Petani dan Kudanya

  • Save

 

Petani dan Kudanya
 
Dahulu kala, ada seorang petani miskin yang memiliki kuda cantik dan gagah yang sangat ia sayangi layaknya seorang anak.
 
Suatu hari seorang saudagar kaya ingin membeli kudanya itu, dan menawarkan harga yang sangat tinggi. Sayang si petani miskin itu tidak menjualnya, ia terlalu sayang kepada kudanya itu. Kawan-kawan dan tetangga petani miskin itu berasa heran kepadanya mengapa ia tidak mau menjual kudanya itu dan mendapat uang banyak dan mengubah hidupnya menjadi lebih baik.
 
Keesokan harinya, nasib buruk menimpah petani, kudanya hilang dari kandangnya, dan tahu pergi kemana, maka kawan-kawannya dan tetangganya berkata,
 
“Sungguh malang nasib kamu padahal jika kamu menjualnya semalam, kamu pasti mendapat uang yang banyak, sekarang bukankah kudamu itu sudah hilang dan engkau tidak mendapat apa apa.”
 
Si petani miskin hanya berdiam diri; dan kemudian berkata pelan, “Janganlah kita cepat menilai bahwa kejadian itu buruk.”
Beberapa hari kemudian, kuda si petani kembali bersama 5 ekor kuda lainnya dan masuk ke kandang petani.
 
Lalu kawan-kawannya dan tetangganya berkata,
 
“Wah kalau seperti ini, tentunya engkau sangat beruntung dan bernasib sangat baik karena kudamu kembali ditambah lima kuda yang baru”.
 
Si petani hanya diam saja dan kemudian berkata pelan; “Janganlah cepat menilai bahwa ini nasib baik atau buruk, kita jalani hidup ini dengan bersyukur.
 
Beberapa hari kemudian, anak si petani yang sedang melatih kuda-kuda baru mereka terjatuh dari kuda dan kakinya patah.
Kawan-kawannya dan tetangganya berkata,
 
“Rupanya kuda-kuda itu justru membawa kecelakaan dan kesialan, lihat sekarang anakmu kakinya patah karena kuda-kuda itu.”
Si petani kemudian diam tanpa menjawab apa-apa.
 
Seminggu kemudian terjadi peperangan yang hebat di wilayah itu, semua anak muda yang sehat dan kuat di kampung itu dipaksa pemerintah untuk pergi berperang, kecuali si anak petani kerana ia tidak dapat berjalan. Kawan-kawan dan tetangganya datang kepada si petani sambil menangis,
 
“Engkau sangat beruntung, karena anakmu selamatlah karena tidak bisa pergi berperang, sementara kami kini kawatir dan takut karena kemungkinan akan kehilangan anak-anak kami dalam peperangan”
 
Si petani kemudian berkata ;
 
“Jangan terlalu cepat menilai dan mengambil kesimpulan dengan mengatakan nasib baik atau buruk, semuanya adalah suatu proses perjalanan hidup. Syukuri dan terima keadaan yang terjadi saat ini, apa yang kita dapat hari ini belum tentu baik untuk hari esok, apa yang buruk hari ini belum tentu buruk untuk hari esok. Anak-anak kalian yang turut pergi berperang juga ada rencana Allah dalam hidup mereka, jika mereka mati, mereka akan disebut pahlawan dan jika mereka hidup mereka juga akab di hargai dan dihormati. Mengenai hidup dan mati kita tahu, semua rencana Tuhan, bisa mungkin juga anakku yang tidak berperang juga bisa mati.
Ingat segala sesuatu dalam rencana Allah. dan segala perkara yang terjadi diizinkan oleh Allah untuk mendatangkan kebaikan bagi kita.
 
Kawan-kawan dan tetangga petani itu amat tersentuh dengan jawaban itu dan memahami sikap petani miskin itu yang senantiasa bersyukur dan bersabar.
 
https://secondmiles.com/2016/07/23/kisah-kuda-dan-petani/
————————————————-
 
Biasanya kalau ada cerita seperti di atas, kita akan memberikan like. Nah, apakah di saham kita juga bisa berperilaku yang sama? Ketika di atas kita cukup rendah hati untuk melihat datangnya perubahan, ketika di bawah kita cukup bersabar menunggu datangnya perubahan.
 
Dalam berinvestasi selalu akan ada naik dan turun. Kita tidak mungkin bisa menerima hanya satu sisi saja. Maunya naik saja. Sehingga segala cara digunakan untuk mencari jurus jitu pasti naik. Lupa kan hal ini, walau nanti tetap saja hati akan tergerak untuk berusaha mencari-cari. Yang tahu tidak mungkin akan memberitahu dan yang memberitahu kemungkinan tidak tahu.
 
Untuk proses naik sepertinya lebih gampang dilalui, karena secara emosi kita dalam posisi menguntungkan. Minimal kita tidak bereaksi negatif. Tapi ketika saham turun? Misalnya saja saham AISA. Apakah kita secara emosi bisa menerimanya. Kalau melihat cerita di atas, semua hal tidak akan diketahui efeknya sampai sudah terjadi. Kalau misalnya situasi AISA membaik, harga saham naik lagi, bukankah sia-sia semua emosi negatif yang kita curahkan hanya untuk melihat kerugian.
 
Lebih baik waktu dan sumber daya digunakan untuk fokus ke hal lain. Percuma setiap hari kita fokus pada kerugian yang terjadi. Justru ketika ada masalah, dan jika ini sementara, bukankah ini malah menjadi peluang. Asal kita benar-benar memahami apa yang akan terjadi. Ini gunanya sumber daya yang kita alokasikan untuk memahami.
 
Setiap masalah hanya bisa selesai kalau kita naik level dibanding ketika masalah itu terjadi. Ini gunanya setiap hari adalah kesempatan meningkatkan diri. Supaya ketika masalah muncul, kita sudah ada tambahan satu jurus untuk menghadapinya.
 
Ingat saja, selalu ada hari besok, hari ini bukan kiamat Kecuali kita sendiri yang memberikan batas waktunya. Hari kesekian harga saham sudah harus ke sekian. Berusaha mengontrol yang di luar kuasa kita adalah berisiko. 
 
Yang perlu kita lakukan adalah membeli ketika nasib buruk muncul dan menjual ketika nasib baik muncul. Nasib buruk membuat perusahaan dinilai rendah, nasib baik membuat perusahaan dinilai tinggi, dengan catatan kita tahu apa isi perusahaan ke depannya. 
 
Ngomong-ngomong, saham AISA bisa diganti dengan saham lain, tapi jalan cerita akan selalu sama. 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!
Copy link