apa sisa kekuatan yang dia miliki untuk bisa maju? Ini semua bisa kita hitung. Cek kondisi terakhir dari laporan keuangan, kemudian prediksi ke depan memakai angka yang masuk akal selama masalah masih terjadi. Berapa lama ini akan terjadi, dan itu adalah kondisi perusahaan untuk maju lagi. Apakah 6 bulan, atau 1 tahun lagi? Lebih baik lagi jika kita memiliki data keuangan selama beberapa tahun terakhir. Supaya lebih mengenal arah ke depannya. Adalah gila menurut kami jika kita bisa membuka lebih banyak kartu di permainan poker, tapi kita memutuskan tidak melakukannya. 
 
Cek semua yang ada hubungan dengan kelangsungan perusahaan. Mulai dengan berapa banyak uang cash yang bisa dihasilkan perusahaan supaya bisa tetap bertahan. Dari mana yang Ini dihasilkan. Operasional? Pinjaman? Jual aset? Apa yang bisa menghalangi uang ini didapatkan. Setelah itu hutangnya bagaimana. Kepada siapa saja harus dilunasi. Seberapa cepat harus dilunasi. Bagaimana solusinya. Apakah dari piutang? Piutang sendiri, berapa banyak yang bisa diambil. Apakah ada kemungkinan yang berhutang ke AISA berusaha menunda juga supaya kalau perusahaan kolaps maka hutang mereka juga bisa hilang? Dan AISA sendiri menunda. Apakah ada yang berhutang pada nya juga akan menunda? 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!
Copy link